3 Remaja Pendaki Gunung Tampomas, Bolos Sekolah dan Tak Izin Orangtua
A
A
A
INDRAMAYU - Ketiga remaja asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang meninggal saat mendaki Gunung Tampomas sudah dimakamkan, Senin (4/3/2019) siang. Korban Lucky Parikesit dan Agip Trisakti dimakamkan di tempat pemakaman umum Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, sedangkan Ferdi Firmansyah dimakamkan di pemakaman Desa Tugu Lor, Kecamatan Sliyeg.
Pemakaman juga dihadiri oleh puluhan teman sekolah korban dan guru. Pihak sekolah mengaku pada hari Sabtu 2 Maret 2019 ketiga korban tidak masuk sekolah dan tidak ada izin alasan tidak masuk sekolah. “Kemudian kami mendapatkan kabar duka dari ketiga pelajar tersebut,” Riyana, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sliyeg. (Baca juga; Keluarga Histeris Sambut Kedatangan Jasad Tiga Pendaki yang Tewas di Gunung Tampomas )
Sebelumnya, ketiga korban yang berusia antara 13 dan 14 tahun ditemukan meninggal dunia di Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang saat melakukan pendakian. Ketiganya meninggal diduga akibat hipotermia atau kedinginan. Selain itu para korban juga belum memiliki pengalaman dalam pendakian gunung.
Begitu juga menurut keterangan pihak keluarga, mereka tidak izin sama kedua orangtua untuk mendaki gunung. Korban hanya izin untuk berjalan-jalan. “Pihak keluarga sebelumnya merasakan firasat buruk sebelum korban berangkat, namun karena korban izin jalan-jalan, kedua orangtua memberikan izin,” kata Patoni, paman korban.
Pemakaman juga dihadiri oleh puluhan teman sekolah korban dan guru. Pihak sekolah mengaku pada hari Sabtu 2 Maret 2019 ketiga korban tidak masuk sekolah dan tidak ada izin alasan tidak masuk sekolah. “Kemudian kami mendapatkan kabar duka dari ketiga pelajar tersebut,” Riyana, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sliyeg. (Baca juga; Keluarga Histeris Sambut Kedatangan Jasad Tiga Pendaki yang Tewas di Gunung Tampomas )
Sebelumnya, ketiga korban yang berusia antara 13 dan 14 tahun ditemukan meninggal dunia di Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang saat melakukan pendakian. Ketiganya meninggal diduga akibat hipotermia atau kedinginan. Selain itu para korban juga belum memiliki pengalaman dalam pendakian gunung.
Begitu juga menurut keterangan pihak keluarga, mereka tidak izin sama kedua orangtua untuk mendaki gunung. Korban hanya izin untuk berjalan-jalan. “Pihak keluarga sebelumnya merasakan firasat buruk sebelum korban berangkat, namun karena korban izin jalan-jalan, kedua orangtua memberikan izin,” kata Patoni, paman korban.
(wib)