YLBHI Sebut Dua Nama di Belakang Demo Massa di Kantor LBH Jakarta

Senin, 18 September 2017 - 16:46 WIB
YLBHI Sebut Dua Nama...
YLBHI Sebut Dua Nama di Belakang Demo Massa di Kantor LBH Jakarta
A A A
JAKARTA - Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyebut dua nama yang diduga sebagai aktor pengerahan massa di kantor LBH Jakarta, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin (18/9/2017) dini hari.

"Kami menulis dua nama yang diawal cukup agresif melakukan kampanye, menuliskan dalam beberapa instruksi-instruksi secara viral,” ujar Ketua YLBHI Bidang Advokasi Muhammad Isnur, di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (18/9/2017).

Nama terduga pertama adalah RH yang disebut-sebut presidium sebuah aksi massa. Tapi dalam undangan konfrensi pers dan beberapa hoax yang dibuat dalam sosial media, RH disebutkan sebagai penanggung jawab aksi massa tersebut. Nama kedua adalah KZ. KZ disebut-sebut memimpin rapat pengkoordinasi pembubaran PKI.

Menurut dia, propaganda hoax dan instruksi menyerbu kantor LBH sudah ada sejak Jumat, 15 September 2017. Bahkan menjadi viral di media sosial. “Pertama kali pada hari Jumat, terus viral, ada instruksi genjer ka‎tanya, itu disebarkan. Saya juga dapat forward di medsos, seperti FB dan Twitter," ucapnya.

Ia menyebutkan, kejadian tadi malam merupakan puncak dari aksi massa tersebut, dimana beberapa massa merupakan korban berita hoax. Mereka lalu mundur setelah dijelaskan oleh pihak kepolisian bahwa acara yang digelar di gedung LBH itu bukan berbau PKI.

Isrul menegaskan jika tudingan yang dilontarkan sekelompok orang melalui medsos tersebut tidaklah benar. Bahkan acara yang berlangsung pada Sabtu-Minggu itu sudah diketahui oleh pihak kepolisian.

"Kepolisian selama dua hari mengikuti full, mengawasi full acaranya dan tidak ada sama sekali berhubungan dengan komunis dan PKI," katanya.

Sementara itu, aktivis dari Jaringan Gusdurian, Savic Ali, menegaskan, kemungkinan dalang dalam aksi massa tersebut selalu sama. Untuk itu pihaknya berharap kepolisian dapat segera mengungkapnya.

"Pada dasarnya aktornya itu-itu saja. Jadi ini yang harus dibuka, karena kalau tidak, ini jadi bola liar yang dipakai siapapun. Dan saya khawatir ada kepentingan lain, politik dan apapun. Kelompok ini juga sangat rentan dimanfaatkan," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1037 seconds (0.1#10.24)