Perbaiki Tata Kelola Air, Anies Minta Tim Razia Tidak Berkompromi

Perbaiki Tata Kelola Air, Anies Minta Tim Razia Tidak Berkompromi
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memimpin apel Tim Pengawasan Terpadu terkait dengan razia kepatuhan gedung-gedung tinggi terhadap penyediaan sumur resapan, penggunaan air tanah, dan pengolahan air limbah, di Intiland Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (16/3/2018) pagi.
Anies mengatakan, hari ini merupakan hari kelima dari kegiatan Tim Pengawasan Terpadu turun ke lapangan . Sejauh ini, tugas yang diemban Tim Pengawas Terpadu masih berjalan baik. "Insya Allah di hari-hari ke depan tugas ini juga bisa dituntaskan dengan baik," ujar Anies dalam arahannya.
Menurut Anies, Tim Pengawasan Terpadu yang terdiri atas lima tim dengan masing-masing tim beranggotan 10 orang, menjadi ujuk tombak Pemprov DKI dalam memperbaiki tata kelola lingkungan di Jakarta.
"Jumlahnya lima tim, dengan 50 anggota. 50 orang ini mewakli 10 juta penduduk Jakarta yang mengharapkan airnya lebih baik. Jadi Anda harus pastikan temuan di lapangan untuk diperiksa sedetail-, tidak sedikitpun melakukan kompromi, tidak sedikitpun melakukan toleranasi. Saat kita membiarkan, sama saja kita mengizinkan (pelanggaran)," tegas Anies.
Anies mengingatkan, kegiatan ini sangat penting, strategis, dan urgent. karena itu, ia mengingatkan agar tim yang turun ke lapangan benar-benar melakukan pengawasan. Tujuannya bukan sekadar mencari siapa yang salah, tapi tujuan akhirnya adalah terjadi perubahan perilaku warga Jakarta dalam mengelola air.
"Tunjukkan pada semua bahwa Pemprov DKI serius dalam menegakkan aturan. Sauadara yang terlibat, jangan semata-mata melihat hanya sebagai (penegakan) peraturan, tapi ini soal kelangsungan lingkungan hidup kita yang tinggal di ibu kota," kata Anies.
Anies menyebutkan, Jakarta saat ini punya masalah lingkungan yang cukup serius, karena pengelolaan airnya yang tidak baik. Tinggi permukaan tanah di pusat kota turun rata-rata 7 sentimeter (cm) setiap tahun, dan di wilayah pesisir turun hingga 20 cm per tahun. "Mungkin ada variasi angka di tempat lain. Ini tidak bisa kita anggap sebagai fenomena alam, ini akibat perbuatan kita yang tinggal di ibu kota," tandasnya.
Anies mengatakan, hari ini merupakan hari kelima dari kegiatan Tim Pengawasan Terpadu turun ke lapangan . Sejauh ini, tugas yang diemban Tim Pengawas Terpadu masih berjalan baik. "Insya Allah di hari-hari ke depan tugas ini juga bisa dituntaskan dengan baik," ujar Anies dalam arahannya.
Menurut Anies, Tim Pengawasan Terpadu yang terdiri atas lima tim dengan masing-masing tim beranggotan 10 orang, menjadi ujuk tombak Pemprov DKI dalam memperbaiki tata kelola lingkungan di Jakarta.
"Jumlahnya lima tim, dengan 50 anggota. 50 orang ini mewakli 10 juta penduduk Jakarta yang mengharapkan airnya lebih baik. Jadi Anda harus pastikan temuan di lapangan untuk diperiksa sedetail-, tidak sedikitpun melakukan kompromi, tidak sedikitpun melakukan toleranasi. Saat kita membiarkan, sama saja kita mengizinkan (pelanggaran)," tegas Anies.
Anies mengingatkan, kegiatan ini sangat penting, strategis, dan urgent. karena itu, ia mengingatkan agar tim yang turun ke lapangan benar-benar melakukan pengawasan. Tujuannya bukan sekadar mencari siapa yang salah, tapi tujuan akhirnya adalah terjadi perubahan perilaku warga Jakarta dalam mengelola air.
"Tunjukkan pada semua bahwa Pemprov DKI serius dalam menegakkan aturan. Sauadara yang terlibat, jangan semata-mata melihat hanya sebagai (penegakan) peraturan, tapi ini soal kelangsungan lingkungan hidup kita yang tinggal di ibu kota," kata Anies.
Anies menyebutkan, Jakarta saat ini punya masalah lingkungan yang cukup serius, karena pengelolaan airnya yang tidak baik. Tinggi permukaan tanah di pusat kota turun rata-rata 7 sentimeter (cm) setiap tahun, dan di wilayah pesisir turun hingga 20 cm per tahun. "Mungkin ada variasi angka di tempat lain. Ini tidak bisa kita anggap sebagai fenomena alam, ini akibat perbuatan kita yang tinggal di ibu kota," tandasnya.
(thm)