Kembali Erupsi Gunung Agung Muntahkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter
A
A
A
KARANGASEM - Gunung Agung kembali meletus, Jumat (29/12/2017) dengan mengeluarkan abu vulkanik setinggi 1.000 meter dari puncak gunung. Berdasarkan pengamatan visual terlihat kolom abu tebal bertekanan sedang berwarna kelabu setinggi 1.000 meter yang condong ke arah Timur.
"Tadi ada erupsi lagi. Sebelumnya pada hari Kamis 28 Desember 2017 sekitar pukul 05.00 Wita juga mengalami erupsi lagi," ujar Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana, Jumat (29/12/2017).
Bahkan letusan pada Kamis 28 Desember 2017 tersebut membuat hujan abu di wilayah Kota Amplapura, Karangasem.
"Di Gunung Agung, kita masih berada di dalam fase erupsi karena material vulkanik dari dalam perut gunung masih keluar ke permukaan, baik itu melalui mekanisme efusif aliran lava ke permukaan kawah yang membangun kubah saat ini dan kini melambat atau bahkan nyaris berhenti," terangnya.
Menurut dia mekanisme eksplosif berupa lontaran material vulkanik, di Gunung Agung saat ini dicirikan dalam bentuk lontaran abu hingga lapili. Dia menjelaskan, bahwa untuk masalah kegempaan diklasifikasi untuk membedakan mekanisme fisisnya.
"Kita namakan gempa hembusan untuk membedakannya dengan gempa letusan dari karakteristik sinyalnya," timpalnya.
Dia menerangkan, gempa letusan umumnya memiliki onset (awalan) gempa yang impulsif. "Nah kalau hembusan engga, biasanya onsetnya non-impulsif. Nah, di Agung hembusan ini dapat disertai abu, di terminologi luar disebut "ash emission". Namun, jangan terkecoh antara kegempaan dengan fenomena," jelas dia. Meskipun hembusan, jika diikuti material abu, fenomenanya adalah erupsi.
"Erupsi adalah fenomena permukaan yang dicirikan dengan keluarnya material vulkanik dari dalam gunung ke luar," tandasnya.
"Tadi ada erupsi lagi. Sebelumnya pada hari Kamis 28 Desember 2017 sekitar pukul 05.00 Wita juga mengalami erupsi lagi," ujar Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana, Jumat (29/12/2017).
Bahkan letusan pada Kamis 28 Desember 2017 tersebut membuat hujan abu di wilayah Kota Amplapura, Karangasem.
"Di Gunung Agung, kita masih berada di dalam fase erupsi karena material vulkanik dari dalam perut gunung masih keluar ke permukaan, baik itu melalui mekanisme efusif aliran lava ke permukaan kawah yang membangun kubah saat ini dan kini melambat atau bahkan nyaris berhenti," terangnya.
Menurut dia mekanisme eksplosif berupa lontaran material vulkanik, di Gunung Agung saat ini dicirikan dalam bentuk lontaran abu hingga lapili. Dia menjelaskan, bahwa untuk masalah kegempaan diklasifikasi untuk membedakan mekanisme fisisnya.
"Kita namakan gempa hembusan untuk membedakannya dengan gempa letusan dari karakteristik sinyalnya," timpalnya.
Dia menerangkan, gempa letusan umumnya memiliki onset (awalan) gempa yang impulsif. "Nah kalau hembusan engga, biasanya onsetnya non-impulsif. Nah, di Agung hembusan ini dapat disertai abu, di terminologi luar disebut "ash emission". Namun, jangan terkecoh antara kegempaan dengan fenomena," jelas dia. Meskipun hembusan, jika diikuti material abu, fenomenanya adalah erupsi.
"Erupsi adalah fenomena permukaan yang dicirikan dengan keluarnya material vulkanik dari dalam gunung ke luar," tandasnya.
(sms)