Dampak Sosial Proyek KCIC Mulai Jadi Gejolak di Masyarakat
A
A
A
PADALARANG - Keberadaan proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta-Bandung yang melintasi wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB), mulai menimbulkan dampak sosial pada masyarakat sekitarnya.
Ekslusivitas proyek ini membuat masyarakat sekitar kerap terpinggirkan, bahkan kendala bahasa dan banyaknya papan proyek yang menggunakan bahasa China membuat warga merasa asing di daerahnya sendiri.
"Dampak sosial proyek KA Cepat sudah mulai terasa. Seperti masyarakat tidak boleh mengakses lokasi proyek hingga penggunaan bahasa China dalam setiap papan proyek," ungkap anggota Komisi IV DPRD KBB, Mohamad Rizwan, Sabtu (13/10/2018).
Rizwan menyebutkan, sejauh ini banyak keluhan yang disampaikan secara langsung kepadanya. Oleh karena itu dia meminta agar papan proyek KCIC sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang dimengerti oleh masyarakat umum.
Apalagi warga lokal juga tidak banyak yang diakomodir dalam proyek tersebut, kalaupun ada hanya berkutat di pekerjaan kasar. Sehingga terkesan seperti pekerja lokal menjadi kaum minoritas di antara pekerja-pekerja asing.
Dia juga mempertanyakan apa yang telah diberikan oleh PT KCIC kepada masyarakat KBB. "Sampai saat ini, KCIC belum memberikan apa-apa untuk masyarakat KBB. Padahal proyeknya menelan dana lebih dari Rp82 triliun serta area yang terlintasi proyek KA Cepat di KBB cukup luas," tandas legislator dari PKPI ini.
Berbeda dibandingkan dengan proyek nasional pembangunan PLTA Upper Cisokan di Kecamatan Rongga, KBB. Kendati proyek itu belum selesai tapi mereka sudah memberikan community development (comdev) sebesar total Rp225 miliar ke KBB yang dipergunakan untuk pembangunan jalan dan fasilitas publik khususnya di wilayah selatan.
Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna juga mempertanyakan comdev ataupun bentuk CSR dari proyek KA cepat Jakarta-Bandung yang bisa dirasakan langsung oleh warga KBB. Hingga sekarang mega proyek itu sama sekali belum ada konstribusi untuk pengembangan daerah. Sementara pengerjaan fisik di lapangan bahkan ground breaking proyek ini secara simbolis dilakukan oleh Presiden Jokowi di kawasan Walini, Cikalong Wetan, yang masuk wilayah KBB.
"Di KBB sekarang ini ada dua proyek besar berskala nasional yang sedang berproses, yaitu kereta cepat Jakarta-Bandung dan PLTA Upper Cisokan. Namun hanya dari proyek Upper Cisokan, KBB mendapat bantuan atau comdev sementara dari KCIC tidak ada," tegasnya.
Ekslusivitas proyek ini membuat masyarakat sekitar kerap terpinggirkan, bahkan kendala bahasa dan banyaknya papan proyek yang menggunakan bahasa China membuat warga merasa asing di daerahnya sendiri.
"Dampak sosial proyek KA Cepat sudah mulai terasa. Seperti masyarakat tidak boleh mengakses lokasi proyek hingga penggunaan bahasa China dalam setiap papan proyek," ungkap anggota Komisi IV DPRD KBB, Mohamad Rizwan, Sabtu (13/10/2018).
Rizwan menyebutkan, sejauh ini banyak keluhan yang disampaikan secara langsung kepadanya. Oleh karena itu dia meminta agar papan proyek KCIC sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang dimengerti oleh masyarakat umum.
Apalagi warga lokal juga tidak banyak yang diakomodir dalam proyek tersebut, kalaupun ada hanya berkutat di pekerjaan kasar. Sehingga terkesan seperti pekerja lokal menjadi kaum minoritas di antara pekerja-pekerja asing.
Dia juga mempertanyakan apa yang telah diberikan oleh PT KCIC kepada masyarakat KBB. "Sampai saat ini, KCIC belum memberikan apa-apa untuk masyarakat KBB. Padahal proyeknya menelan dana lebih dari Rp82 triliun serta area yang terlintasi proyek KA Cepat di KBB cukup luas," tandas legislator dari PKPI ini.
Berbeda dibandingkan dengan proyek nasional pembangunan PLTA Upper Cisokan di Kecamatan Rongga, KBB. Kendati proyek itu belum selesai tapi mereka sudah memberikan community development (comdev) sebesar total Rp225 miliar ke KBB yang dipergunakan untuk pembangunan jalan dan fasilitas publik khususnya di wilayah selatan.
Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna juga mempertanyakan comdev ataupun bentuk CSR dari proyek KA cepat Jakarta-Bandung yang bisa dirasakan langsung oleh warga KBB. Hingga sekarang mega proyek itu sama sekali belum ada konstribusi untuk pengembangan daerah. Sementara pengerjaan fisik di lapangan bahkan ground breaking proyek ini secara simbolis dilakukan oleh Presiden Jokowi di kawasan Walini, Cikalong Wetan, yang masuk wilayah KBB.
"Di KBB sekarang ini ada dua proyek besar berskala nasional yang sedang berproses, yaitu kereta cepat Jakarta-Bandung dan PLTA Upper Cisokan. Namun hanya dari proyek Upper Cisokan, KBB mendapat bantuan atau comdev sementara dari KCIC tidak ada," tegasnya.
(wib)