Total Korban 141 orang, Kasus Miras di Kabupaten Bandung Jadi KLB
A
A
A
BANDUNG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung, Jawa Barat menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) untuk kasus keracunan yang diduga akibat minuman keras (miras) oplosan. Total korban di Kabupaten Bandung sampai hari ini mencapai 141 orang, sebanyak 41 korban di antaranya tewas.
Jumlah itu merupakan akumulasi semua korban yang masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka, Majalaya, dan RS AMC Cileunyi dari Kamis hingga Selasa (6-10/4/2018).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Achmad Kustiaji mengatakan, total korban yang meninggal akibat miras oplosan di Kabupaten Bandung mencapai 41 orang. Data itu didapat dari RSUD Cicalengka sebanyak 31 orang, RS AMC Cileunyi tujuh orang, dan RSUD Majalaya tiga orang. Sedangkan, pasien miras yang mendapat perawatan di RSUD Cicalengka sebanyak 19 orang, RS AMC empat orang, dan RSUD Majalaya enam orang.
"Total korban yang meninggal dan dirawat itu 141 orang dan yang meninggal dunia 41 orang. Karena itu, kasus ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Status KLB sudah disetujui Kemenkes untuk kesiapsiagaan pemerintah dalam menangani korban," kata Achmad saat dihubungi, Selasa (10/4/2018).
Dirut RSUD Cicalengka Yani Sumpena M mengemukakan, saat ini terdapat 19 pasien keracunan miras yang menjalani rawat inap. Selain itu, juga terdapat 19 pasien yang mendapat penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Sampai siang ini jumlah total pasien dengan keluhan pusing, mual, dan muntah yang diduga akibat minuman keras itu ada 93 orang Itu total dari Jumat (6/4/2018) sampai hari ini. Ada yang masih dirawat, ada yang sudah pulang," kata Yani.
Daya tampung RSUD Cicalengka, ujar dia, saat ini sudah maksimal. Karena itu, untuk mengantisipasi membludaknya pasien, pihaknya memberi rujukan kepada sebagian pasien untuk mendapat perawatan di runah sakit, lain, seperti RSUD Majalaya, RS AMC Cileunyi, dan RS Hasan Sadikin (RSHS).
"IGD dan ruang rawat inap sudah full (penuh)," ujar dia.
Guna memaksimalkan pelayanan, tutur Dirut, pihaknya menerapkan kerja sama tim. "Tadi malam kami menugasman delapan dokter di IGD. Sekarang, kami siagakan tiga dokter. Ya situasional saja, sekaligus efisinsi tenaga," tutur Yani.
Jumlah itu merupakan akumulasi semua korban yang masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka, Majalaya, dan RS AMC Cileunyi dari Kamis hingga Selasa (6-10/4/2018).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Achmad Kustiaji mengatakan, total korban yang meninggal akibat miras oplosan di Kabupaten Bandung mencapai 41 orang. Data itu didapat dari RSUD Cicalengka sebanyak 31 orang, RS AMC Cileunyi tujuh orang, dan RSUD Majalaya tiga orang. Sedangkan, pasien miras yang mendapat perawatan di RSUD Cicalengka sebanyak 19 orang, RS AMC empat orang, dan RSUD Majalaya enam orang.
"Total korban yang meninggal dan dirawat itu 141 orang dan yang meninggal dunia 41 orang. Karena itu, kasus ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Status KLB sudah disetujui Kemenkes untuk kesiapsiagaan pemerintah dalam menangani korban," kata Achmad saat dihubungi, Selasa (10/4/2018).
Dirut RSUD Cicalengka Yani Sumpena M mengemukakan, saat ini terdapat 19 pasien keracunan miras yang menjalani rawat inap. Selain itu, juga terdapat 19 pasien yang mendapat penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Sampai siang ini jumlah total pasien dengan keluhan pusing, mual, dan muntah yang diduga akibat minuman keras itu ada 93 orang Itu total dari Jumat (6/4/2018) sampai hari ini. Ada yang masih dirawat, ada yang sudah pulang," kata Yani.
Daya tampung RSUD Cicalengka, ujar dia, saat ini sudah maksimal. Karena itu, untuk mengantisipasi membludaknya pasien, pihaknya memberi rujukan kepada sebagian pasien untuk mendapat perawatan di runah sakit, lain, seperti RSUD Majalaya, RS AMC Cileunyi, dan RS Hasan Sadikin (RSHS).
"IGD dan ruang rawat inap sudah full (penuh)," ujar dia.
Guna memaksimalkan pelayanan, tutur Dirut, pihaknya menerapkan kerja sama tim. "Tadi malam kami menugasman delapan dokter di IGD. Sekarang, kami siagakan tiga dokter. Ya situasional saja, sekaligus efisinsi tenaga," tutur Yani.
(rhs)