PAN: Jawa Barat Butuh Pemimpin Visioner dan Bermoral Baik
A
A
A
BANDUNG - Dengan besarnya potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang ada, Jawa Barat butuh pemimpin yang visioner dan bermoral baik agar seluruh kekayaan yang dimiliki Jabar memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Plt Ketua DPW PAN Jabar Hasbullah Rahmad menuturkan, Jabar ke depan akan menjadi provinsi yang strategis yang akan dilirik banyak orang. Selain potensi alamnya yang berlimpah, Jabar akan segera memiliki infrastruktur yang lengkap dan bertaraf internasional.
"Kita segera punya bandara internasional (Bandara Kertajati), pelabuhan sekelas Tanjung Priok di Patimban Subang (Pelabuhan Patimban), reaktivasi jalur kereta api, hingga 14 ruas tol baru yang sedang dibangun," papar Hasbullah kepada SINDOnews, Senin (7/8/2017).
Dengan seluruh potensi tersebut, pihaknya memandang Jabar butuh pemimpin yang visioner, yang mampu mengaplikasikan konsep pembangunannya dengan baik. Sehingga, seluruh kekayaan yang dimiliki Jabar tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Jabar.
"Pemimpin Jabar juga harus bermoral baik. Kalau hanya visioner tanpa diimbangi moral yang baik, tentu akan sulit terwujud (kesejahteraan), begitupun sebaliknya," tegas Hasbullah.
Lebih jauh Hasbullah mengatakan, pihaknya terus mematangkan komunikasi dengan hampir seluruh partai politik (parpol) sebelum memutuskan berkoalisi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018. Soal kabar akan bergabungnya PAN dengan koalisi yang sudah dibangun Gerindra-PKS, Hasbullah menegaskan, hal itu masih dalam tahap penjajakan.
"Kita memang intens berkomunikasi dengan Gerindra, PKS, Demokrat karena kebetulan saya juga di Dewan Provinsi (anggota DPRD). Mungkin itu (koalisi PAN dengan Gerindra-PKS) akibat komunikasi yang dibangun. Tapi, semua perkembangan di Jabar itu akan dilaporkan ke DPP karena tanpa restu DPP (koalisi) percuma juga."
Partainya siap menyodorkan dua nama dari internal dan tiga nama dari eksternal partai sebagai calon gubernur/wakil gubernur saat koalisi dengan parpol lain telah terbangun. Kelima nama tersebut telah dipilih berdasarkan hasil survei terakhir yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN. Dari internal partai, dua nama sudah terpilih yakni Desy Ratnasari dan Bima Arya.
"Sedangkan tiga nama dari eksternal partai yakni Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi," sebutnya.
Diakui Hasbullah, dalam hasil survei DPP PAN, Desy Ratnasari yang merupakan anggota DPR dan Bima Arya yang kini menjabat Wali Kota Bogor, menjadi dua sosok kader PAN dengan popularitas dan elektabilitas tertinggi.
"Di luar tiga nama eksternal partai tadi, memang muncul juga nama-nama lain, seperti Agung Suryamal (Ketua Kadin Jabar), Sutrisno (Bupati Majalengka), dan lainnya. Namun, tidak masuk tiga besar," jelasnya.
Disinggung soal penentuan pasangan calon gubernur/wakil gubernur Jabar saat koalisi sudah terbentuk nanti, Hasbullah menegaskan, partainya tak akan mempersoalkan kalaupun kelima sosok yang disodorkan PAN tak dipilih, baik sebagai calon gubernur maupun calon wakil gubernur Jabar, asalkan penentuannya mengacu pada parameter yang jelas dan terbuka.
"Misalnya kita sepakati parameternya hasil survei. Kita ingin parameter yang transparan, jelas, dan tidak subjektif. Dengan penentuan yang terbuka itu, kita tentu bisa terima, termasuk ketika kader terbaik PAN tidak terpilih," tandasnya.
Plt Ketua DPW PAN Jabar Hasbullah Rahmad menuturkan, Jabar ke depan akan menjadi provinsi yang strategis yang akan dilirik banyak orang. Selain potensi alamnya yang berlimpah, Jabar akan segera memiliki infrastruktur yang lengkap dan bertaraf internasional.
"Kita segera punya bandara internasional (Bandara Kertajati), pelabuhan sekelas Tanjung Priok di Patimban Subang (Pelabuhan Patimban), reaktivasi jalur kereta api, hingga 14 ruas tol baru yang sedang dibangun," papar Hasbullah kepada SINDOnews, Senin (7/8/2017).
Dengan seluruh potensi tersebut, pihaknya memandang Jabar butuh pemimpin yang visioner, yang mampu mengaplikasikan konsep pembangunannya dengan baik. Sehingga, seluruh kekayaan yang dimiliki Jabar tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Jabar.
"Pemimpin Jabar juga harus bermoral baik. Kalau hanya visioner tanpa diimbangi moral yang baik, tentu akan sulit terwujud (kesejahteraan), begitupun sebaliknya," tegas Hasbullah.
Lebih jauh Hasbullah mengatakan, pihaknya terus mematangkan komunikasi dengan hampir seluruh partai politik (parpol) sebelum memutuskan berkoalisi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018. Soal kabar akan bergabungnya PAN dengan koalisi yang sudah dibangun Gerindra-PKS, Hasbullah menegaskan, hal itu masih dalam tahap penjajakan.
"Kita memang intens berkomunikasi dengan Gerindra, PKS, Demokrat karena kebetulan saya juga di Dewan Provinsi (anggota DPRD). Mungkin itu (koalisi PAN dengan Gerindra-PKS) akibat komunikasi yang dibangun. Tapi, semua perkembangan di Jabar itu akan dilaporkan ke DPP karena tanpa restu DPP (koalisi) percuma juga."
Partainya siap menyodorkan dua nama dari internal dan tiga nama dari eksternal partai sebagai calon gubernur/wakil gubernur saat koalisi dengan parpol lain telah terbangun. Kelima nama tersebut telah dipilih berdasarkan hasil survei terakhir yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN. Dari internal partai, dua nama sudah terpilih yakni Desy Ratnasari dan Bima Arya.
"Sedangkan tiga nama dari eksternal partai yakni Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi," sebutnya.
Diakui Hasbullah, dalam hasil survei DPP PAN, Desy Ratnasari yang merupakan anggota DPR dan Bima Arya yang kini menjabat Wali Kota Bogor, menjadi dua sosok kader PAN dengan popularitas dan elektabilitas tertinggi.
"Di luar tiga nama eksternal partai tadi, memang muncul juga nama-nama lain, seperti Agung Suryamal (Ketua Kadin Jabar), Sutrisno (Bupati Majalengka), dan lainnya. Namun, tidak masuk tiga besar," jelasnya.
Disinggung soal penentuan pasangan calon gubernur/wakil gubernur Jabar saat koalisi sudah terbentuk nanti, Hasbullah menegaskan, partainya tak akan mempersoalkan kalaupun kelima sosok yang disodorkan PAN tak dipilih, baik sebagai calon gubernur maupun calon wakil gubernur Jabar, asalkan penentuannya mengacu pada parameter yang jelas dan terbuka.
"Misalnya kita sepakati parameternya hasil survei. Kita ingin parameter yang transparan, jelas, dan tidak subjektif. Dengan penentuan yang terbuka itu, kita tentu bisa terima, termasuk ketika kader terbaik PAN tidak terpilih," tandasnya.
(zik)