Jika Ada Warga KBB Tolak Pemakaman Korban Corona, Wabup Hengki Siap Pasang Badan
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Hengki Kurniawan siap pasang badan jika ada warga di KBB yang nenolak pemakaman jenazah korban Corona.
Pesan tersebut disampaikan Hengki sebagai antisipasi banyaknya penolakan pemakaman jenazah korban Corona di berbagai daerah yang dikhawatirkan dapat memantik perselisihan di masyarakat. (BACA JUGA: Pakai Pita Hitam, Aa Gym Prihatin atas Gugurnya Para Nakes Melawan Covid-19 )
"Menjadi ironis ketika saya mendengar dan melihat ada penolakan pemakan jenazah korban Corona. Bahkan ketika itu terjadi pada seorang perawat. Makanya saya berharap hal tersebut tidak terjadi di KBB. kalaupun misalnya terjadi, maka saya siap pasang badan," kata Hengki, Rabu (15/4/2020).
Hengki mengaku akan menghadapinya sendiri jika ada yang menolak pemakaman jenazah korban Corona di wilayah KBB. Dirinya siap berdiskusi dan menyediakan ruang khusus untuk saling menyampaikan pandangan bagi warga yang punya pemikiran menolak korban Corona.
Sebab apapun alasan penolakan tersebut, dinilai tidak relevan dengan kondisi sosial kemanusiaan di negara Indonesia saat ini.
Terlebih, lanjut Hengki, pemerintah pusat bahkan MUI juga sudah mengeluarkan imbauan dan peringatan bahwa warga tidak boleh melarang pemakaman korban Corona. (BACA JUGA: PSBB Kota Bandung, Aparat Siapkan 42 Check Point dan Tutup Beberapa Ruas Jalan )
Alasan bahwa ada kekhawatiran warga akan tertular virus mematikan ini dari jenazah korban Corona, itu tidak akan terjadi. Ini dikarenakan ada prosedur pengamanan dan penanganan khusus sesuai protokol kesehatan, yang dilakukan kepada jenazah sebelum dikebumikan.
"Wabah Corona ini bisa mengarah siapa saja, dan hampir seluruh negara mengalaminya. Jadi jika ada budaya penolakan, saya menyakan atas dasar logika apa? Tapi saya yakin dan berharap jika di KBB tidak ada kejadian tersebut (penolakan pemakaman)," ujarnya.
Menurutnya, jaminan untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan membangun solidaritas publik. Pemahaman ini yang harus terus menerus disosialisasikan oleh aparatur baik oleh pemerintah daerah, camat, kades, RT, RW, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat.
Virus ini tidak akan menular jika semua orang menyadari serta mematuhi aturan untuk menjaga physical distancing dan social distancing.
"Ini bukan persoalan menerima atau menolak, tapi kita harus membangun kesadaran kolektif. Makanya patuhi anjuran pemerintah karena itu demi kebaikan bangsa, serta terus berdoa agar wabah virus ini segera hilang," pungkas Hengki.
Pesan tersebut disampaikan Hengki sebagai antisipasi banyaknya penolakan pemakaman jenazah korban Corona di berbagai daerah yang dikhawatirkan dapat memantik perselisihan di masyarakat. (BACA JUGA: Pakai Pita Hitam, Aa Gym Prihatin atas Gugurnya Para Nakes Melawan Covid-19 )
"Menjadi ironis ketika saya mendengar dan melihat ada penolakan pemakan jenazah korban Corona. Bahkan ketika itu terjadi pada seorang perawat. Makanya saya berharap hal tersebut tidak terjadi di KBB. kalaupun misalnya terjadi, maka saya siap pasang badan," kata Hengki, Rabu (15/4/2020).
Hengki mengaku akan menghadapinya sendiri jika ada yang menolak pemakaman jenazah korban Corona di wilayah KBB. Dirinya siap berdiskusi dan menyediakan ruang khusus untuk saling menyampaikan pandangan bagi warga yang punya pemikiran menolak korban Corona.
Sebab apapun alasan penolakan tersebut, dinilai tidak relevan dengan kondisi sosial kemanusiaan di negara Indonesia saat ini.
Terlebih, lanjut Hengki, pemerintah pusat bahkan MUI juga sudah mengeluarkan imbauan dan peringatan bahwa warga tidak boleh melarang pemakaman korban Corona. (BACA JUGA: PSBB Kota Bandung, Aparat Siapkan 42 Check Point dan Tutup Beberapa Ruas Jalan )
Alasan bahwa ada kekhawatiran warga akan tertular virus mematikan ini dari jenazah korban Corona, itu tidak akan terjadi. Ini dikarenakan ada prosedur pengamanan dan penanganan khusus sesuai protokol kesehatan, yang dilakukan kepada jenazah sebelum dikebumikan.
"Wabah Corona ini bisa mengarah siapa saja, dan hampir seluruh negara mengalaminya. Jadi jika ada budaya penolakan, saya menyakan atas dasar logika apa? Tapi saya yakin dan berharap jika di KBB tidak ada kejadian tersebut (penolakan pemakaman)," ujarnya.
Menurutnya, jaminan untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan membangun solidaritas publik. Pemahaman ini yang harus terus menerus disosialisasikan oleh aparatur baik oleh pemerintah daerah, camat, kades, RT, RW, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat.
Virus ini tidak akan menular jika semua orang menyadari serta mematuhi aturan untuk menjaga physical distancing dan social distancing.
"Ini bukan persoalan menerima atau menolak, tapi kita harus membangun kesadaran kolektif. Makanya patuhi anjuran pemerintah karena itu demi kebaikan bangsa, serta terus berdoa agar wabah virus ini segera hilang," pungkas Hengki.
(awd)