Kurang Promosi, Pedagang PKL Skywalk Cihampelas Banyak Gulung Tikar
A
A
A
BANDUNG - Daya tarik Skywalk Cihampelas, salah satu kawasan destinasi wisata di Kota Bandung kini mulai meredup. Selain kumuh, kawasan pedistrian melayang atau yang dikenal dengan Teras Cihampelas mulai dikeluhkan para pedagang binaan Pemkot Bandung.
Seorang pedagang sendal di Teras Cihampelas Kiki Amaluki mengaku, sejak delapan bulan terakhir wisatawan yang berkunjung ke Skywalk Cihampelas turun drastis. Terutama pengunjung yang berbelanja di kawasan pedagang Teras Cihampelas. Kondisi itu terlihat dari omzet yang diperoleh ratusan PKL di sepanjang Teras Cihampelas menurun drastis.
Bahkan, tidak sedikit pedagang yang direlokasi dan ditata di atas Teras Cihampelas gulung tikar alias bangkrut. "Sekarang sepi. Pendapatan juga susah. Banyak yang gukung tikar," keluh Kiki saat ditemui di Teras Cihampelas, Rabu 24 Oktober 2018.
Dia menyebutkan, sepinya pengunjung yang naik ke Teras Cihampelas akibat tidak adanya inovasi baru atau sosialisasi yang digebyarkan pemerintah. Menurut dia, pengunjung yang datang ke Cihampelas lebih memilih berbelanja di lapak PKL yang berada di bawah jembatan dari pada kios pedagang yang di atas.
"Komitmen awal tidak dijalankan. Padahal, kami bersedia dipindah ke atas untuk ditata dengan syarat tidak ada PKL yang berjualan di bawah," katanya.
Kiki menilai, kondisi pedagang PKL yang berada di atas Teras Cihampelas sangat berbeda dengan yang di bawah. Padahal penataan PKL di Teras Cihampelas ini menjadi percontohan bagi kawasan lain.
"Ternyata hanya beberapa bulan saja setelah diresmikan. Sekarang bukan solusi. Keberadaan Teras Cihampelas justru membuat para PKL yang sudah direlokasi naik ke atas Skywalk menjerit," ujarnya.
Kiki merupakan salah satu pedagang Teras Cihampelas yang masih bertahan dengan modal seadanya. Sedangkan, puluhan PKL lain lebih memilih tutup dan mengontrakkan kiosnya kepada pedagang lain. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang kembali ke trotoar untuk menyambung hidup.
“Di bawah banyak PKL baru. Untuk apa ada relokasi kalau yang di bawah dibiarkan. Sementara kami di sini sepi, tidak ada yang beli,” cetus Kiki.
Seorang PKL Teras Cihampelas yang menutup usahanya adalah Agus Sofyan. Dengan usaha barang dagangan kaus souvenir bertuliskan "Bandung" sempat berjaya ketika berjualan sebelum ada Teras Cihampelas.
Kini Agus memilih tutup usahanya sejak dua bulan lalu akibat sepinya pembeli di atas Teras Cihampelas. “Pengunjung sepi. Sudah dua bulan ini enggak jualan. Sekarang cari kerja saja. Mau jualan lagi sudah abis modal,” kata Agus.
Agus mengaku, pendapatannya turun drastis setelah direlokasi ke atas Skywalk. Dulu, ketika masih berjualan di pinggir Jalan Cihampelas, dia mampu mengantongi untung tidak kurang dari Rp1 juta setiap harinya. “Kalau sekarang di teras (Cihampelas) kadang satu hari enggak ada penglaris (tidak ada yang beli). Malah sekarang saya jadi punya utang Rp20 juta,” akunya.
Demi menutupi utang, Agus mengakui jika dirinya terpaksa menyewakan lapak gratis pemberian Pemerintah Kota Bandung dengan harga Rp500.000 per bulan. Agus mengaku tidak punya pilihan lain meski diakuinya hal tersebut menyalahi aturan. “Daripada kosong kan, sayang. Sambil nunggu siapa tahu ke depan ada modal lagi buat jualan,” tandasnya.
Pedagang lainnya, Hendra mengeluhkan hal serupa. Barang dagangannya berupa sweater masih menumpuk akibat sepi pembeli. “Dulu satu hari biasanya bersih dapat Rp1,5 juta. Sekarang Rp100.000 saja susah,” ujar Hendra saat ditemui di Teras Cihampelas.
Meski kondisinya demikian, Hendra tetap berupaya bertahan sekuat tenaga berjualan di Teras Cihampelas. “Dulu saya enggak punya utang. Sekarang punya utang Rp100 juta di bank,” pungkasnya.
Seorang pedagang sendal di Teras Cihampelas Kiki Amaluki mengaku, sejak delapan bulan terakhir wisatawan yang berkunjung ke Skywalk Cihampelas turun drastis. Terutama pengunjung yang berbelanja di kawasan pedagang Teras Cihampelas. Kondisi itu terlihat dari omzet yang diperoleh ratusan PKL di sepanjang Teras Cihampelas menurun drastis.
Bahkan, tidak sedikit pedagang yang direlokasi dan ditata di atas Teras Cihampelas gulung tikar alias bangkrut. "Sekarang sepi. Pendapatan juga susah. Banyak yang gukung tikar," keluh Kiki saat ditemui di Teras Cihampelas, Rabu 24 Oktober 2018.
Dia menyebutkan, sepinya pengunjung yang naik ke Teras Cihampelas akibat tidak adanya inovasi baru atau sosialisasi yang digebyarkan pemerintah. Menurut dia, pengunjung yang datang ke Cihampelas lebih memilih berbelanja di lapak PKL yang berada di bawah jembatan dari pada kios pedagang yang di atas.
"Komitmen awal tidak dijalankan. Padahal, kami bersedia dipindah ke atas untuk ditata dengan syarat tidak ada PKL yang berjualan di bawah," katanya.
Kiki menilai, kondisi pedagang PKL yang berada di atas Teras Cihampelas sangat berbeda dengan yang di bawah. Padahal penataan PKL di Teras Cihampelas ini menjadi percontohan bagi kawasan lain.
"Ternyata hanya beberapa bulan saja setelah diresmikan. Sekarang bukan solusi. Keberadaan Teras Cihampelas justru membuat para PKL yang sudah direlokasi naik ke atas Skywalk menjerit," ujarnya.
Kiki merupakan salah satu pedagang Teras Cihampelas yang masih bertahan dengan modal seadanya. Sedangkan, puluhan PKL lain lebih memilih tutup dan mengontrakkan kiosnya kepada pedagang lain. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang kembali ke trotoar untuk menyambung hidup.
“Di bawah banyak PKL baru. Untuk apa ada relokasi kalau yang di bawah dibiarkan. Sementara kami di sini sepi, tidak ada yang beli,” cetus Kiki.
Seorang PKL Teras Cihampelas yang menutup usahanya adalah Agus Sofyan. Dengan usaha barang dagangan kaus souvenir bertuliskan "Bandung" sempat berjaya ketika berjualan sebelum ada Teras Cihampelas.
Kini Agus memilih tutup usahanya sejak dua bulan lalu akibat sepinya pembeli di atas Teras Cihampelas. “Pengunjung sepi. Sudah dua bulan ini enggak jualan. Sekarang cari kerja saja. Mau jualan lagi sudah abis modal,” kata Agus.
Agus mengaku, pendapatannya turun drastis setelah direlokasi ke atas Skywalk. Dulu, ketika masih berjualan di pinggir Jalan Cihampelas, dia mampu mengantongi untung tidak kurang dari Rp1 juta setiap harinya. “Kalau sekarang di teras (Cihampelas) kadang satu hari enggak ada penglaris (tidak ada yang beli). Malah sekarang saya jadi punya utang Rp20 juta,” akunya.
Demi menutupi utang, Agus mengakui jika dirinya terpaksa menyewakan lapak gratis pemberian Pemerintah Kota Bandung dengan harga Rp500.000 per bulan. Agus mengaku tidak punya pilihan lain meski diakuinya hal tersebut menyalahi aturan. “Daripada kosong kan, sayang. Sambil nunggu siapa tahu ke depan ada modal lagi buat jualan,” tandasnya.
Pedagang lainnya, Hendra mengeluhkan hal serupa. Barang dagangannya berupa sweater masih menumpuk akibat sepi pembeli. “Dulu satu hari biasanya bersih dapat Rp1,5 juta. Sekarang Rp100.000 saja susah,” ujar Hendra saat ditemui di Teras Cihampelas.
Meski kondisinya demikian, Hendra tetap berupaya bertahan sekuat tenaga berjualan di Teras Cihampelas. “Dulu saya enggak punya utang. Sekarang punya utang Rp100 juta di bank,” pungkasnya.
(wib)