Perekonomian Warga Solok Harus Meningkat, Lahan Pertanian Tetap Dijaga
A
A
A
SOLOK - Jumlah lahan pertanian yang dimiliki oleh setiap daerah yang ada di Sumatra Barat (Sumbar) menjadi perhatian anggota DPR Mulyadi. Dia menegaskan lahan pertanian yang ada di Ranah Minang harus dijaga agar tidak berkurang, mengingat potensi yang bisa menunjang perekonomian masyarakat.
Salah satu daerah di Sumbar yang menjadi perhatiannya adalah Kabupaten Solok yang memiliki hasil produksi pertanian yang telah mendunia yakni Bareh (beras) Solok. (Baca juga: BPP Kemendagri Godok Kolaborasi Kajian Evaluasi Pilkada)
"Insya Allah bila saya diberikan amanah sebagi Gubernur Sumbar, lahan-lahan yang ada ini akan kita jaga agar bisa terus menunjang bahkan meningkatkan perekonomian para petani yang ada di sini," tutur Mulyadi.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data dari Pemda Solok, produksi Bareh Solok pada 2019 mencapai 231.000 ton dari jenis beras Sokan dan Anak Daro. Meski demikian, tidak semua kecamatan di Kabupaten Solok penghasil Bareh Solok.
Saat ini, luas areal sawah yang memproduksi Bareh Solok mencapai 22.000 hektare, sudah berkurang 1.000 hektare sejak 2 tahun lalu. Berkurangnya areal sawah ini karena berubah fungsi menjadi kebun sayuran, kolam ikan dan bangunan rumah.
Bareh Solok hanya diproduksi di beberapa kecamatan di antaranya Kubung, Lembang Jaya, Bukit Sundi, Gunung Talang dan 10 Koto Singkarak. Maka dari itu, menjaga lahan persawahan masyarakat sangat diperlukan untuk menunjang perekonomian masyarakat di masa mendatang.
Cagub Sumbar yang dikenal merakyat tersebut juga menggandeng masyarakat Solok agar selalu menjaga hasil produksi Bareh Solok yang merupakan unggulan dan sudah mendapat Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementrian Hukum dan HAM.
"Mari kita jaga luas sawah yang telah menghasilkan Bareh Solok ini, jangan makin berkurang karena berkurang pula pendapatan masyarakat," ujarnya.
Menurut anggota Komisi III DPR tersebut, untuk menjaga produksi Bareh Solok agar tetap berkualitas adalah dengan mempertahankan areal sawah. Tak hanya itu, areal persawahan juga harus didukung irigasi perairan yang lancar dan cara bercocok tanam yang baik.
"Irigasi yang kecil dan menengah bisa dibiayai oleh pemerintah daerah. Untuk irigasi besar butuh dana banyak dan adanya di pusat, maka saya akan ikut berjuang bersama-sama Pemda," jelasnya.
Mulyadi memang dikenal memiliki jaringan yang luas di pemerintahan pusat. Dia mampu menarik dana investasi ke Sumbar dalam bentuk proyek pembangunan, di antaranya jembatan Layang Kelok 9, jalan Manggopoh-Simpang Empat, listrik tenaga surya, ribuan konverter kit untuk nelayan, hingga jalan Tapan-Batas Bengkulu yang totalnya lebih dari Rp6 triliun.
Salah satu daerah di Sumbar yang menjadi perhatiannya adalah Kabupaten Solok yang memiliki hasil produksi pertanian yang telah mendunia yakni Bareh (beras) Solok. (Baca juga: BPP Kemendagri Godok Kolaborasi Kajian Evaluasi Pilkada)
"Insya Allah bila saya diberikan amanah sebagi Gubernur Sumbar, lahan-lahan yang ada ini akan kita jaga agar bisa terus menunjang bahkan meningkatkan perekonomian para petani yang ada di sini," tutur Mulyadi.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data dari Pemda Solok, produksi Bareh Solok pada 2019 mencapai 231.000 ton dari jenis beras Sokan dan Anak Daro. Meski demikian, tidak semua kecamatan di Kabupaten Solok penghasil Bareh Solok.
Saat ini, luas areal sawah yang memproduksi Bareh Solok mencapai 22.000 hektare, sudah berkurang 1.000 hektare sejak 2 tahun lalu. Berkurangnya areal sawah ini karena berubah fungsi menjadi kebun sayuran, kolam ikan dan bangunan rumah.
Bareh Solok hanya diproduksi di beberapa kecamatan di antaranya Kubung, Lembang Jaya, Bukit Sundi, Gunung Talang dan 10 Koto Singkarak. Maka dari itu, menjaga lahan persawahan masyarakat sangat diperlukan untuk menunjang perekonomian masyarakat di masa mendatang.
Cagub Sumbar yang dikenal merakyat tersebut juga menggandeng masyarakat Solok agar selalu menjaga hasil produksi Bareh Solok yang merupakan unggulan dan sudah mendapat Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementrian Hukum dan HAM.
"Mari kita jaga luas sawah yang telah menghasilkan Bareh Solok ini, jangan makin berkurang karena berkurang pula pendapatan masyarakat," ujarnya.
Menurut anggota Komisi III DPR tersebut, untuk menjaga produksi Bareh Solok agar tetap berkualitas adalah dengan mempertahankan areal sawah. Tak hanya itu, areal persawahan juga harus didukung irigasi perairan yang lancar dan cara bercocok tanam yang baik.
"Irigasi yang kecil dan menengah bisa dibiayai oleh pemerintah daerah. Untuk irigasi besar butuh dana banyak dan adanya di pusat, maka saya akan ikut berjuang bersama-sama Pemda," jelasnya.
Mulyadi memang dikenal memiliki jaringan yang luas di pemerintahan pusat. Dia mampu menarik dana investasi ke Sumbar dalam bentuk proyek pembangunan, di antaranya jembatan Layang Kelok 9, jalan Manggopoh-Simpang Empat, listrik tenaga surya, ribuan konverter kit untuk nelayan, hingga jalan Tapan-Batas Bengkulu yang totalnya lebih dari Rp6 triliun.
(shf)