Gubernur Gorontalo Menangis Saat Bicara KPBU RS Ainun
A
A
A
KOTA GORONTALO - Gubernur Gorontalo Rusli Habibie terdengar emosional saat mengikuti dialog secara langsung di Radio Suara Rakyat Hulontalo (Suara RH), Senin (18/11/2019). Dialog itu untuk membahas berbagai persoalan terkini, salah satunya rencana Paripurna DPRD terkait setuju tidaknya kelanjutan pembangunan Rumah Sakit dr. Hj. Ainun Habibie (RS Ainun).
Ketika menjelaskan tujuan pembangunan RS Ainun, suara Gubernur Rusli jadi terbata-bata, air matanya tidak terbendung. Sesekali ia terdiam, tak bisa berkata-kata. Suasana haru menyelimuti ruang siar yang ikut dihadiri Sekretaris Daerah Darda Daraba, Asisten Administrasi Sukril Gobel, Kepala Bappeda Budiyanto Sidiki dan Plt Kadis Kesehatan Misranda Nalole.
“Kenapa harus bangun rumah sakit unggulan? Karena banyak pasien kita yang tidak tertolong. Mereka harus dirujuk ke luar daerah bagi yang mampu. Tapi yang tidak mampu, rakyat saya banyak yang pasrah. Biasa ajalnya sudah ditunggu di rumah,” tutur Rusli.
Bagi Rusli, persoalan hidup dan mati sudah menjadi takdir ilahi. Namun demikian, tugas pemerintah untuk menyediakan infrastruktur dan fasilitas rumah sakit yang berkualitas. Selain itu, didukung juga dengan pelayanan yang terbaik.
“Saya sedih karena masih merasakan dan melihat banyak rakyat saya merasakan pelayanan kesehatan yang belum maksimal. Contohnya kalau datang dengan bentor atau angkot para pelayan biasa saja. Ini hal yang tidak boleh terjadi. Orang sakit sudah cukup dengan sakitnya, jangan lagi ditambah dengan pelayanan yang dibeda-bedakan,” imbuhnya.
Sementara itu sejumlah warga Gorontalo menyampaikan dukungannya terkait rencana mulia Pemprov Gorontalo itu. Haris, seorang penelpon dari jalan Andalas menyebut Gorontalo harus memiliki rumah sakit yang representatif.
Haris menceritakan bagaimana pengalaman menjaga ibunya berobat di RSUP Wahidin, Makassar. Ironisnya, almarhumah meninggal bukan karena sakitnya namun karena kecelakaan akibat sering bolak balik rumah sakit-kosan untuk menunggu proses operasi.
“Mungkin kalau fasilitas kesehatan di Gorontalo sudah bisa menangani ibu saya, mungkin ibu saya masih hidup. Artinya bukan bermaksud menafikan kehendak Allah, tapi yah mungkin ini sekedar sharing ini yang kami rasakan kehilangan orang tua di daerah lain,” ucapnya.
“Kami mendukung rencana Pak Gubernur membangun RS Ainun. Kalo ada yang menolak siapa? Ini rumah sakit kan untuk masyarakat bukan untuk pak gubernur. Kalo ada anggota DPRD yang menolak siapa, kami tidak akan pilih lagi,” ujar John penelpon lain dari Padebuolo menimpali.
Ketika menjelaskan tujuan pembangunan RS Ainun, suara Gubernur Rusli jadi terbata-bata, air matanya tidak terbendung. Sesekali ia terdiam, tak bisa berkata-kata. Suasana haru menyelimuti ruang siar yang ikut dihadiri Sekretaris Daerah Darda Daraba, Asisten Administrasi Sukril Gobel, Kepala Bappeda Budiyanto Sidiki dan Plt Kadis Kesehatan Misranda Nalole.
“Kenapa harus bangun rumah sakit unggulan? Karena banyak pasien kita yang tidak tertolong. Mereka harus dirujuk ke luar daerah bagi yang mampu. Tapi yang tidak mampu, rakyat saya banyak yang pasrah. Biasa ajalnya sudah ditunggu di rumah,” tutur Rusli.
Bagi Rusli, persoalan hidup dan mati sudah menjadi takdir ilahi. Namun demikian, tugas pemerintah untuk menyediakan infrastruktur dan fasilitas rumah sakit yang berkualitas. Selain itu, didukung juga dengan pelayanan yang terbaik.
“Saya sedih karena masih merasakan dan melihat banyak rakyat saya merasakan pelayanan kesehatan yang belum maksimal. Contohnya kalau datang dengan bentor atau angkot para pelayan biasa saja. Ini hal yang tidak boleh terjadi. Orang sakit sudah cukup dengan sakitnya, jangan lagi ditambah dengan pelayanan yang dibeda-bedakan,” imbuhnya.
Sementara itu sejumlah warga Gorontalo menyampaikan dukungannya terkait rencana mulia Pemprov Gorontalo itu. Haris, seorang penelpon dari jalan Andalas menyebut Gorontalo harus memiliki rumah sakit yang representatif.
Haris menceritakan bagaimana pengalaman menjaga ibunya berobat di RSUP Wahidin, Makassar. Ironisnya, almarhumah meninggal bukan karena sakitnya namun karena kecelakaan akibat sering bolak balik rumah sakit-kosan untuk menunggu proses operasi.
“Mungkin kalau fasilitas kesehatan di Gorontalo sudah bisa menangani ibu saya, mungkin ibu saya masih hidup. Artinya bukan bermaksud menafikan kehendak Allah, tapi yah mungkin ini sekedar sharing ini yang kami rasakan kehilangan orang tua di daerah lain,” ucapnya.
“Kami mendukung rencana Pak Gubernur membangun RS Ainun. Kalo ada yang menolak siapa? Ini rumah sakit kan untuk masyarakat bukan untuk pak gubernur. Kalo ada anggota DPRD yang menolak siapa, kami tidak akan pilih lagi,” ujar John penelpon lain dari Padebuolo menimpali.
(akn)