IDI Kobar: Parkinson, Epilepsi dan Bayi Tabung Bisa Diatasi di SMC RS Telogorejo

Senin, 17 September 2018 - 11:18 WIB
IDI Kobar: Parkinson,...
IDI Kobar: Parkinson, Epilepsi dan Bayi Tabung Bisa Diatasi di SMC RS Telogorejo
A A A
KOTAWARINGIN BARAT - Penyakit Parkinson dan Epilepsi masih marak terjadi di era modern seperti saat ini. Teknologi terkini terkait penangannya pun terus dimutakhirkan. Dalam kegiatan seminar mengenai teknologi terkini penanganan parkinson, epilepsi, dan IVF (bayi tabung) ratusan dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng bekerjasama dengan Semarang Medical Center (SMC) RS Telogorejo diisi oleh tiga pemateri, meliputi dr Arie Sutanto Sp.OG (K) yang menyampaikan teknologi terkini mengenai bayi tabung, Prof dr Zainal Muttaqin, Sp. BS.Phd yang menyampaikan tentang penanganan terkini penyakit epilepsi, dan dr M Thohar Arifin A, PhD.PAK.Sp.BS yang membahas soal parkinson.

“Selama ini kita banyak belajar dari para profesor dan dokter di RS Telogorejo Semarang. Kali ini kita belajar ilmu tentang parkinson, epilepsi, dan IVF (bayi tabung). Dan memang peralatan dan tenaga kedokteran yang profesional di RS Telogorejo membuat pelayanan memuaskan. Setiap minggu pasien dari Kobar yang kita rujuk ke sana mencapai 7-10 orang. Terkait epilepsi bisa diobati dengan cara operasi dengan teknologi terkini di RS Telogorejo solusinya,” ujar Plt Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang juga ketua IDI Cabang Kobar ini.

Sementara itu, dokter kandungan, Arie Sutanto menjelaskan, saat ini dengan teknologi yang ada, upaya mencapai kehamilan bagi pasangan yang mengalami infertilitas atau kesulitan mendapatkan anak bisa dilakukan.

"Pada pasangan yang mengalami masalah infertilitas, kemungkinan hamil bila dilakukan dengan upaya bayi tabung. Bisa lebih besar dari cara lain. Persentasenya sekitar 30%," ungkap Arie.

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan saat ingin mengikuti program bayi tabung ialah faktor umur.

"Khususnya pada pasien infertilitas perempuan, sebaiknya berusia di bawah 35 tahun. Namun saat ini banyak pasien yang usianya di atas itu. Penyebabnya bisa ketidaktahuan mengenai upaya apa yang harus dilakukan bila tidak punya anak. Idealnya satu tahun menikah, tinggal bersama, tapi belum ada keturunan maka lebih baik periksakan diri ke dokter," imbau Arie.

Kemudian, Zainal Muttaqin yang merupakan ahi bedah syaraf, menjelaskan tentang perkembangan baru penanganan pasien epilepsi. Profesor yang ahli di bidang epilepsi dan termasuk 6 besar dokter di dunia yang ahli dibidang epilepsi ini menularkan ilmunya ke ratusan dokter di Kobar.

"Dari 250 juta rakyat Indonesia diperkirakan saat ini jumlah pasien epilepsi sekitar 2 juta orang. Dari 2 juta pasien epilepsi tersebut ada sepertiganya yaitu sekitar 700 ribu yang sulit diobati. Artinya walaupun mengonsumsi obat, sulit disembuhkan. Kemudian sekitar 350 ribu pasien epilepsi hanya bisa ditolong melalui upaya pembedahan," tuturnya.

Dengan teknologi kedokteran yang baru, lanjut Zainal, di Semarang Medical Center (SMC) RS Telogorejo, Semarang, Jawa Tengah, pihaknya mengembangkan upaya penanganan epilepsi tersebut. “Dengan cara pembedahan menggunakan teknologi terkini yang dimiliki RS Telogorejo,” timpalnya

Di tempat yang sama, Bussines Development Supervisor RS Telogorejo Semarang, Ita Zonia Wisudasari menjelaskan, program yang bisa dimanfaatkan masyarakat bila mengalami masalah infertilitas, penyakit parkinson, dan epilepsi.

"SMC RS Telogorejo meningkatkan standard pelayanannya dalam mengikuti kemajuan teknologi terkini di era milenial. Pasien SMC RS Telogorejo dapat menikmati layanan kesehatan terbaik dalam bidang neuro atau syaraf dan infertilitas, didampingi tenaga ahli dibidangnya," jelas Ita.

Jadi, lanjut dia, bila ada masyarakat yang keluarganya menderita epilepsi sebaiknya segera mendatangi RS terdekat untuk berobat.

"Nantinya bila tidak mampu ditangani oleh RS setempat, lantaran keterbatasan sarana prasarana, biasanya pasien akan di rujuk ke RS berikutnya. RS Telogorejo Semarang juga banyak menangani pasien rujukan RSUD Sultan Imanuddin asal Kabupaten Kobar. Lantaran pasien rujukan, maka biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan," sebut Ita.

Selain itu, pihaknya juga banyak menerima pasien infertilitas asal Kabupaten Kobar yang ingin mendapatkan keturunan dengan proses bayi tabung.

"Bisa dibandingkan fasilitas layanan kita dengan harga atau biaya yang harus dibayarkan oleh RS lain. RS Telogorejo mempunyai paket IVF atau bayi tabung sebesar Rp39,5 juta. Paket tersebut termasuk dari prose awal yaitu ovum pickup (pengambilan ovum), embrio transfer (memasukkan embrio ke rahim), dan terapi lainnya," ungkapnya.

Bila terapi pertama gagal, akan diupayakan hingga berhasil. "Namun bila memang terjadi kegagalan kehamilan lantaran kondisi pasien yang tidak memungkinkan, pasien hanya membayarkan biaya terapi sesuai yang didapatkan saja. Namun untuk lebih jelasnya silakan datang dan berkonsultsi pada kami di RS Telogorejo,” tandasnya.
(wib,whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1098 seconds (0.1#10.140)