Penolakan Makam Teroris, Risma Menunggu Fatwa MUI
A
A
A
SURABAYA - Penolakan pemakaman teroris di Kota Pahlawan, Surabaya masih terus menimbulkan polemik. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menunggu keputusan dan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) soal pemakaman terduga teroris yang ditolak warganya.
Di berbagai sudut kota, aksi penolakan warga diwujudkan dengan berbagai cara, mulai memasang spanduk-spanduk kecaman hingga penutupan liang lahat jenazah. Mereka tak mau jenazah teroris dimakamkan di Surabaya.
Sejak Kamis (17/5/2018) sore, warga menutup tujuh liang lahat jenazah teroris yang hendak dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jarak, Jalan Putat Jaya, Surabaya.
Penolakan itu dikarenakan warga mengecam keras aksi tindakan bom bunuh diri. Selain itu, tidak ada satu pun keluarga atau kerabat yang datang saat jenazah hendak dimakamkan.
Tri Rismaharini memahami penolakan yang dilakukan warganya. Dia pun langsung koordinasi dan komunikasi bersama MUI. Risma mengirim surat kepada MUI meminta solusi atau pun fatwa soal penolakan pemakana itu.“Kita tunggu hasil Fatwa MUI seperti apa, sehingga nantinya mudah untuk menjelaskan kepada warga,” ujar Risma ketika ditemui di Gedung Convention hall Arief Rahman Hakim, Jumat (18/5/2018).
Langkah ini, kata dia, merupakan alternatif satu-satunya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dirinya pun tidak berani mengambil keputusan saat memperoleh informasi tersebu.“Saya tidak berani mengambil keputusan karena takut menimbulkan gesekan yang semakin besar dengan masyarakat. Masalah satu belum selesai terus ada gesekan dengan warga. Jangan sampai itu terjadi dan Itu berat bagi saya,” ungkapnya.
Sampai saat ini, Risma masih menunggu hasil fatwa MUI yang akan dikeluarkan. “Ya kita menunggu fatwanya seperti apa karena ada beberapa warga yang menolak aksi bom bunuh diri ini,” ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Risma juga sedih dengan aksi bom bunuh diri yang juga berdampak pada perekonomian kota. Saat ini, roda perekonomian di Kota Surabaya sedang mengalami penurunan. “Ya agak turun tapi mudah-mudahan cepat normal kembali,” katanya.
Di berbagai sudut kota, aksi penolakan warga diwujudkan dengan berbagai cara, mulai memasang spanduk-spanduk kecaman hingga penutupan liang lahat jenazah. Mereka tak mau jenazah teroris dimakamkan di Surabaya.
Sejak Kamis (17/5/2018) sore, warga menutup tujuh liang lahat jenazah teroris yang hendak dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jarak, Jalan Putat Jaya, Surabaya.
Penolakan itu dikarenakan warga mengecam keras aksi tindakan bom bunuh diri. Selain itu, tidak ada satu pun keluarga atau kerabat yang datang saat jenazah hendak dimakamkan.
Tri Rismaharini memahami penolakan yang dilakukan warganya. Dia pun langsung koordinasi dan komunikasi bersama MUI. Risma mengirim surat kepada MUI meminta solusi atau pun fatwa soal penolakan pemakana itu.“Kita tunggu hasil Fatwa MUI seperti apa, sehingga nantinya mudah untuk menjelaskan kepada warga,” ujar Risma ketika ditemui di Gedung Convention hall Arief Rahman Hakim, Jumat (18/5/2018).
Langkah ini, kata dia, merupakan alternatif satu-satunya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dirinya pun tidak berani mengambil keputusan saat memperoleh informasi tersebu.“Saya tidak berani mengambil keputusan karena takut menimbulkan gesekan yang semakin besar dengan masyarakat. Masalah satu belum selesai terus ada gesekan dengan warga. Jangan sampai itu terjadi dan Itu berat bagi saya,” ungkapnya.
Sampai saat ini, Risma masih menunggu hasil fatwa MUI yang akan dikeluarkan. “Ya kita menunggu fatwanya seperti apa karena ada beberapa warga yang menolak aksi bom bunuh diri ini,” ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Risma juga sedih dengan aksi bom bunuh diri yang juga berdampak pada perekonomian kota. Saat ini, roda perekonomian di Kota Surabaya sedang mengalami penurunan. “Ya agak turun tapi mudah-mudahan cepat normal kembali,” katanya.
(vhs)