Cek Penanganan Pelayanan Kesehatan, Bupati Banyuwangi Kunjungi Warga Sakit
A
A
A
BANYUWANGI - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjenguk sejumlah warganya yang sakit. Sejak Minggu siang (5/3/2017) hingga sore, Anas berkeliling ke rumah warga yang sakit. ”Ini sekaligus saya mengecek penanganan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, memastikan langsung bahwa setiap laporan ke SMS Center dan media sosial tertangani baik,” ungkap Anas.
Anas mengatakan, selama ini Puskesmas-Puskesmas sudah menjalankan program jemput bola ke rumah warga yang sakit, terutama warga miskin dan lansia. ”Jadi dokter dan perawatnya yang datang ke warga, bukan sebaliknya,” ujar Anas.
Program ini akan terus diintensifkan serta menjadi indikator tentang kinerja aparat bidang kesehatan. Evaluasi kinerja kepala puskesmas, kepala rumah sakit, dan kepala dinas kesehatan di antaranya akan ditentukan dari respons terhadap penanganan warga miskin yang sakit.
Anas mengatakan, model layanan jemput bola adalah bagian dari solusi layanan kesehatan bagi warga. Dia mencontohkan, warga lanjut usia (lansia) cukup kesulitan untuk berangkat ke Puskesmas, apalagi lansia yang tinggal sebatang kara.
Meski berobat dengan BPJS atau jaminan kesehatan daerah tidak berbayar, warga miskin dan lansia terkadang kesulitan karena mengeluarkan biaya transportasi. ”Karena itulah, petugas yang harus jemput bola,” tegas Anas.
Kunjungan pertama Anas adalah ke rumah Ibu Nuraeni Ekayanti di Desa Genteng Wetan yang mengalami kanker indung perut.
Nuraeni telah dirujuk ke RSUD Genteng dan segera dikemoterapi di rumah sakit milik Pemprov Jatim, RSUD dr Soetomo di Surabaya.
”Tinggal menunggu pemeriksaan besok Senin, 6 Maret untuk memastikan kesehatannya, setelah itu dirujuk ke Surabaya. Dan semua pengobatannya telah ditanggung oleh Pemkab Banyuwangi melalui mekanisme yang ada,” kata Kepala Dinas Kesehatan Widji Lestariono.
Selanjutnya Anas menjenguk Beny Susanto, bocah 9 tahun di Desa Kaligondo yang menderita hidrosefalus. Setelah mendapat perawatan dan dioperasi, kondisi Benni makin membaik dan telah aktif bersekolah setelah sebelumnya terhambat. Satu bulan yang lalu dia telah dioperasi di RSUD Blambangan.
Penyakit hidrosefalus yang menyerang organ otak sebelumnya harus dirujuk ke Surabaya, namun kini sudah bisa ditangani di RSUD Blambangan Banyuwangi seiring dengan berbagai tambahan fasilitas di rumah sakit daerah bertipe B itu.
”Alhamdulillah, sekarang sudah tidak keluar cairan lagi dari matanya dan tak lagi mengeluh sakit kepala,” ungkap Jamilah, ibunda Beny. Anas mengatakan, strategi jemput bola efektif untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan warga.
“Yang menarik adalah kemudian muncul semangat gotong-royong. Semuanya terpanggil, mulai kepala desa, pengurus RT/RW, PKK, komunitas, sampai pengusaha. Ini modal sosial yang bila dirawat dengan baik bisa menyelesaikan masalah. Tentu pemerintah berterima kasih, karena tanpa elemen lain, pemerintah tidak bisa berbuat optimal,” papar Anas.
Anas juga mengunjungi RM, warga perempuan berusia 14 tahun yang menderita tuna rungu dan kini sedang hamil karena mengalami kasus asusila.
Permasalahan ini ditemukan setelah warga melapor ke call center Banyuwangi Children Center (BCC). Tim BCC yang juga melibatkan aparat hukum segera bergerak.
”Saya ingin menekankan, adik kita yang mengalami kekerasan seksual hingga hamil ini jangan dihakimi secara sosial. Jangan di-bully. Ini sekarang dalam pemantauan Puskesmas, gizinya juga dipantau karena dalam kondisi hamil. Mentalnya dibangun lagi,” tandas Anas.
Anas mengatakan, selama ini Puskesmas-Puskesmas sudah menjalankan program jemput bola ke rumah warga yang sakit, terutama warga miskin dan lansia. ”Jadi dokter dan perawatnya yang datang ke warga, bukan sebaliknya,” ujar Anas.
Program ini akan terus diintensifkan serta menjadi indikator tentang kinerja aparat bidang kesehatan. Evaluasi kinerja kepala puskesmas, kepala rumah sakit, dan kepala dinas kesehatan di antaranya akan ditentukan dari respons terhadap penanganan warga miskin yang sakit.
Anas mengatakan, model layanan jemput bola adalah bagian dari solusi layanan kesehatan bagi warga. Dia mencontohkan, warga lanjut usia (lansia) cukup kesulitan untuk berangkat ke Puskesmas, apalagi lansia yang tinggal sebatang kara.
Meski berobat dengan BPJS atau jaminan kesehatan daerah tidak berbayar, warga miskin dan lansia terkadang kesulitan karena mengeluarkan biaya transportasi. ”Karena itulah, petugas yang harus jemput bola,” tegas Anas.
Kunjungan pertama Anas adalah ke rumah Ibu Nuraeni Ekayanti di Desa Genteng Wetan yang mengalami kanker indung perut.
Nuraeni telah dirujuk ke RSUD Genteng dan segera dikemoterapi di rumah sakit milik Pemprov Jatim, RSUD dr Soetomo di Surabaya.
”Tinggal menunggu pemeriksaan besok Senin, 6 Maret untuk memastikan kesehatannya, setelah itu dirujuk ke Surabaya. Dan semua pengobatannya telah ditanggung oleh Pemkab Banyuwangi melalui mekanisme yang ada,” kata Kepala Dinas Kesehatan Widji Lestariono.
Selanjutnya Anas menjenguk Beny Susanto, bocah 9 tahun di Desa Kaligondo yang menderita hidrosefalus. Setelah mendapat perawatan dan dioperasi, kondisi Benni makin membaik dan telah aktif bersekolah setelah sebelumnya terhambat. Satu bulan yang lalu dia telah dioperasi di RSUD Blambangan.
Penyakit hidrosefalus yang menyerang organ otak sebelumnya harus dirujuk ke Surabaya, namun kini sudah bisa ditangani di RSUD Blambangan Banyuwangi seiring dengan berbagai tambahan fasilitas di rumah sakit daerah bertipe B itu.
”Alhamdulillah, sekarang sudah tidak keluar cairan lagi dari matanya dan tak lagi mengeluh sakit kepala,” ungkap Jamilah, ibunda Beny. Anas mengatakan, strategi jemput bola efektif untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan warga.
“Yang menarik adalah kemudian muncul semangat gotong-royong. Semuanya terpanggil, mulai kepala desa, pengurus RT/RW, PKK, komunitas, sampai pengusaha. Ini modal sosial yang bila dirawat dengan baik bisa menyelesaikan masalah. Tentu pemerintah berterima kasih, karena tanpa elemen lain, pemerintah tidak bisa berbuat optimal,” papar Anas.
Anas juga mengunjungi RM, warga perempuan berusia 14 tahun yang menderita tuna rungu dan kini sedang hamil karena mengalami kasus asusila.
Permasalahan ini ditemukan setelah warga melapor ke call center Banyuwangi Children Center (BCC). Tim BCC yang juga melibatkan aparat hukum segera bergerak.
”Saya ingin menekankan, adik kita yang mengalami kekerasan seksual hingga hamil ini jangan dihakimi secara sosial. Jangan di-bully. Ini sekarang dalam pemantauan Puskesmas, gizinya juga dipantau karena dalam kondisi hamil. Mentalnya dibangun lagi,” tandas Anas.
(sms)