Jembatan Emas, Ikon Baru Pariwisata Bangka Belitung
A
A
A
BANGKA - Sejak dibangun enam tahun lalu, akhirnya Jembatan Emas yang menghubungkan Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, mulai digunakan masyarakat Negeri Junjung Besaoh, Provinsi Bangka Belitung.
Jembatan sepanjang 785 meter, dengan lebar 23 meter, membentang di atas aliran Sungai Pangkal Balam, wilayah Ketapang, Pangkalpinang, ini berdiri sangat kokoh.
Menghabiskan dana APBD Rp400 miliar, jembatan akronim dari nama mantan Gubernur Bangka Belitung Eko Maulana Ali Soeharso, ini langsung menjadi ikon baru pariwisata, di Provinsi Bangka Blitung.
Hebatnya, jembatan ini satu-satunya yang memakai teknologi bascule atau sistem buka tutup, di regional Sumatera, yang proses pengerjaannya memakai konsultan ahli dari Inggris, sehingga terlihat megah.
Dari atas jembatan ini, keindahan Pantai Air Anyir, Pasir Padi yang terletak di Komatadya Pangkalpinang, dan PLTU Air Anyir, di Kabupaten Bangka terlihat jelas.
Setiap sore, jembatan yang dioperasikan sejak enam bulan lalu ini selalu ramai dikunjungi muda mudi dan keluarga, warga Pangkalpinang dan Bangka, yang ingin menikmati indahnya alam kota timah itu.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengaku sangat senang, akhirnya Jembatan Emas yang sempat molor pengerjaannya itu selesai dibangun dan bisa dioperasionalkan.
"Jembatan ini belum diresmikan, tetapi sudah kami operasikan. Kami patut bersyukur dipenghujung tahun, jembatan bisa dioperasikan," kata Erzaldi di Bangka, Senin (1/1/2018).
Kata dia, antusiasme masyarakat terhadap hadirnya jembatan itu sangat besar. Terbukti dengan adanya hibah tanah 3,5 hektare senilai Rp19 miliar dari swasta untuk pengembangan kawasan jembatan.
"Kami bersyukur, itu hadiah masyarakat kepada pemerintah dan sekarang sudah bisa dioperasikan. Ini sebetulnya belum selesai semua. Masih ada yang harus dicat dan disempurnakan lagi," jelasnya.
Meski demikian, secara teknis jembatan ini sudah bisa dilalui dan aman dilewati. Selain hibah tanah, Pemprov Bangka Blitung juga mendapat bantuan lampu untuk menerangi jembatan di malam hari.
"Lampu-lampu bukan dari APBD. Lampu itu sumbangan dari kawan-kawan yang sudah sukses di Jakarta. Kalau jembatan, murni APBD, dengan investasi yang hampir Rp400 Miliar," sambung Erzaldi lagi.
Meski demikian, Erzaldi mengaku, lampu-lampu yang ada di jembatan masih belum cukup dan harus ditambah lagi. Untuk itu, setiap tahunnya, dia akan menambah lampu-lampu penerangan di jembatan.
"Untuk lampu saja kita anggarkan Rp1,5 miliar. Tetapi rasanya kurang puas. Saya mau menambah, jika seperti sekarang nilainya Rp5 miliar," jelasnya.
Meski demikian, diakui Erzaldi, keberadaan lampu warna-warni di jembatan, makin membuat jembatan itu semakin berkelas. Pihaknya pun akan melibatkan warganya yang sukses untuk berpartisipasi.
"Kami membangun bersama-sama. Kami tidak ingin semerta-merta pembangunan itu hanya tanggung jawab pemerintah. Tetapi juga ada tanggungjawab swasta yang sudah sukses," sambungnya.
Sementara itu, Sekda Bangka Belitung Yan Megawandi mengatakan, Jembatan Emas dioperasikan sejak 2017 awal. Jembatan dengan teknologi bascule ini, sekarang menjadi satu-satunya di Indonesia.
"Jembatan ini menandai juga pembukaan daerah baru, yakni Lintas Timur Pulau Bangka. Dulu, konsepnya dari Pak Radinal Mochtar, ada ringroad yang akan mengitari akses ekonomi Pulau Bangka," jelasnya.
Dengan demikian, perekonomian Bangka yang selama ini didominasi sektor industri timah bisa lebih merata kepada sektor ekonomi masyarakat lainnya. Akses itu, dimulai dari Jembatan Emas tersebut.
"Kami hanya mendapat setoran 3% dari perusahaan timah. Padahal, kita bukan hanya kaya timah, dan mineral. Di sektor pertanian itu, kami punya lada. Lada putih kami kelas 1 dunia," sambung Yan.
Kembali ke sistem bascule. Dalam sehari, jembatan ini akan buka tutup 2-3 kali, dengan nilai investasi yang mencapai Rp26 juta perbulan, dan langsung masuk ke dalam APBD Provinsi Bangka Blitung.
"Teknologinya yang mahal. Teknologi bascule itu mahal. Sehari bisa 2-3 kali dibuka. Cost yang dipakai untuk buka tutup ini bisa mencapai Rp26 juta perbulannya," pungkas Yan Megawandi.
Untuk menambah pesona Jembatan Emas ini, pihaknya juga membuat pagelaran musik jazz. Dimulai dengan Jazz on The Bridge-Bangka (JoBB) yang mengundang musisi asli Bangka Idang Rasjidi.
Dalam aksinya, Idang Rasjidi tak henti-hentinya menyapa para penonton. Dia mengungkap harapannya di tahun 2018 yang akan membuat konser musik jazz yang lebih besar di Pangkalpinang.
Paduan musik dan indahnya warna warni Jembatan Emas, membuat tampilan Idang Rasjidi Syndicates dengan bintang tamu Fariz RM, Mus Mujiono dan Tompi, menjadi sangat menawan di malam hari.
Jembatan sepanjang 785 meter, dengan lebar 23 meter, membentang di atas aliran Sungai Pangkal Balam, wilayah Ketapang, Pangkalpinang, ini berdiri sangat kokoh.
Menghabiskan dana APBD Rp400 miliar, jembatan akronim dari nama mantan Gubernur Bangka Belitung Eko Maulana Ali Soeharso, ini langsung menjadi ikon baru pariwisata, di Provinsi Bangka Blitung.
Hebatnya, jembatan ini satu-satunya yang memakai teknologi bascule atau sistem buka tutup, di regional Sumatera, yang proses pengerjaannya memakai konsultan ahli dari Inggris, sehingga terlihat megah.
Dari atas jembatan ini, keindahan Pantai Air Anyir, Pasir Padi yang terletak di Komatadya Pangkalpinang, dan PLTU Air Anyir, di Kabupaten Bangka terlihat jelas.
Setiap sore, jembatan yang dioperasikan sejak enam bulan lalu ini selalu ramai dikunjungi muda mudi dan keluarga, warga Pangkalpinang dan Bangka, yang ingin menikmati indahnya alam kota timah itu.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengaku sangat senang, akhirnya Jembatan Emas yang sempat molor pengerjaannya itu selesai dibangun dan bisa dioperasionalkan.
"Jembatan ini belum diresmikan, tetapi sudah kami operasikan. Kami patut bersyukur dipenghujung tahun, jembatan bisa dioperasikan," kata Erzaldi di Bangka, Senin (1/1/2018).
Kata dia, antusiasme masyarakat terhadap hadirnya jembatan itu sangat besar. Terbukti dengan adanya hibah tanah 3,5 hektare senilai Rp19 miliar dari swasta untuk pengembangan kawasan jembatan.
"Kami bersyukur, itu hadiah masyarakat kepada pemerintah dan sekarang sudah bisa dioperasikan. Ini sebetulnya belum selesai semua. Masih ada yang harus dicat dan disempurnakan lagi," jelasnya.
Meski demikian, secara teknis jembatan ini sudah bisa dilalui dan aman dilewati. Selain hibah tanah, Pemprov Bangka Blitung juga mendapat bantuan lampu untuk menerangi jembatan di malam hari.
"Lampu-lampu bukan dari APBD. Lampu itu sumbangan dari kawan-kawan yang sudah sukses di Jakarta. Kalau jembatan, murni APBD, dengan investasi yang hampir Rp400 Miliar," sambung Erzaldi lagi.
Meski demikian, Erzaldi mengaku, lampu-lampu yang ada di jembatan masih belum cukup dan harus ditambah lagi. Untuk itu, setiap tahunnya, dia akan menambah lampu-lampu penerangan di jembatan.
"Untuk lampu saja kita anggarkan Rp1,5 miliar. Tetapi rasanya kurang puas. Saya mau menambah, jika seperti sekarang nilainya Rp5 miliar," jelasnya.
Meski demikian, diakui Erzaldi, keberadaan lampu warna-warni di jembatan, makin membuat jembatan itu semakin berkelas. Pihaknya pun akan melibatkan warganya yang sukses untuk berpartisipasi.
"Kami membangun bersama-sama. Kami tidak ingin semerta-merta pembangunan itu hanya tanggung jawab pemerintah. Tetapi juga ada tanggungjawab swasta yang sudah sukses," sambungnya.
Sementara itu, Sekda Bangka Belitung Yan Megawandi mengatakan, Jembatan Emas dioperasikan sejak 2017 awal. Jembatan dengan teknologi bascule ini, sekarang menjadi satu-satunya di Indonesia.
"Jembatan ini menandai juga pembukaan daerah baru, yakni Lintas Timur Pulau Bangka. Dulu, konsepnya dari Pak Radinal Mochtar, ada ringroad yang akan mengitari akses ekonomi Pulau Bangka," jelasnya.
Dengan demikian, perekonomian Bangka yang selama ini didominasi sektor industri timah bisa lebih merata kepada sektor ekonomi masyarakat lainnya. Akses itu, dimulai dari Jembatan Emas tersebut.
"Kami hanya mendapat setoran 3% dari perusahaan timah. Padahal, kita bukan hanya kaya timah, dan mineral. Di sektor pertanian itu, kami punya lada. Lada putih kami kelas 1 dunia," sambung Yan.
Kembali ke sistem bascule. Dalam sehari, jembatan ini akan buka tutup 2-3 kali, dengan nilai investasi yang mencapai Rp26 juta perbulan, dan langsung masuk ke dalam APBD Provinsi Bangka Blitung.
"Teknologinya yang mahal. Teknologi bascule itu mahal. Sehari bisa 2-3 kali dibuka. Cost yang dipakai untuk buka tutup ini bisa mencapai Rp26 juta perbulannya," pungkas Yan Megawandi.
Untuk menambah pesona Jembatan Emas ini, pihaknya juga membuat pagelaran musik jazz. Dimulai dengan Jazz on The Bridge-Bangka (JoBB) yang mengundang musisi asli Bangka Idang Rasjidi.
Dalam aksinya, Idang Rasjidi tak henti-hentinya menyapa para penonton. Dia mengungkap harapannya di tahun 2018 yang akan membuat konser musik jazz yang lebih besar di Pangkalpinang.
Paduan musik dan indahnya warna warni Jembatan Emas, membuat tampilan Idang Rasjidi Syndicates dengan bintang tamu Fariz RM, Mus Mujiono dan Tompi, menjadi sangat menawan di malam hari.
(rhs)