KLHK Pastikan Proyek PLTA Batangtoru Ramah Lingkungan
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Dirjen Pengendalian Kerusakan Perairan Darat, Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK), Sakti Hadengganan Harahap menyatakan, keberadaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumut, ramah lingkungan.
Alasannya, PLTA Batangtoru hanya membutuhkan lahan genangan puluhan hektare. Dari hasil peninjauan lapangan, total lahan genangan air hanya 90 hektare, dengan rincian, 24 hektare dari total lahan genangan air itu sudah terbentuk secara alami. Dengan kondisi itu, proyek PLTA Batangtoru dinilai ramah terhadap lingkungan.
“Proyek PLTA di wilayah lain itu memakai lahan genangan air ratusan bahkan ribuan hectare. Sedangkan PLTA Batangtoru hanya puluhan hektare saja,” ujarnya.
Selanjutnya, kondisi arus air sungai Batangtoru yang menjadi bahan dasar untuk perusahaan itu masih sangat stabil. Artinya, kawasan hutan, terutama di sepanjang aliran sungai masih terjaga.
Biasanya, apabila lingkungan sudah rusak, debit air sungai tidak stabil. Pada masa musim penghujan, debit air sungai tiba-tiba naik, sedangkan saat kemarau, maka akan terjadi kekeringan. ”Ini menjadi salah satu bukti lainnya, arus dan debit air Sungai Batangtoru masih stabil,” tuturnya.
Pada dasarnya, air merupakan bahan dasar untuk produksi dari perusahaan PLTA Batangtoru, sehingga, untuk menjaga debit air itu, maka perusahaan harus menjaga lingkungan.
“Perusahaan ini tergantung dengan alam, kalau alamnya rusak, mereka akan rugi triliunan rupiah sebagai investasinya awalnya. Sehingga mereka harus menjaga sumber investasi itu,” tandasnya.
Perwakilan perusahaan PLTA Batangtoru, Agus Djoko Ismanto mengatakan, PLTA Batangtoru dapat lebih berkembang apabila dalam operasionalnya selalu menjaga lingkungan. Sebab, PLTA Batangtoru bergantung kepada kelestarian alam dimana tempat beroperasi. Laki-laki yang akrab disapa Aji itu menjelaskan, PLTA Batangtoru beroperasi di luar kawasan hutan.
"PLTA Batangtoru tidak berada pada kawasan hutan, melainkan berada pada areal penggunaan lain (APL). Tidak benar jika ada pihak yang menyebutkan PLTA Batangtoru berada pada hutan primer dan hutan konservasi (cagar alam),” tuturnya.Untuk diketahui, PT NSHE membangun PLTA Batangtoru dengan teknologi canggih yang didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 Hektare (Ha). Ditambah lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian untuk menampung air. Air kolam harian itu akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.
Alasannya, PLTA Batangtoru hanya membutuhkan lahan genangan puluhan hektare. Dari hasil peninjauan lapangan, total lahan genangan air hanya 90 hektare, dengan rincian, 24 hektare dari total lahan genangan air itu sudah terbentuk secara alami. Dengan kondisi itu, proyek PLTA Batangtoru dinilai ramah terhadap lingkungan.
“Proyek PLTA di wilayah lain itu memakai lahan genangan air ratusan bahkan ribuan hectare. Sedangkan PLTA Batangtoru hanya puluhan hektare saja,” ujarnya.
Selanjutnya, kondisi arus air sungai Batangtoru yang menjadi bahan dasar untuk perusahaan itu masih sangat stabil. Artinya, kawasan hutan, terutama di sepanjang aliran sungai masih terjaga.
Biasanya, apabila lingkungan sudah rusak, debit air sungai tidak stabil. Pada masa musim penghujan, debit air sungai tiba-tiba naik, sedangkan saat kemarau, maka akan terjadi kekeringan. ”Ini menjadi salah satu bukti lainnya, arus dan debit air Sungai Batangtoru masih stabil,” tuturnya.
Pada dasarnya, air merupakan bahan dasar untuk produksi dari perusahaan PLTA Batangtoru, sehingga, untuk menjaga debit air itu, maka perusahaan harus menjaga lingkungan.
“Perusahaan ini tergantung dengan alam, kalau alamnya rusak, mereka akan rugi triliunan rupiah sebagai investasinya awalnya. Sehingga mereka harus menjaga sumber investasi itu,” tandasnya.
Perwakilan perusahaan PLTA Batangtoru, Agus Djoko Ismanto mengatakan, PLTA Batangtoru dapat lebih berkembang apabila dalam operasionalnya selalu menjaga lingkungan. Sebab, PLTA Batangtoru bergantung kepada kelestarian alam dimana tempat beroperasi. Laki-laki yang akrab disapa Aji itu menjelaskan, PLTA Batangtoru beroperasi di luar kawasan hutan.
"PLTA Batangtoru tidak berada pada kawasan hutan, melainkan berada pada areal penggunaan lain (APL). Tidak benar jika ada pihak yang menyebutkan PLTA Batangtoru berada pada hutan primer dan hutan konservasi (cagar alam),” tuturnya.Untuk diketahui, PT NSHE membangun PLTA Batangtoru dengan teknologi canggih yang didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 Hektare (Ha). Ditambah lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian untuk menampung air. Air kolam harian itu akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.
(rhs)