Kisah Si Mungil Pengawal Laut Nusantara

Jum'at, 20 September 2019 - 05:00 WIB
Kisah Si Mungil Pengawal...
Kisah Si Mungil Pengawal Laut Nusantara
A A A
PESAWAT N22/N24 Nomad pernah menjadi ikon dunia penerbangan TNI AL. Pesawat terbang yang dirancang dan diproduksi oleh Government Aircraft Factories (GAF) Australia menjadi andalan utama TNI AL untuk tugas pengintaian dan patroli maritim.

Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal) pernah mengoperasikan pesawat jenis Nomad N-22 sebagai pesawat patroli laut pada tahun 1980-an. Untuk itu dibuat Skuadron 800 pada 28 Juli 1976 sebagai homebase pesawat Nomad tersebut.

Nomad adalah pesawat turboprop bermesin ganda, bersayap tinggi, serta dapat lepas landas dan pendaratan pendek (short take off and landing/STOL) di landasan tanah atau rumput. Nomad punya kemampuan terbang rendah 15 meter dari permukaan, sehingga cocok menjalankan tugas patrol maritim. Meskipun saat dirancang pertama kali pesawat ini untuk transport.

Pesawat Nomad pun dirancang dalam beberapa varian, termasuk sipil dan militer. Untuk versi militer, selain digunakan oleh Australia (AD dan AL), ada beberapa negara lain yang menggunakan Nomad. Di antaranya Indonesia (TNI AL), Papua New Guinea, Filipina dan Thailand.

TNI-AL sendiri kabarnya memiliki sekitar 26 unit Nomad N22/N24 Searchmaster yang tergabung dalam skadron 800 Intai Maritim. Tipe N24 memiliki kemampuan radar intai tambahan APS-104. Pesawat Nomad tidak dilengkapi dengan alat pertahanan diri dan persenjataan.

Namun, oleh Penerbal dilengkapi dengan senapan mesin BRG-15 pada bagian "hatch door". Salah satu tugas operasi bantuan adalah saat dua pesawat Nomad di BKO-kan dalam Operasi Seroja di Timor Timur April 1977. Ada dua tugas yang diemban, yakni pengintaian udara (air reconnaisance) dan pengendali bantuan tembakan udara (BTU) atau air spotter.

Pengintaian udara atas sasaran laut seputar Timor Timur untuk antisipasi kemungkinan kehadiran kapal asing yang akan membantu Fretilin. Sedangkan air spotter untuk pengendali bantuan tembakan udara bagi bomber B-26 Invader dan Bronco OV-10 dari TNI AU.

Selain itu, ada peristiwa yang terkenal, yaitu pencarian sekaligus pengusiran kapal Lusitania Expresso pada Maret 1992. Saat konflik Ambalat, pesawat Nomad juga menjadi ujung tombak TNI AL untuk melakukan patroli di wilayah perairan. Untuk misi sipil, Nomad juga dilibatkan dalam operasi kemanusiaan saat bencana tsunami melanda Aceh pada Desember 2004.

Pengadaan pesawat Nomad dilakukan Indonesia dan Australia pada 1972 melalui kerja sama pertahanan lewat Defco (Defence Cooperation) dengan realisasi dalam hibah beberapa kapal patroli maritim. Pada tahap pertama, Australia menyerahkan empat unit Nomad N22 Search Master B (diberi registrasi P-801 sampai 804), sekaligus TNI AL membentuk Skuadron 800 pada Juli 1976.

Tahun berikutnya TNI AL menerima delapan pesawat yang sama ditambah enam unit Nomad tipe Search Master L. Perbedaan antara Search Master B dan L adalah lingkup radarnya. Untuk Search Master B jangkauan radar hanya 180 derajat, sedangkan Search Master L jangkauan radar 360 derajat. Selain itu versi L kemampuan deteksinya dua kali lebih baik dari B.

Periode tahun 1993-1995, armada Nomad milik TNI-AL bertambah lagi dengan kehadiran N24 yang berkapasitas angkut lebih besar dan badan lebih panjang, bekas pakai angkatan darat Australia dan N22B yang semuanya merupakan versi angkut. Khusus untuk versi angkut ini, TNI-AL memasukannya ke Skuadron 600 (Angkut Taktis).

Total TNI AL memiliki 42 unit Nomad N22/N24, sekaligus menjadi operator Nomad terbesar di dunia. Selama pengabdiannya lima unit N22 mengalami kecelakaan, empat unit milik Puspenerbal dan satu lainnya milik MAF (Mission Aviation Fellowship).

Pada periode 2004-2006, Pusnerbal mulai memensiunkan pesawat Nomad, karena umurnya tidak diperpanjang lagi. TNI AL berniat untuk meningkatkan kemampuan patroli martim lewat teknologi lebih maju, sekaligus dapat melaksanakan tugas sekunder sebagai pesawat SAR (Search & Air Rescue) dengan pembelian NC-212 MPA (Maritime Patrol Aircraft) dan CN-235 Patmar (Patroli Maritim. Kedua pesawat tersebut buatan PT Dirgantara Indonesia.

Diolah dari berbagai sumber;
Indomiliter.com
aviahistoria.com
wikipedia
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9011 seconds (0.1#10.140)