Misteri Benteng Kedung Cowek, Bungker Penyimpanan Peluru Arek-arek Suroboyo
A
A
A
Peninggalan perang saat pertempuran 10 November di Kota Surabaya masih menyimpan banyak sejarah. Salah satunya bungker yang sempat dijadikan benteng penyimpanan peluru. Di lokasi terlihat peninggalan perang masih menyisahkan sembilan benteng atau bunker di Kelurahan Kedung Cowek yang merupakan bekas peninggalan Belanda.
Dikutip dari dolandolen.com, Benteng tersebut didirikan pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengantisipasi serangan militer dari wilayah utara laut Surabaya. Benteng tersebut memang dijadikan semacam gudang persenjataan.
Tujuan awal dibangunnya Benteng Kedung Cowek ini adalah untuk pertahanan Belanda melawan Jepang saat Perang Pasifik. Belanda menyiapkan meriam-meriam besar dibalik beton benteng yang telah dibangun dengan sangat kokoh dan tebal.
Namun meriam-meriam tersebut tak sempat ditembakkan saat Belanda diserang Jepang. Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, benteng peninggalan Belanda ini digunakan sebagai basis pertahanan laut dengan menambah persenjataan. Kejadian yang sama terulang. Jepang tak sempat menggunakan persenjataannya di benteng ini.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Benteng Kedung Cowek digunakan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR-sekarang Tentara Nasional Indonesia-TNI) dari Pasukan Sriwijaya saat Pertempuran 10 November 1945 melawan tentara Sekutu yang dipimpin Inggris.
Armada laut Inggris yang terkenal sebagai penguasa lautan mendapat perlawanan sengit tembakan meriam dari dalam Benteng Kedung Cowek yang dilakukan Pasukan Sriwijaya. Bahkan konon tembakan meriam dari Benteng Kedung Cowek mampu mencapai pangkalan Armada Inggris yang berada di Dermaga Ujung sejauh 4 kilometer.
Namun akhirnya, karena gempuran armada Laut Inggris dan pesawat pesawat tempur, para pejuang yang bertahan di dalam Bungker Kedung Cowek akhir harus mundur. Diperkirakan lebih sekitar 200 orang atau sepertiga dari pasukan Sriwijaya tewas. Mereka tewas di dalam Benteng Kedung Cowek. Banyak jenazah mereka yang tidak sempat dikuburkan karena perang berkecamuk cukup panjang.
Karenanya benteng tersebut menurut cerita warga sekitar menjadi angker, bahkan konon benteng tersebut dihuni oleh siluman ular.
Saat ini benteng itu masih terlihat kokoh dengan bangunan cor yang tebal. Lumutnya yang mulai menghitam juga menghiasi bangunan tersebut. Sayangnya, aksi vandalisme yang dilakukan oleh warga yang tidak bertanggung jawab juga terlihat di dinding benteng bersejarah itu.
Benteng yang berada di pinggir pantai itu seakan tak terawat, karena tumbuh-tumbuhan menjalar dan menyelimuti benteng. Bahkan, pohon-pohon yang menjulang tinggi juga tumbuh di kawasan itu, sehingga daerah itu seperti hutan rimba yang masih hijau.
Dari lokasi bungker, panorama laut dan indahnya Jembatan Suramadu terlihat jelas. Memasuki beberapa benteng itu perlu hati-hati, sebab beberapa ruangan gelap gulita meskipun siang hari. Di beberapa ruangan juga ada kelelawar yang menghuni benteng. Bahkan, beberapa ruangan benteng berbentuk lingkaran, segi empat dan ada pula yang memanjang. Di ruangan itulah, dulu berbagai peluru TNI disimpan sebagai bahan persediaan perang.
Dalam waktu dekat bungker yang ada di kawasan Kedung Cowek itu akan dijadikan destinasi wisata baru di Kota Pahlawan.
Dinas Pariwisata Kota Surabaya berencana menggandeng Kodam V Brawijaya untuk mengembangkan dan menghidupkan wisata bunker Kedung Cowek atau disebut pula bekas gudang peluru Kedung Cowek.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Irvan Widyanto menuturkan, sebenarnya sebagian besar warga Surabaya sudah tahu kalau di daerah Kedung Cowek itu ada benteng atau gudang penyimpanan peluru. Namun, dulu tidak bisa masuk karena dijaga oleh TNI, sehingga tidak semua orang bisa memasuki benteng itu.
“Namun, bagaimana itu nanti bisa menjadi destinasi wisata baru di Surabaya, itu perlu dipikirkan bersama-sama. Sebab, ini bukan hanya tugas Dinas Pariwisata, tapi juga tugas semua stakeholder,” kata Irvan, Kamis (19/4/2018).
Dia melanjutkan, pemkot berencana membawa pemikiran itu di tingkat kota, sehingga semua dinas bisa bersinergi untuk sama-sama menghidupkan destinasi ini. Irvan juga mengaku akan berusaha menggandeng Kodam V Brawijaya selaku pemilik lahan di kawasan benteng-benteng itu.
“Saat ini kami memang tengah fokus untuk menggali potensi destinasi wisata baru di Surabaya, jika sudah ada gambaran, maka akan dikoordinasikan untuk sama-sama membangun atau menghidupkannya,” ungkapnya.
Irvan menambahkan, langkah awal untuk menghidupkan benteng di Kedung Cowek itu harus betul-betul ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan. Selanjutnya, kawasan itu harus dibersihkan dengan mengkoordinasikan kepada semua stakeholder.
“Baru selanjutnya bisa dilakukan pembenahan infrastrukturnya,” sambungnya. Irvan sendiri mengaku masih akan meminta petunjuk dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Tapi yang pasti, ketika dia bersama tim cagar budaya meninjau lokasi pada Senin, (16/4/2018), sudah dipastikan bahwa benteng-benteng itu sangat layak untuk dijadikan cagar budaya dan bagus dijadikan destinasi wisata baru di Surabaya.
“Jika ini bisa direalisasikan, maka akan menjadi wisata bunker pertama di Indonesia dan akan menambah destinasi wisata baru di Surabaya. Sehingga di pesisir Surabaya ternyata tidak hanya ada wisata pantainya, tapi ada satu lagi potensi wisata bunker atau benteng yang viewnya langsung laut. Semoga bisa terealisasi,” jelasnya.
Ikrom Ali Audah, salah satu warga Kedung Cowek mengatakan, warga sekitar sudah lama mengenal bungker besar yang katanya dulu dipakai menyimpan peluru. Selama ini para warga tak berani untuk masuk ke sana.
"Kan tidak dibuka untuk umum. Tapi kalau dijadikan tempat wisata sangat menarik. Bisa jadi pembelajaran bagi anak-anak tentang wisata sejarah," ucapnya.
Dikutip dari dolandolen.com, Benteng tersebut didirikan pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengantisipasi serangan militer dari wilayah utara laut Surabaya. Benteng tersebut memang dijadikan semacam gudang persenjataan.
Tujuan awal dibangunnya Benteng Kedung Cowek ini adalah untuk pertahanan Belanda melawan Jepang saat Perang Pasifik. Belanda menyiapkan meriam-meriam besar dibalik beton benteng yang telah dibangun dengan sangat kokoh dan tebal.
Namun meriam-meriam tersebut tak sempat ditembakkan saat Belanda diserang Jepang. Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, benteng peninggalan Belanda ini digunakan sebagai basis pertahanan laut dengan menambah persenjataan. Kejadian yang sama terulang. Jepang tak sempat menggunakan persenjataannya di benteng ini.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Benteng Kedung Cowek digunakan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR-sekarang Tentara Nasional Indonesia-TNI) dari Pasukan Sriwijaya saat Pertempuran 10 November 1945 melawan tentara Sekutu yang dipimpin Inggris.
Armada laut Inggris yang terkenal sebagai penguasa lautan mendapat perlawanan sengit tembakan meriam dari dalam Benteng Kedung Cowek yang dilakukan Pasukan Sriwijaya. Bahkan konon tembakan meriam dari Benteng Kedung Cowek mampu mencapai pangkalan Armada Inggris yang berada di Dermaga Ujung sejauh 4 kilometer.
Namun akhirnya, karena gempuran armada Laut Inggris dan pesawat pesawat tempur, para pejuang yang bertahan di dalam Bungker Kedung Cowek akhir harus mundur. Diperkirakan lebih sekitar 200 orang atau sepertiga dari pasukan Sriwijaya tewas. Mereka tewas di dalam Benteng Kedung Cowek. Banyak jenazah mereka yang tidak sempat dikuburkan karena perang berkecamuk cukup panjang.
Karenanya benteng tersebut menurut cerita warga sekitar menjadi angker, bahkan konon benteng tersebut dihuni oleh siluman ular.
Saat ini benteng itu masih terlihat kokoh dengan bangunan cor yang tebal. Lumutnya yang mulai menghitam juga menghiasi bangunan tersebut. Sayangnya, aksi vandalisme yang dilakukan oleh warga yang tidak bertanggung jawab juga terlihat di dinding benteng bersejarah itu.
Benteng yang berada di pinggir pantai itu seakan tak terawat, karena tumbuh-tumbuhan menjalar dan menyelimuti benteng. Bahkan, pohon-pohon yang menjulang tinggi juga tumbuh di kawasan itu, sehingga daerah itu seperti hutan rimba yang masih hijau.
Dari lokasi bungker, panorama laut dan indahnya Jembatan Suramadu terlihat jelas. Memasuki beberapa benteng itu perlu hati-hati, sebab beberapa ruangan gelap gulita meskipun siang hari. Di beberapa ruangan juga ada kelelawar yang menghuni benteng. Bahkan, beberapa ruangan benteng berbentuk lingkaran, segi empat dan ada pula yang memanjang. Di ruangan itulah, dulu berbagai peluru TNI disimpan sebagai bahan persediaan perang.
Dalam waktu dekat bungker yang ada di kawasan Kedung Cowek itu akan dijadikan destinasi wisata baru di Kota Pahlawan.
Dinas Pariwisata Kota Surabaya berencana menggandeng Kodam V Brawijaya untuk mengembangkan dan menghidupkan wisata bunker Kedung Cowek atau disebut pula bekas gudang peluru Kedung Cowek.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Irvan Widyanto menuturkan, sebenarnya sebagian besar warga Surabaya sudah tahu kalau di daerah Kedung Cowek itu ada benteng atau gudang penyimpanan peluru. Namun, dulu tidak bisa masuk karena dijaga oleh TNI, sehingga tidak semua orang bisa memasuki benteng itu.
“Namun, bagaimana itu nanti bisa menjadi destinasi wisata baru di Surabaya, itu perlu dipikirkan bersama-sama. Sebab, ini bukan hanya tugas Dinas Pariwisata, tapi juga tugas semua stakeholder,” kata Irvan, Kamis (19/4/2018).
Dia melanjutkan, pemkot berencana membawa pemikiran itu di tingkat kota, sehingga semua dinas bisa bersinergi untuk sama-sama menghidupkan destinasi ini. Irvan juga mengaku akan berusaha menggandeng Kodam V Brawijaya selaku pemilik lahan di kawasan benteng-benteng itu.
“Saat ini kami memang tengah fokus untuk menggali potensi destinasi wisata baru di Surabaya, jika sudah ada gambaran, maka akan dikoordinasikan untuk sama-sama membangun atau menghidupkannya,” ungkapnya.
Irvan menambahkan, langkah awal untuk menghidupkan benteng di Kedung Cowek itu harus betul-betul ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan. Selanjutnya, kawasan itu harus dibersihkan dengan mengkoordinasikan kepada semua stakeholder.
“Baru selanjutnya bisa dilakukan pembenahan infrastrukturnya,” sambungnya. Irvan sendiri mengaku masih akan meminta petunjuk dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Tapi yang pasti, ketika dia bersama tim cagar budaya meninjau lokasi pada Senin, (16/4/2018), sudah dipastikan bahwa benteng-benteng itu sangat layak untuk dijadikan cagar budaya dan bagus dijadikan destinasi wisata baru di Surabaya.
“Jika ini bisa direalisasikan, maka akan menjadi wisata bunker pertama di Indonesia dan akan menambah destinasi wisata baru di Surabaya. Sehingga di pesisir Surabaya ternyata tidak hanya ada wisata pantainya, tapi ada satu lagi potensi wisata bunker atau benteng yang viewnya langsung laut. Semoga bisa terealisasi,” jelasnya.
Ikrom Ali Audah, salah satu warga Kedung Cowek mengatakan, warga sekitar sudah lama mengenal bungker besar yang katanya dulu dipakai menyimpan peluru. Selama ini para warga tak berani untuk masuk ke sana.
"Kan tidak dibuka untuk umum. Tapi kalau dijadikan tempat wisata sangat menarik. Bisa jadi pembelajaran bagi anak-anak tentang wisata sejarah," ucapnya.
(sms)