Panjatkan Doa untuk Gus Sholah, Air Mata Gus Mus Menetes
A
A
A
JOMBANG - Prosesi pemakaman KH Salahuddin Wahid selesai dilakukan. Selain keluarga, sejumlah tokoh nasional nampak turut serta mengantar jenazah kiai yang akrab disapa Gus Sholah ke tempat peristirahatan terakhir, Senin (3/2/2020). (Baca: Tangis Haru Ribuan Pelayat Sambut Jenazah Gus Sholah di Tebuireng)
Diantaranya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahud MD, Ketua Umum Muhammadiyah Prof Haydar Nasir, KH Ahmad Mustofa Bisri, mantan Menteri Pendidikan M Nuh, serta Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Dardak.
Prosesi pemakaman diawali dengan pembacaan talkin oleh KH Masduki Abdurrahman Al Hafidz, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzil Qur'an Perak, Jombang. Kemudian disusul sambutan dari pihak keluarga yang diwakili KH Abdul Hakim Mahfud yang juga saudara sepupu Gus Sholah.
"Kehadiran panjenengan ini sangat berharga bagi keluarga besar Pesantren Tebuireng. Kehadiran panjenengan semua ini sangat mendukung bagi keluarga Pesantren Tebuireng. Ini dukungan moral yang sangat besar, dan kami sampaikan terimakasih," Gus Kikin.
Menurutnya, Gus Sholah merupakan sosok bapak, sosok pengasuh yang begitu ikhlas membimbing para santri. Selama beliau menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Sholah begitu getol meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren. Hingga membuat Pesantren Tebuireng menjadi sangat besar
"Tidak ada henti-hentinya, tidak ada capek-capeknya beliau, sehingga pesantren Tebuireng ini berkembang. Yang mana sejak 14 tahun yang lalu, saat ini sudah jauh berbeda dan sangat pesat perkembangannya," jelasnya.
Sementara dari rekan dan sahabat Gus Sholah, diwakili tiga tokoh nasional, yakni Menpolhukam Mahfud MD, Prof Haydar Nasir, serta KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus. Dalam sambutannya, Gus Mus mengaku bersyukur bisa menjadi salah satu teman karib Gus Sholah.
"Saya alhamdulillah mendapat berkah berkenalan dekat dengan beliau. Beliau sangat ikhlas sekali. Sesuatu karakter yang sangat-sangat sulit dicari, adalah keikhlasan untuk melakukan darma bakti bukan hanya kepada agama, tapi juga kepada bangsa dan negara," kata Gus Mus.
Di mata Gus Mus, adik kandung Presiden ke IV RI KH Abdurrahman Wahid ini merupakan sosok yang luar biasa. Ia seorang cendikiawan muslim yang getol merawat persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga, Gus Sholah bisa diterima di segala lapisan masyarakat.
"Bukan hanya Nahdlatul Ulama saja, kami yang menjadi Bangsa Indonesa merasa sangat kehilangan. Kita kehilangan seorang pejuang yang muhlis, yang ikhlas merajut kebersamaan dengan sesama umat," timpalnya.
Keinginan Gus Sholah, dalam merawat persatuan bangsa, kata Gus Mus, tak hanya diucap di mulut saja. Melainkan dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan hingga akhir hayat menjemput, Gus Sholah masih berupaya merajut persatuan bangsa dengan berbagai cara dan upaya.
"Beliau sangat mendambakan persatuan. Mendambakan kita Bangsa Indonesia tetap bersatu. Dan itu dilakukan bukan hanya diucapkan. Beliau lakukan silaturahmi kemana-mana untuk kepentingan bangsa," terangnya.
Gus Mus mengajak seluruh santri dan masyarakat tak perlu risau. Kendati kepergian Gus Sholah membuat warga Indonesia dan kalangan Nahdliyin sangat-sangat kehilangan. Terlebih, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari ini merupakan sosok panutan.
"Nahdlatul Ulama kehilangan seorang tokoh yang sangat ikhlas, mencurahkan tenaga pikiran sampai detik terakhir, beliau masih tetap memperjuangkan cita-cita NU yakni keutuhan bangsa ini. Kita lepas bapak bangsa ini dengan ikhlas, semoga kita bisa meneladani beliau," tandasnya.
Usai memberikan sambutan, Gus Mus yang juga memimpin doa, tampak tak kuasa menahan kepedihan. Suaranya mendadak serak. Air matanya mentes. Rasa kehilangan yang amat begitu sangat. Prosesi pemakaman pun berjalan lancar. Kendati gerimis sempat mengiringi proses pemusaraan Gus Sholah.
Diantaranya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahud MD, Ketua Umum Muhammadiyah Prof Haydar Nasir, KH Ahmad Mustofa Bisri, mantan Menteri Pendidikan M Nuh, serta Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Dardak.
Prosesi pemakaman diawali dengan pembacaan talkin oleh KH Masduki Abdurrahman Al Hafidz, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzil Qur'an Perak, Jombang. Kemudian disusul sambutan dari pihak keluarga yang diwakili KH Abdul Hakim Mahfud yang juga saudara sepupu Gus Sholah.
"Kehadiran panjenengan ini sangat berharga bagi keluarga besar Pesantren Tebuireng. Kehadiran panjenengan semua ini sangat mendukung bagi keluarga Pesantren Tebuireng. Ini dukungan moral yang sangat besar, dan kami sampaikan terimakasih," Gus Kikin.
Menurutnya, Gus Sholah merupakan sosok bapak, sosok pengasuh yang begitu ikhlas membimbing para santri. Selama beliau menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Sholah begitu getol meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren. Hingga membuat Pesantren Tebuireng menjadi sangat besar
"Tidak ada henti-hentinya, tidak ada capek-capeknya beliau, sehingga pesantren Tebuireng ini berkembang. Yang mana sejak 14 tahun yang lalu, saat ini sudah jauh berbeda dan sangat pesat perkembangannya," jelasnya.
Sementara dari rekan dan sahabat Gus Sholah, diwakili tiga tokoh nasional, yakni Menpolhukam Mahfud MD, Prof Haydar Nasir, serta KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus. Dalam sambutannya, Gus Mus mengaku bersyukur bisa menjadi salah satu teman karib Gus Sholah.
"Saya alhamdulillah mendapat berkah berkenalan dekat dengan beliau. Beliau sangat ikhlas sekali. Sesuatu karakter yang sangat-sangat sulit dicari, adalah keikhlasan untuk melakukan darma bakti bukan hanya kepada agama, tapi juga kepada bangsa dan negara," kata Gus Mus.
Di mata Gus Mus, adik kandung Presiden ke IV RI KH Abdurrahman Wahid ini merupakan sosok yang luar biasa. Ia seorang cendikiawan muslim yang getol merawat persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga, Gus Sholah bisa diterima di segala lapisan masyarakat.
"Bukan hanya Nahdlatul Ulama saja, kami yang menjadi Bangsa Indonesa merasa sangat kehilangan. Kita kehilangan seorang pejuang yang muhlis, yang ikhlas merajut kebersamaan dengan sesama umat," timpalnya.
Keinginan Gus Sholah, dalam merawat persatuan bangsa, kata Gus Mus, tak hanya diucap di mulut saja. Melainkan dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan hingga akhir hayat menjemput, Gus Sholah masih berupaya merajut persatuan bangsa dengan berbagai cara dan upaya.
"Beliau sangat mendambakan persatuan. Mendambakan kita Bangsa Indonesia tetap bersatu. Dan itu dilakukan bukan hanya diucapkan. Beliau lakukan silaturahmi kemana-mana untuk kepentingan bangsa," terangnya.
Gus Mus mengajak seluruh santri dan masyarakat tak perlu risau. Kendati kepergian Gus Sholah membuat warga Indonesia dan kalangan Nahdliyin sangat-sangat kehilangan. Terlebih, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari ini merupakan sosok panutan.
"Nahdlatul Ulama kehilangan seorang tokoh yang sangat ikhlas, mencurahkan tenaga pikiran sampai detik terakhir, beliau masih tetap memperjuangkan cita-cita NU yakni keutuhan bangsa ini. Kita lepas bapak bangsa ini dengan ikhlas, semoga kita bisa meneladani beliau," tandasnya.
Usai memberikan sambutan, Gus Mus yang juga memimpin doa, tampak tak kuasa menahan kepedihan. Suaranya mendadak serak. Air matanya mentes. Rasa kehilangan yang amat begitu sangat. Prosesi pemakaman pun berjalan lancar. Kendati gerimis sempat mengiringi proses pemusaraan Gus Sholah.
(sms)