Perancang mobil Tucuxi merasa dikadali Dahlan Iskan
A
A
A
Sindonews.com - Tim ElektrikCar, yang merupakan pihak Danet Suryatama perancang Mobil listrik Tucuxi menyatakan, tidak benar bahwa pengereman Tucuxi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rem (tanpa menggunakan mesin) seperti dinyatakan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Hal itu dikatakannya dalam press realese yang dikirimkannya Sabtu 12 Januari 2013. Menurut Danet, Mobil Tucuxi diperlengkapi dengan motor controller yang mampu melakukan pengereman mesin/motor atau menghasilkan regenerative braking (pengereman regenerative).
Ada beberapa cara untuk melakukan pengereman regenerative pada Tucuxi, yaitu mengangkat kaki dari pedal gas untuk memperlambat kendaraan dan/atau ganti driving selection.
Maka, dengan cara pengereman regenerative, mesin/motor akan memperlambat kecepatan putarnya untuk berfungsi sebagai generator mengisi ulang baterai.
Dalam releasenya, dijelaskan Tucuxi merupakan mobil yang didesain tanpa menggunakan gear box (atau multi gear transmission system). Tucuxi didesain menggunakan single speed reduction gear (satu gigi penurun kecepatan) sebagai transmisinya.
Berikut adalah press release-nya:
Transmisi satu gigi ini dipergunakan karena motor listrik (AC atau DC) mempunyai range yang lebar untuk putaran motornya (wide range rpm). Tucuxi mempunyai efisiensi tinggi pada motornya serta mampu memperoleh torsi maksimum pada saat awal kendaraan melaju.
Penggunaan single speed reduction gear pada kendaraan listrik banyak dilakukan oleh berbagai kendaraan listrik dunia termasuk Tesla Roadster, Ariel Atom Wrightspeed X1, Ford Focus Electric, Mitsubishi I-MiEV, Nissan Leaf EV dan masih banyak lagi.
Setiap konsumen pembeli/pengguna mobil listrik seyogyanya menjalani training yang cukup untuk mengoperasikan kendaraan listrik di berbagai medan jalan.
Meski Tucuxi sudah dilengkapi dengan high performance brake modules di depan dan belakang yang kompeten dari Wildwood Engineering Inc., USA, melakukan pengereman dengan hanya rem kaki, apalagi dengan menginjak rem secara keras dan terus menerus, ketika menuruni pegunungan adalah tindakan fatal.
Hasil yang sama - yaitu terbakarnya rem yang mengakibatkan kehilangan daya cengkeram (brake fading) - akan dialami oleh kendaraan lain bila pengereman secara keras dan terus-menerus dilakukan.
Seharusnya, pengereman dengan mesin dilakukan dengan mengikutkan penggunaan rem kaki dan tangan secara proporsional.
Keinginan menggebu untuk menyingkirkan pihaknya secara cepat (21 Desember 2012 malam) dan langsung digantikan oleh Ricky Elson (pihak Pak Dahlan) dan Kupu-kupu Malam mengakibatkan tidak adanya kesempatan bagi kami memberikan training ke calon pengendara (dalam hal ini Pak Dahlan) untuk lebih mengenali Tucuxi.
Mobil listrik Tucuxi adalah sebuah prototype kendaraan pertama yang harus menjalani uji coba dahulu secara masak sebelum dipergunakan kemana-mana dan di arena yang sulit. Timnya sedang mengatur jadwal uji kendaraan sewaktu pihaknya dilarang memelihara Tucuxi.
Banyak rencana yang ingin diwujudkan dengan Tucuxi; proper uji coba, sertifikasi, proper serah terima, training bagi pengendara, formal launching layaknya produksi mobil, dsb. Semua rencana itu punah dengan disingkirkannya kami.
Semoga dengan adanya kecelakaan ini tidak menghapus kenyataan adanya pembongkaran oleh pihak Kupu-kupu Malam dan pihak Pak Dahlan.
Kupu Kupu Malam adalah pengrajin karoseri lokal yang kami ajak untuk bekerja sama (ada perjanjian tertulis). Kupu Kupu Malam dipimpin dan dipunyai oleh Rudi Purnomo, yang notebene pegawai Waskita Karya (WK), kontraktor nasional di bawah Kementerian BUMN, yang dalam hal ini banyak hari-hari kerjanya juga dipakai untuk mengurus dan mencari spare-parts kemana-mana (tidak hanya hari Sabtu-Minggu saja). Tidak ada core engineer (automotive engineer) atau bahkan seorang insinyur-pun di dalam Kupu- kupu Malam.
Kami sangat mengkhawatirkan kompetensi Kupu-kupu Malam ketika tim Pak Dahlan Iskan (c.q. Pak Amik yang keponakan Pak Dahlan dan Ricky Elson sebagai lead engineernya) menyerahkan pembongkaran tersebut pada mereka dengan dalih penyempurnaan. Pada saat itu, saya dan tim masih standby di Jakarta menunggu untuk melakukan penyempurnaan/pemeliharaan yang ternyata dengan diam-diam mobil sudah dibawa ke Jogja di bawah pimpinan Pak Amik. Kami dibodohi dan dibohongi ketika menunggu di Jakarta.
Kami juga masih sangat menyesalkan pembongkaran kendaraan yang dilakukan oleh tim Pak Dahlan Iskan (dikepalai oleh Pak Amik/keponakan Pak Dahlan) dan Kupu-Kupu Malam tanpa sepengetahuannya. Pembongkaran ini juga mengakibatkan berubahnya banyak system kendaraan mulai dari rem, dua airbag (pengemudi dan penumpang), power steering, battery system dan battery monitoring system serta lainnya. Sama seperti press release kami yang lalu, foto-foto pembongkaran (di bawah) ini kami ambil pada hari Sabtu 29 Desember 2012 pada saat pengambilan peralatan kami di Kupu-kupu Malam.
Satu hal yang tidak mampu diubah oleh “tim bongkar ” tersebut adalah structural system dari Tucuxi. Alhamdulillah, struktur kendaraan berfungsi seperti yang kami desain. Kendaraan Tucuxi mempunyai sistem struktur yang terdiri dari crush zone (zona ringsek) dan safe zone (zona aman). Crush zone berfungsi menyerap energi kinetik tabrakan dengan menjadi ringsek saat menyalurkan energi tabrakan ke struktur lain. Safe zone sebaliknya berfungsi secara rigid/kaku menahan segala gaya/tegangan dari tabrakan tersebut. Pada Tucuxi, bodi mobil yang terbuat dari serat karbon (Aramid Carbon Fiber) dan sebagian struktur baja berfungsi menjadi ringsek. Demikian pula, atap kendaraan yang terbuat dari kaca menjadi pecah berkeping-keping untuk melindungi penumpang dari terhimpit atap. Sebaliknya, struktur space frame Tucuxi yang terbuat dari high-strength stainless steel (baja stainless berkekuatan tinggi) mampu melindungi penumpang serta baterai dari himpitan kendaraan. Kami mendesain sistem struktur Tucuxi sesuai dengan persyaratan tabrakan AS (NHTSA) dan Eropa (Euro-NCAP). Bandingkan kecelakaan mobil istrik ini dengan yang dialami oleh mobil listrik Cina BYD e6 dan Chevrolet Volt AS yang terbakar baterainya ketika tabrakan.
Kami prihatin sekali menyaksikan nasib dan bentuk Tucuxi saat ini. Selama pembuatan Tucuxi, saya pernah tertidur di dalamnya karena kecapekan, serta makan dan salat di dekatnya. Niatan saya adalah ingin membantu pengembangan mobil listrik di Indonesia dengan teknologi yang tidak ketinggalan dari negara maju lainnya. Memang tak semua parts dari Tucuxi adalah parts yang canggih, akan tetapi integrasi berbagai parts tersebut ke dalam suatu mobil Alhamdulillah menghasilkan mobil yang cukup handal dan mampu melindungi penumpang dan baterai ketika tabrakan serta menghasilkan mobil listrik yang mampu berlari kencang. Tujuan pengembangan mobil mahal dan handal ini adalah untuk menunjukkan kepada publik bahwa kita (bangsa Indonesia) mampu melakukan rekayasa teknologi yang sulit dan kompleks sebelum nantinya membangun mobil listrik yang lebih terjangkau bagi masyarakat atau transportasi publik.
Dana sebesar Rp2,89 miliar yang dikeluarkan selama pembuatan kendaraan ini kami pergunakan untuk pembelian peralatan, parts, pembayaran supplier (mayoritas pembayaran pada Kupu-Kupu Malam dengan memberikan 20 persen profit margin sesuai dengan permintaan mereka), biaya operasional dan biaya masuk pabean.
Saya ikhlas selama mengerjakan proyek Tucuxi ini tanpa mengambil gaji/keuntungan dan harus melepaskan karir/gaji di AS. Saya rela melakukannya karena inilah janji saya ketika pulang ke Indonesia (setelah kedua kalinya) untuk membawa teknologi yang saya ketahui bagi kepentingan masyarakat dan kemajuan Indonesia. Inilah cerita sedih mobil listrik Tucuxi; penciptanya disingkirkan setelah mobil jadi, teknologinya dibongkar, mobilnya hancur luarnya. Karena luarnya hancur maka dalamnya makin bisa lebih mudah “dipelajari” dengan terperinci oleh “tim bongkar” di atas.
Tidak ada niatan dari kami untuk mencari sensasi di media seperti yang telah dituduhkan. Kami selalu bekerja dengan diam dan di belakang layar. Kami berbicara ke media setelah e-mail pertanyaan dan permintaan penjelasan kami kepada Pak Dahlan tidak berbalas (sampai saat ini).
Demikian pernyataan ini dan yang dapat diingat adalah: Who killed Tucuxi? Siapa menggagalkan mimpi anak-anak Habibie?
Hormat saya,
Dr. Danet Suryatama
Ir. Ninien Wahyu Lestari, MBA.
Hal itu dikatakannya dalam press realese yang dikirimkannya Sabtu 12 Januari 2013. Menurut Danet, Mobil Tucuxi diperlengkapi dengan motor controller yang mampu melakukan pengereman mesin/motor atau menghasilkan regenerative braking (pengereman regenerative).
Ada beberapa cara untuk melakukan pengereman regenerative pada Tucuxi, yaitu mengangkat kaki dari pedal gas untuk memperlambat kendaraan dan/atau ganti driving selection.
Maka, dengan cara pengereman regenerative, mesin/motor akan memperlambat kecepatan putarnya untuk berfungsi sebagai generator mengisi ulang baterai.
Dalam releasenya, dijelaskan Tucuxi merupakan mobil yang didesain tanpa menggunakan gear box (atau multi gear transmission system). Tucuxi didesain menggunakan single speed reduction gear (satu gigi penurun kecepatan) sebagai transmisinya.
Berikut adalah press release-nya:
Transmisi satu gigi ini dipergunakan karena motor listrik (AC atau DC) mempunyai range yang lebar untuk putaran motornya (wide range rpm). Tucuxi mempunyai efisiensi tinggi pada motornya serta mampu memperoleh torsi maksimum pada saat awal kendaraan melaju.
Penggunaan single speed reduction gear pada kendaraan listrik banyak dilakukan oleh berbagai kendaraan listrik dunia termasuk Tesla Roadster, Ariel Atom Wrightspeed X1, Ford Focus Electric, Mitsubishi I-MiEV, Nissan Leaf EV dan masih banyak lagi.
Setiap konsumen pembeli/pengguna mobil listrik seyogyanya menjalani training yang cukup untuk mengoperasikan kendaraan listrik di berbagai medan jalan.
Meski Tucuxi sudah dilengkapi dengan high performance brake modules di depan dan belakang yang kompeten dari Wildwood Engineering Inc., USA, melakukan pengereman dengan hanya rem kaki, apalagi dengan menginjak rem secara keras dan terus menerus, ketika menuruni pegunungan adalah tindakan fatal.
Hasil yang sama - yaitu terbakarnya rem yang mengakibatkan kehilangan daya cengkeram (brake fading) - akan dialami oleh kendaraan lain bila pengereman secara keras dan terus-menerus dilakukan.
Seharusnya, pengereman dengan mesin dilakukan dengan mengikutkan penggunaan rem kaki dan tangan secara proporsional.
Keinginan menggebu untuk menyingkirkan pihaknya secara cepat (21 Desember 2012 malam) dan langsung digantikan oleh Ricky Elson (pihak Pak Dahlan) dan Kupu-kupu Malam mengakibatkan tidak adanya kesempatan bagi kami memberikan training ke calon pengendara (dalam hal ini Pak Dahlan) untuk lebih mengenali Tucuxi.
Mobil listrik Tucuxi adalah sebuah prototype kendaraan pertama yang harus menjalani uji coba dahulu secara masak sebelum dipergunakan kemana-mana dan di arena yang sulit. Timnya sedang mengatur jadwal uji kendaraan sewaktu pihaknya dilarang memelihara Tucuxi.
Banyak rencana yang ingin diwujudkan dengan Tucuxi; proper uji coba, sertifikasi, proper serah terima, training bagi pengendara, formal launching layaknya produksi mobil, dsb. Semua rencana itu punah dengan disingkirkannya kami.
Semoga dengan adanya kecelakaan ini tidak menghapus kenyataan adanya pembongkaran oleh pihak Kupu-kupu Malam dan pihak Pak Dahlan.
Kupu Kupu Malam adalah pengrajin karoseri lokal yang kami ajak untuk bekerja sama (ada perjanjian tertulis). Kupu Kupu Malam dipimpin dan dipunyai oleh Rudi Purnomo, yang notebene pegawai Waskita Karya (WK), kontraktor nasional di bawah Kementerian BUMN, yang dalam hal ini banyak hari-hari kerjanya juga dipakai untuk mengurus dan mencari spare-parts kemana-mana (tidak hanya hari Sabtu-Minggu saja). Tidak ada core engineer (automotive engineer) atau bahkan seorang insinyur-pun di dalam Kupu- kupu Malam.
Kami sangat mengkhawatirkan kompetensi Kupu-kupu Malam ketika tim Pak Dahlan Iskan (c.q. Pak Amik yang keponakan Pak Dahlan dan Ricky Elson sebagai lead engineernya) menyerahkan pembongkaran tersebut pada mereka dengan dalih penyempurnaan. Pada saat itu, saya dan tim masih standby di Jakarta menunggu untuk melakukan penyempurnaan/pemeliharaan yang ternyata dengan diam-diam mobil sudah dibawa ke Jogja di bawah pimpinan Pak Amik. Kami dibodohi dan dibohongi ketika menunggu di Jakarta.
Kami juga masih sangat menyesalkan pembongkaran kendaraan yang dilakukan oleh tim Pak Dahlan Iskan (dikepalai oleh Pak Amik/keponakan Pak Dahlan) dan Kupu-Kupu Malam tanpa sepengetahuannya. Pembongkaran ini juga mengakibatkan berubahnya banyak system kendaraan mulai dari rem, dua airbag (pengemudi dan penumpang), power steering, battery system dan battery monitoring system serta lainnya. Sama seperti press release kami yang lalu, foto-foto pembongkaran (di bawah) ini kami ambil pada hari Sabtu 29 Desember 2012 pada saat pengambilan peralatan kami di Kupu-kupu Malam.
Satu hal yang tidak mampu diubah oleh “tim bongkar ” tersebut adalah structural system dari Tucuxi. Alhamdulillah, struktur kendaraan berfungsi seperti yang kami desain. Kendaraan Tucuxi mempunyai sistem struktur yang terdiri dari crush zone (zona ringsek) dan safe zone (zona aman). Crush zone berfungsi menyerap energi kinetik tabrakan dengan menjadi ringsek saat menyalurkan energi tabrakan ke struktur lain. Safe zone sebaliknya berfungsi secara rigid/kaku menahan segala gaya/tegangan dari tabrakan tersebut. Pada Tucuxi, bodi mobil yang terbuat dari serat karbon (Aramid Carbon Fiber) dan sebagian struktur baja berfungsi menjadi ringsek. Demikian pula, atap kendaraan yang terbuat dari kaca menjadi pecah berkeping-keping untuk melindungi penumpang dari terhimpit atap. Sebaliknya, struktur space frame Tucuxi yang terbuat dari high-strength stainless steel (baja stainless berkekuatan tinggi) mampu melindungi penumpang serta baterai dari himpitan kendaraan. Kami mendesain sistem struktur Tucuxi sesuai dengan persyaratan tabrakan AS (NHTSA) dan Eropa (Euro-NCAP). Bandingkan kecelakaan mobil istrik ini dengan yang dialami oleh mobil listrik Cina BYD e6 dan Chevrolet Volt AS yang terbakar baterainya ketika tabrakan.
Kami prihatin sekali menyaksikan nasib dan bentuk Tucuxi saat ini. Selama pembuatan Tucuxi, saya pernah tertidur di dalamnya karena kecapekan, serta makan dan salat di dekatnya. Niatan saya adalah ingin membantu pengembangan mobil listrik di Indonesia dengan teknologi yang tidak ketinggalan dari negara maju lainnya. Memang tak semua parts dari Tucuxi adalah parts yang canggih, akan tetapi integrasi berbagai parts tersebut ke dalam suatu mobil Alhamdulillah menghasilkan mobil yang cukup handal dan mampu melindungi penumpang dan baterai ketika tabrakan serta menghasilkan mobil listrik yang mampu berlari kencang. Tujuan pengembangan mobil mahal dan handal ini adalah untuk menunjukkan kepada publik bahwa kita (bangsa Indonesia) mampu melakukan rekayasa teknologi yang sulit dan kompleks sebelum nantinya membangun mobil listrik yang lebih terjangkau bagi masyarakat atau transportasi publik.
Dana sebesar Rp2,89 miliar yang dikeluarkan selama pembuatan kendaraan ini kami pergunakan untuk pembelian peralatan, parts, pembayaran supplier (mayoritas pembayaran pada Kupu-Kupu Malam dengan memberikan 20 persen profit margin sesuai dengan permintaan mereka), biaya operasional dan biaya masuk pabean.
Saya ikhlas selama mengerjakan proyek Tucuxi ini tanpa mengambil gaji/keuntungan dan harus melepaskan karir/gaji di AS. Saya rela melakukannya karena inilah janji saya ketika pulang ke Indonesia (setelah kedua kalinya) untuk membawa teknologi yang saya ketahui bagi kepentingan masyarakat dan kemajuan Indonesia. Inilah cerita sedih mobil listrik Tucuxi; penciptanya disingkirkan setelah mobil jadi, teknologinya dibongkar, mobilnya hancur luarnya. Karena luarnya hancur maka dalamnya makin bisa lebih mudah “dipelajari” dengan terperinci oleh “tim bongkar” di atas.
Tidak ada niatan dari kami untuk mencari sensasi di media seperti yang telah dituduhkan. Kami selalu bekerja dengan diam dan di belakang layar. Kami berbicara ke media setelah e-mail pertanyaan dan permintaan penjelasan kami kepada Pak Dahlan tidak berbalas (sampai saat ini).
Demikian pernyataan ini dan yang dapat diingat adalah: Who killed Tucuxi? Siapa menggagalkan mimpi anak-anak Habibie?
Hormat saya,
Dr. Danet Suryatama
Ir. Ninien Wahyu Lestari, MBA.
(hyk)