Tuntaskan Stunting di Muara Enim, BKKBN Sumsel Tingkatkan Kapasitas Penyuluh
A
A
A
MUARA ENIM - BKKBN Sumatera Selatan bersama Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Muara Enim menggelar pertemuan peningkatan kapasitas petugas lapangan atau penyuluh. Penyuluh disiapkan untuk mensosialisasikan 1.000 hari pertama kehidupan (KHK) guna menuntaskan masalah stunting di Muara Enim.
“Muaraenim terdapat stunting berdasarkan data 2013 lalu. Sekarang kita mencegah. Nah, untuk 2019 kita dapat target sosialisasi terhadap 14.000 ibu hamil, calon ibu hamil dan yang memiliki balita,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN Sumsel Waspi dalam pembukaan Pertemuan Peningkatan Kapasitas Pengelola Program Prioritas Nasional bagi Petugas Lapangan dan Mitra Kerja di Kabupaten Muara Enim, di Hotel Grand Zury Muara Enim, Rabu (6/3/2019).
Sejumlah langka disiapkan dalam rangka mensosialisasikan 1000 HPK kepada masyarakat terutama 14.000 target se Kabupaten Muara Enim tersebut.
Seperti dengan membentuk kampung KB di 10 desa yang ditentukan, memaparkan pentingnya 1.000 HPK terhadap kelompok – kelompok masyarakat seperti posyandu dan ibu pengajian, serta penyebaran brosur yang disiapkan.
“BKKBN dapat amanah dalam program prioritas nasional. BKKBN khususnya memaparkan 1.000 hari pertama kehidupan, ada 45 penyuluh dan ditambah kader dan juga PKK. Lalu kita siapkan juga brosur yang berkaitan dengan pencegahan stunting,” timpalnya.
BKKBN, sambungnya, hanya sebatas penyuluhan atau memaparkan tentang 1.000 hari pertama kehidupan, selanjutnya koordinasi bersama instansi terkait lainnya dilakukan jika terdapat ibu hamil yang kurang mampu untuk pemenuhan asupan gizi.
“Kita lapor dengan bupati untuk bantu. Kita sudah rapat sebelumnya Januari lalu bersama semua instansi. Waktu itu ada bapak Asisten I dan Ketua TP PKK sangat apresiasi dan mendukung,” jelasnya.
“1.000 HPK ini pentingnya, dan jika gagal akan sulit dan dampaknya anak tersebut tidak hanya bertubuh pendek, tapi juga mudah terserang penyakit, kemampuan dalam pendidikan lebih rendah, dan dalam bekerja juga kemampuannya lebih rendah sekitar 20 persen dari standar. Makanya sosialisasi ini dilakukan juga terhadap suami dengan memasukkan fungsi keluarga. Ada delapan fungsi diantaranya fungsi cinta kasih. Karena selain kecerdasarkan fisik dan otak, karakter juga,” katanya.
Untuk diketahui, stunting (tubuh pendek) merupakan permasalahan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama atau kronis, terjadi sejak bayi dalam kandungan sampai anak umur 2 tahun.
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memasukan Kabupaten Muara Enim dalam daftar kabupaten yang harus mendapatkan program pencegahan stunting. Selain Muara Enim, di Provinsi Sumsel terdapat Kabupaten OKI yang masuk dalam Data Riskesdes 2013.
“Muaraenim terdapat stunting berdasarkan data 2013 lalu. Sekarang kita mencegah. Nah, untuk 2019 kita dapat target sosialisasi terhadap 14.000 ibu hamil, calon ibu hamil dan yang memiliki balita,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN Sumsel Waspi dalam pembukaan Pertemuan Peningkatan Kapasitas Pengelola Program Prioritas Nasional bagi Petugas Lapangan dan Mitra Kerja di Kabupaten Muara Enim, di Hotel Grand Zury Muara Enim, Rabu (6/3/2019).
Sejumlah langka disiapkan dalam rangka mensosialisasikan 1000 HPK kepada masyarakat terutama 14.000 target se Kabupaten Muara Enim tersebut.
Seperti dengan membentuk kampung KB di 10 desa yang ditentukan, memaparkan pentingnya 1.000 HPK terhadap kelompok – kelompok masyarakat seperti posyandu dan ibu pengajian, serta penyebaran brosur yang disiapkan.
“BKKBN dapat amanah dalam program prioritas nasional. BKKBN khususnya memaparkan 1.000 hari pertama kehidupan, ada 45 penyuluh dan ditambah kader dan juga PKK. Lalu kita siapkan juga brosur yang berkaitan dengan pencegahan stunting,” timpalnya.
BKKBN, sambungnya, hanya sebatas penyuluhan atau memaparkan tentang 1.000 hari pertama kehidupan, selanjutnya koordinasi bersama instansi terkait lainnya dilakukan jika terdapat ibu hamil yang kurang mampu untuk pemenuhan asupan gizi.
“Kita lapor dengan bupati untuk bantu. Kita sudah rapat sebelumnya Januari lalu bersama semua instansi. Waktu itu ada bapak Asisten I dan Ketua TP PKK sangat apresiasi dan mendukung,” jelasnya.
“1.000 HPK ini pentingnya, dan jika gagal akan sulit dan dampaknya anak tersebut tidak hanya bertubuh pendek, tapi juga mudah terserang penyakit, kemampuan dalam pendidikan lebih rendah, dan dalam bekerja juga kemampuannya lebih rendah sekitar 20 persen dari standar. Makanya sosialisasi ini dilakukan juga terhadap suami dengan memasukkan fungsi keluarga. Ada delapan fungsi diantaranya fungsi cinta kasih. Karena selain kecerdasarkan fisik dan otak, karakter juga,” katanya.
Untuk diketahui, stunting (tubuh pendek) merupakan permasalahan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama atau kronis, terjadi sejak bayi dalam kandungan sampai anak umur 2 tahun.
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memasukan Kabupaten Muara Enim dalam daftar kabupaten yang harus mendapatkan program pencegahan stunting. Selain Muara Enim, di Provinsi Sumsel terdapat Kabupaten OKI yang masuk dalam Data Riskesdes 2013.
(sms)