Merapi Letuskan Material Baru

Sabtu, 26 Mei 2018 - 12:28 WIB
Merapi Letuskan Material Baru
Merapi Letuskan Material Baru
A A A
YOGYAKARTA - Warga di sekitar Gunung Merapi diminta waspada karena hingga kini aktivitas gunung tersebut masih tinggi.

Dari penelitian terakhir yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, diketahui sudah ada perbedaan mencolok mengenai material letusan. Analisis laboratorium menunjukkan bahwa letusan pada 21 Mei jelas berbeda dengan letusan pertama pada 11 Mei lalu.

Sampel dari produk letusan 21 Mei pada 02.59 WIB tersusun atas komponen magmatik dan bersifat lebih asam daripada material yang diletuskan pada 11 Mei. “Hal ini mengindikasikan bahwa material produk 21 Mei adalah material-material baru yang berasal dari dalam Gunung Merapi, bukan material-material lama di kawah atau permukaan,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam konferensi pers di Kantor BPPTKG DIY, Jalan Cendana, Yogyakarta, kemarin. Menurutnya, peran unsur magmatik pada letusan 21 Mei 2018 jauh lebih dominan dari pada letusan 11 Mei 2018.

Oleh karena karakter magmanya mu dah melepaskan gas-gas vulkanik, magma tidak membangun tekanan internalnya sehingga tidak terdeteksi adanya gejala deformasi maupun kegempaan yang signifikan. Dari hasil analisis, kata Hanik, ada indikasi terjadinya proses awal magma menuju permukaan.

Namun, hal itu perlu ditambah dengan pengamatan lain seperti data tingkat deformasi, seismik, dan pengamatan visual untuk memperkuat indikasi tersebut. “Letusan tanggal 21 Mei diindikasikan menuju proses awal letusan magmatik,” tandasnya. Melihat kondisi Merapi terkini maka tingkat aktivitas masih dalam kondisi Waspada.

Status Merapi pada 21 Mei lalu dinaikkan dari Normal (level I) ke Waspada (level II). “Pada level ini, radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi tidak diperkenankan untuk aktivitas penduduk karena tetap ada ancaman lontaran pasir, kerikil, batu apabila terjadi letusan,” jelasnya.

Untuk mengurangi dampak abu, masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan diharapkan pakai masker. Selain itu, masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Merapi diharapkan untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan dan mengantisipasi dampak bahaya abu vulkanik. Di Boyolali, sejumlah warga Desa Tlogolele, Kecamatan Selo menggelar ronda malam di 30 titik guna memantau kondisi Gunung Merapi saat hari gelap.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika aktivitas Merapi tiba-tiba bergejolak. Sekretaris Desa Tlogolele Neigen Achtah Nur Edy Saputra mengatakan, ronda malam dilakukan di seluruh dukuh yang ada di wi layahnya. Untuk satu dukuh terda pat dua atau lebih titik ronda.

“Termasuk di tempat penampung an pengungsi sementara (TPPS) di Dukuh Tlogolele warga juga bersiaga jika ada pengungsi datang,” ungkap Nur Edy Saputra kemarin. Dengan status Gunung Merapi yang naik dari level aktif normal ke waspada, kegiatan pemantauan malam hari secara visual digiatkan.

Warga sangat membutuhkan dukungan logistik karena bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Jawa Tengah dan Boyolali baru sebatas untuk keperluan pengungsi. Pada Kamis (24/5) malam hingga siang kemarin, kondisi Merapi terpantau relatif tenang.

Gambaran itu tidak seperti beberapa hari sebelumnya yang mengalami erupsi freatik dengan suara gemuruh, kepulan asap membumbung hingga menyemburkan abu vulkanik. Namun demikian, warga tetap waspada mengingat gunung yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu telah memasuki erupsi magmatik. Warga tidak mau lengah dan terus meningkatkan kewaspadaan.
(Ary Wahyu Wibowo/Okezone)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6274 seconds (0.1#10.140)