Orang Tua dan Neneknya Positif Corona, 3 Bocah Ikut Diisolasi
A
A
A
BANDUNG BARAT - Tiga bocah kecil yang tinggal di Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ikut diisolasi ke rumah sakit setelah ayah, ibu, dan neneknya dinyatakan positif virus corona (COVID-19). Keluarga dan kerabat enggan untuk menampung dan mengurus mereka bertiga.
Akibatnya mereka kebingungan sehingga nekat untuk ikut menginap di rumah sakit tempat ibu dan neneknya di isolasi di RSUD Cililin. Sementara ayahnya telah lebih dahulu menjalani proses isolasi di RSHS Bandung. Kehawatiran kerabat mereka untuk merawat sementara karena takut ikut terpapar virus corona. (Baca juga: Corona di Indonesia 5 April 2020: 2.273 Orang Positif, 164 Sembuh, 198 Meninggal)
"Kabar itu iya, benar. Keluarga dan tetangga di sekitar kediaman korban, takut dan khawatir ikut terpapar jika harus mengurus ketiganya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, Hernawan Widjajanto ketika dikonfirmasi, Minggu (5/4/2020).
Hernawan mengatakan, pihaknya sudah melakukan penelusuran terkait keberadaan saudara dan kerabat mereka. Tapi mereka semua beralasan takut, karena ketiga anak itu sebelumnya intens berhubungan dengan orang tuanya di rumah. Sehingga tidak menutup kemungkinan mereka juga sudah terpapar, yang dampaknya bisa saja menularkan ke kerabat yang merawatnya nanti.
Melihat kondisi tersebut dan mempertimbangkan soal kemanusiaan serta medis, akhirnya ketiga anak yang berusia 12 tahun, 7 tahun, dan 4 tahun itu dibawa ke rumah sakit untuk dirawat dan juga melakukan isolasi. Bahkan guna memastikan kondisinya mengingat sudah melakukan kontak erat dengan ayah, ibu, dan neneknya, ketiga anak itu akhirnya menjalani rapid test. "Mereka kami rawat di rumah sakit dan ternyata anak yang bungsu juga positif Corona sehingga diisolasi," terangnya.
Guna lebih memastikan kondisi si bungsu dan ibunya, mereka sudah melakukan swab tes dan tinggal menunggu hasilnya keluar. Sedangkan neneknya meski positif Corona namun sekarang kondisinya sudah mulai membaik, sesak nafasnya mulai berkurang. Terkait kekhawatiran berlebih yang dirasakan kerabat dan warga, Hernawan mengaku hal tersebut kemungkinan juga akibat tidak masifnya sosialisasi dan edukasi yang disampaikan pada masyarakat.
"Wajar masyarakat takut merawat keluarga PDP bahkan yang positif, namun semestinya tidak sampai menelantar juga," pungkasnya.
Akibatnya mereka kebingungan sehingga nekat untuk ikut menginap di rumah sakit tempat ibu dan neneknya di isolasi di RSUD Cililin. Sementara ayahnya telah lebih dahulu menjalani proses isolasi di RSHS Bandung. Kehawatiran kerabat mereka untuk merawat sementara karena takut ikut terpapar virus corona. (Baca juga: Corona di Indonesia 5 April 2020: 2.273 Orang Positif, 164 Sembuh, 198 Meninggal)
"Kabar itu iya, benar. Keluarga dan tetangga di sekitar kediaman korban, takut dan khawatir ikut terpapar jika harus mengurus ketiganya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, Hernawan Widjajanto ketika dikonfirmasi, Minggu (5/4/2020).
Hernawan mengatakan, pihaknya sudah melakukan penelusuran terkait keberadaan saudara dan kerabat mereka. Tapi mereka semua beralasan takut, karena ketiga anak itu sebelumnya intens berhubungan dengan orang tuanya di rumah. Sehingga tidak menutup kemungkinan mereka juga sudah terpapar, yang dampaknya bisa saja menularkan ke kerabat yang merawatnya nanti.
Melihat kondisi tersebut dan mempertimbangkan soal kemanusiaan serta medis, akhirnya ketiga anak yang berusia 12 tahun, 7 tahun, dan 4 tahun itu dibawa ke rumah sakit untuk dirawat dan juga melakukan isolasi. Bahkan guna memastikan kondisinya mengingat sudah melakukan kontak erat dengan ayah, ibu, dan neneknya, ketiga anak itu akhirnya menjalani rapid test. "Mereka kami rawat di rumah sakit dan ternyata anak yang bungsu juga positif Corona sehingga diisolasi," terangnya.
Guna lebih memastikan kondisi si bungsu dan ibunya, mereka sudah melakukan swab tes dan tinggal menunggu hasilnya keluar. Sedangkan neneknya meski positif Corona namun sekarang kondisinya sudah mulai membaik, sesak nafasnya mulai berkurang. Terkait kekhawatiran berlebih yang dirasakan kerabat dan warga, Hernawan mengaku hal tersebut kemungkinan juga akibat tidak masifnya sosialisasi dan edukasi yang disampaikan pada masyarakat.
"Wajar masyarakat takut merawat keluarga PDP bahkan yang positif, namun semestinya tidak sampai menelantar juga," pungkasnya.
(shf)