Asita Sesalkan Insiden Turis Terperosok di Trotoar Berlubang
A
A
A
BANDUNG - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menyayangkan insiden terperosoknya turis Belanda di trotoar Dago, Bandung, hingga menyebabkan kaki patah. Asita khawatir, kejadian itu akan mencederai nama baik Kota Bandung.
Ketua Asita Jabar Budiyanto Ardiansyah menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa yang menimpa Maria Jozefine Mathil, turis asal Belanda yang sedang berlibur ke Bandung. Kejadian itu mestinya bisa menjadi evaluasi bagi semua pihak untuk melakukan pembenahan infrastruktur.
“Pembenahan infrastruktur seperti trotoar penting dilakukan, apalagi Bandung mengklaim sebagai kota wisata. Perbaikan trotoar mestinya sampai kawasan pinggiran, agar akses pejalan kaki lebih mudah,” kata Budiyanto di Bandung, Jumat (6/10/2017).
Diberitakan sebelumnya, Maria Jozefine Mathil mengalami patah tulang tungkai bawah dan rusuk kanan akibat terperosok di lubang trotoar saat berjalan di sekitar Terminal Dago. Setelah kejadian, Maria dibawa warga ke Rumah Sakit Borromeus untuk mendapatkan penangan medis.
Informasi yang dihimpun SINDOnews, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bakal menanggung semua biaya pengobatan dan wisata turis itu. Lebih lanjut Budiyanto mengatakan, adalah kewajiban pemerintah kota untuk melakukan perbaikan infrastruktur seperti trotoar hingga daerah pinggiran.
Saat ini, kata dia, perbaikan trotoar masih terpusat di tengah kota. Padahal, daerah pinggiran juga perlu mendapat perhatian. “Memang banyak yang harus diperbaiki. Kami pun mengapresiasi upaya Pemkot Bandung membangun trotoar yang apik di tengah kota. Tetapi perlu juga diperhatikan daerah pinggiran juga,” jelas Budiyanto.
Dia khawatir, persoalan tersebut membuat nama baik Kota Bandung tercoreng. Dia khawatir, Maria kapok datang ke Bandung. Jangan sampai, lanjut dia, turis datang ke Indonesia hanya sekali saja, karena ketidakpuasan saat pertama berkunjung ke Bandung.
“Tinggal bagaimana kita memperlakukan turis itu. Kalau kita layani dengan baik, mudah-mudahan dia tidak kapok datang ke Bandung,” imbuhnya.
Sebenarnya, bila turis tersebut datang ke Bandung menggunakan biro perjalanan, mestinya ditanggung asuransi. Namun lain halnya bila melakukan perjalanan sendiri.
Menurut Dokter RS Borromeus Paul Jonathan, Maria semestinya harus menjalani perawatan selama dua minggu. Namun setelah dilakukan penanganan intensif oleh RS Borromeus, turis Belanda diperbolehkan pulang. “Dia bisa segera jalan normal lagi,” kata dia.
Ketua Asita Jabar Budiyanto Ardiansyah menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa yang menimpa Maria Jozefine Mathil, turis asal Belanda yang sedang berlibur ke Bandung. Kejadian itu mestinya bisa menjadi evaluasi bagi semua pihak untuk melakukan pembenahan infrastruktur.
“Pembenahan infrastruktur seperti trotoar penting dilakukan, apalagi Bandung mengklaim sebagai kota wisata. Perbaikan trotoar mestinya sampai kawasan pinggiran, agar akses pejalan kaki lebih mudah,” kata Budiyanto di Bandung, Jumat (6/10/2017).
Diberitakan sebelumnya, Maria Jozefine Mathil mengalami patah tulang tungkai bawah dan rusuk kanan akibat terperosok di lubang trotoar saat berjalan di sekitar Terminal Dago. Setelah kejadian, Maria dibawa warga ke Rumah Sakit Borromeus untuk mendapatkan penangan medis.
Informasi yang dihimpun SINDOnews, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bakal menanggung semua biaya pengobatan dan wisata turis itu. Lebih lanjut Budiyanto mengatakan, adalah kewajiban pemerintah kota untuk melakukan perbaikan infrastruktur seperti trotoar hingga daerah pinggiran.
Saat ini, kata dia, perbaikan trotoar masih terpusat di tengah kota. Padahal, daerah pinggiran juga perlu mendapat perhatian. “Memang banyak yang harus diperbaiki. Kami pun mengapresiasi upaya Pemkot Bandung membangun trotoar yang apik di tengah kota. Tetapi perlu juga diperhatikan daerah pinggiran juga,” jelas Budiyanto.
Dia khawatir, persoalan tersebut membuat nama baik Kota Bandung tercoreng. Dia khawatir, Maria kapok datang ke Bandung. Jangan sampai, lanjut dia, turis datang ke Indonesia hanya sekali saja, karena ketidakpuasan saat pertama berkunjung ke Bandung.
“Tinggal bagaimana kita memperlakukan turis itu. Kalau kita layani dengan baik, mudah-mudahan dia tidak kapok datang ke Bandung,” imbuhnya.
Sebenarnya, bila turis tersebut datang ke Bandung menggunakan biro perjalanan, mestinya ditanggung asuransi. Namun lain halnya bila melakukan perjalanan sendiri.
Menurut Dokter RS Borromeus Paul Jonathan, Maria semestinya harus menjalani perawatan selama dua minggu. Namun setelah dilakukan penanganan intensif oleh RS Borromeus, turis Belanda diperbolehkan pulang. “Dia bisa segera jalan normal lagi,” kata dia.
(rhs)