Gubernur Kalbar Galakkan Intensifikasi Pertanian

Selasa, 03 Desember 2019 - 19:02 WIB
Gubernur Kalbar Galakkan Intensifikasi Pertanian
Gubernur Kalbar Galakkan Intensifikasi Pertanian
A A A
PONTIANAK - Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji menggalakkan dan terus mendorong petani terutama dalam budidaya tanaman padi menerapkan intensifikasi pertanian agar produktivitas sesuai harapan. Tanpa intensifikasi dan penerapan teknologi pertanian maka tingkat kesejahteraan petani dan ketahanan pangan tentu tidak akan maksimal.

Sutarmidji mengatakan, untuk menerapkan intensifikasi pertanian satu di antaranya dengan penggunaan benih unggul. "Saatnya petani kita melakukan intensifikasi pertanian yakni dengan menggunakan benih unggul," kata Sutarmidji ujarnya saat melakukan kunjungan ke UPT Pembenihan T anaman Pangan Distan TPH Kalimantan Barat di Mempawah, beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, kata Sutarmidji, kita bisa memanfaatkan lahan yang ada dan hasilnya juga bisa jauh lebih besar. Intensifikasi pertanian juga diharapkan bisa mendorong produkt ivitas padi di Kalimantan Barat jauh lebih meningkat.

"Saat ini produkt ivitas padi kita baru di kisaran 2,6 ton-3 ton per hektare. Dengan benih unggul bisa kita bisa tingkatkan. Anggap saja bisa mencapai 3,5 ton per hektare, dengan itu akan ada peningkatan sekitar 20 persen. Jika lahan kita saat ini 300 ribuan hektare maka ada hemat sekitar 60 ribuan hektare, penanganan lebih mudah," paparnya dalam keterangan tertulis, Selasa (3/11/2019).

Sutarmijdi juga mengingatkan pentingnya penanganan dan budi daya padi secara mekanik. "Cara-cara mekanik harus sudah semua dilakukan seperti panen. Dengan mekanik supaya tidak ada terbuang. Kalau manual kan bisa gugurnya mencapai lima persen. Itu tentu petani rugi. Kita bisa gunakan peralatan dan model sederhana sepert i di Kalimantan Selatan dan Palembang. Di sana bisa mencapai 4,5 ton per hektare. Padahal kondisi tanahnya tidak jauh beda dengan kita," jelas dia.

Guna meningkatkan nilai tukar petani (NTP) di atas 100, penting juga mengembangkan beras khsusus seperti beras hitam dan merah di Kalimantan Barat, "Agar NTP kita lebih dari 100 persen, maka perlu dikembangkan beras hitam dan merah karena harganya di atas Rp22.000 per kilogram," katanya.

Apalagi, selain harga yang tinggi dan permintaan pasar yang cukup besar, juga dalam budi daya tidak jauh beda dengan jenis padi yang biasanya. "Budi daya padi hitam dan merah hampir sama dengan padi yang biasanya. Produktivitasnya juga demikian. Hanya saja beda jenis padinya. Sehingga kita dorong petani menanam itu," katanya.

Target mandiri benih
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Kalbar Heronimus Hero mengatakan, benih satu di antara yang menentukan keberhasilan program peningkatan produksi padi di Kalbar.
Benih adalah awal sehinga jika semakin bermutu benih maka hasilnya terjamin. Berdasarkan analisis dan secara empiris, jika benih sembarangan maka produktivitasnya rendah, hanya sekitar 1 ton saja per hektare.

Untuk itu pihaknya melalui UPT Pembenihan Tanaman Pangan melakukan sejumlah program agar Kalbar dalam hal benih sudah mandiri. "Selama ini baru 20 persen dari total pertanaman yang kita mampu suplai benih dalam arti benih yang unggul atau bersert ifikat," jelas dia.

Hero menyebutkan bahwa dalam jangka panjang sistem penyedian benih yang diperkuat penangkar-penangkar lokal terus dihadirkan. Harapannya benih unggul dihasilkan dari Kalbar sendiri.

"Bagaimana setiap tahunnya suplai benih kita meningkat seperti tahun depan bisa menyediakan benih unggul sekitar 30 persen dan terus meningkat. Bahkan kita menargetkan mandiri," papar dia.

Saat ini program-program mengarah ke hal itu seperti dilakukan saat ini di UPT Pembenihan Tanaman Pangan yakni menghasilkan benih sumber. Benih sumber itu nantinya akan menjadi dasar benih yang dikelolah oleh penangkar untuk menjadi benih sebar. Nah benih sebar itu yang digunakan petani.

"Kalau sekarang dengan aset yang dipunya dengan luasan tanam 10 hektare di Paniraman, bisa dua kali tanam dan per hektare 3 ton, maka ada 60 ton per hektare dihasilakan benih sumber. Itu nanti yang digunakan penangkar-penangkar lokal," jelas dia.

Menurutnya, pengembangan benih perlu sumber benih yang jelas, tidak sembarangan untuk dijadikan benih seperti mengambil dari benih sebar. Itu tentu tidak bisa atau tidak lolos sertifikasi dan hasilnya tentunya tidak maksimal.

Dia berharap para penangkar harus mengambil benih sumber. Dengan aset yang dimiliki, program kemandirian benih di Kalbar segera terwujud.

Penguatan pengawasan

Untuk tanaman hortikultara sendiri Pemprov Kalbar pihaknya menguatkan pengawasan benih oleh Unit Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Hal itu agar memberikan jaminan kepada petani atas apa yang dibudidayakan.

“Perlu dan harus kita t ingkatkan pengawasan benih yang ada di Kalbar. Hal itu untuk memberikan jaminan kepada masyarakat atas apa yang ditanamnya,” kata Hero.

Hal yang terpenting lagi, kata dia, pengawasan yang baik akan mencegah risiko atau kerugian petani, baik kerugian secara biologis, ekonomi, sosial, maupun lainnya.

Dia mencontohkan untuk kerugian biologis bisa saja bibit yang masuk tanpa pengawasan membawa virus yang membahayakan tanaman sejenis atau lainnya di daerah itu. Dengan demikian, dampak lainnya juga berkaitan dengan ekonomi.

“Dampaknya pada energi dan biaya perawatan terhadap apa yang dibudidayakan. Jadi kerugian bukan soal bibit saja, namun biaya perawatan dan energi yang dikeluarkan dari masa tanam hingga produksi. Bayangkan yang ditanam tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, baik dari produkt ivitas maupun kualitas yang dihasilkan,” kata dia.

Dengan peran strategis Unit Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura serta pentingya pengawasan, maka pihaknya mendorong, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, menjalankan wewenang pengawasan secara optimal.

“Aturan soal pengawasan sudah ada dan besar. Tinggal dimanfaatkan saja. Penangkar, baik resmi atau tidak, harus diawasi. Bahkan, orang yang jual bibit di sepeda motor juga harus dipantau atau ditegur jika bibit yang dijual tidak disertifikasi,” kata dia.

Pihaknya dalam waktu dekat juga akan menyurati pimpinan pemerintah daerah untuk meminta instansi terkait mengopt imalkan pengawasan dan meminta masyarakat untuk menggunakan bibit yang disertifikasi.

“Tugas unit luas dan awasi semua. Terus sosialisasikan kepada penangkar benih dan masyarakat akan pentingnya benih yang tersertifikasi agar terhindar dari hal yang kurang baik,” tukasnya.

Selain menyurati bupati atau wali kota di Kalbar, pihaknya berencana menempatkan petugas pengawasan benih di karentina atau pelabuhan untuk memastikan bahwa benih yang masuk Kalbar memang benar-benar terjamin.

“Tentunya harus MoU (nota kesepahaman) terdahulu. Adanya petugas di pintu masuk dari pintu luar ke Kalbar untuk menyaring bibit masuk. Jika ada yang lolos atau di daerah nanti unit pengawas di kabupaten dan kota yang akan mengont rolnya, ” kata dia.

Pemanfaatan lahan gambut

Pemprov Kalbar akan memanfaatkan potensi lahan gambut untuk bertanam padi dan komoditas hort ikultura, guna mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut di masa mendatang.

"Kita harus mencari bibit yang cocok ditanam pada lahan gambut sehingga tidak perlu ada pembakaran lahan. Saat ini yang sudah cocok adalah tanaman lidah buaya, pepaya dan beberapa tanaman umbi-umbian," Sutarmidji.

Dia mencontohkan, tanaman umbi-umbian seperti yang sedang dikembangkan di Kapuas Huluyaitu singkong, diperkirakan satu pohon menghasilkan 20 sampai 30 kilogram dalam jangka 8 bulan. Singkong tersebut ditanam di lahan gambut, sehingga ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah pembakaran lahan ke depan.

Sutarmidji bertekad untuk menjadikan Kalbar sebagai lumbung padi. "Beras diproduksi oleh pemda, sehingga tidak mendatangkan dari luar daerah dan kita bisa menjadi lumbung padi di Kalimantan, indikatornya dengan tidak ada lagi beras dari luar masuk ke sini," kata Sutarmidji.

Target Kalbar jadi lumbung pangan di Kalimantan bisa dilakukan dalam waktu 2 hingga 3 tahun ke depan dengan memanfaatkan lahan gambut. Mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu berharap ada satu perubahan mendasar dalam penanganan sektor pertanian.

"Tahun depan, petani kita jangan terpaku pada luas tanam yang tak jelas, karena ke depannya siapa yang menguasai pangan itulah yang paling maju," katanya.

Untuk memaksimalkan potensi pertanian tersebut diperlukan pendampingan yang baik dari tenaga penyuluh pertanian kepada para petani. "Berbagai inovasi pertanian yang memanfaatkan lahan gambut harus bisa ditransfer kepada petani, sehingga mereka bisa mendapat pengetahuan baru dan memaksimalkan lahan gambut yang ada untuk meningkatkan perekonomian petani," kata Sutarmidji.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6912 seconds (0.1#10.140)