Video Bentrok Viral, Aparat Diminta Tarik Pasukan

Senin, 21 November 2016 - 20:34 WIB
Video Bentrok Viral, Aparat Diminta Tarik Pasukan
Video Bentrok Viral, Aparat Diminta Tarik Pasukan
A A A
MEDAN - Bentrokan aparat dengan masyarakat petani di Desa Mekar Jaya, Kab Langkat, pada 18 November 2016, menjadi pembicaraan di media sosial. Salah satu video yang menunjukkan bentrokan tak seimbang menjadi viral. Mayoritas netizen mengecam kekerasan petugas dalam video itu.

Dari laman instagram, video bentrok itu pada Senin (21/11/2016) sore sudah dilihat sebanyak 70.000 kali hanya dalam lima jam. Dalam video yang diunggah akun @berbagisemangat itu, terlihat sejumlah petugas berpakaian sipil sedang menangkap salah seorang warga petani. Salah satu dari petugas itu terlihat menenteng senjata laras panjang sambil memegang borgol.

Setelah berhasil mengamankan warga itu, dalam video tersebut tiba-tiba salah seorang petugas beratribut dengan tulisan provos di lengan kirinya, mengejar dan langsung menendang dan memukul salah seorang warga petani lainnya yang juga diamankan.

Tendangan ini membuatnya tersungkur. Aksi petugas itu dihalangi petugas lain berpakaian loreng TNI. Seperti tak puas, oknum berpakaian provos itu kemudian mengejar lagi dan kembali menghujamkan tendangan ke arah dada si warga, meskipun dia sudah dijepit petugas lainnya. Tendangan ini terlihat membuat warga petani itu terjerembab ke tanah.

Selain itu video serupa juga diunggah akun @zulfie_herwinsyah. Video yang diunggah akun ini sudah ditonton sebanyak 3.810 kali dan terus meningkat jumlahnya. Video ini pun dihujani berbagai komentar yang mengecam aksi kekerasan yang terjadi.

Akun @fadiel_ozil menulis, “Lebih membela investor asing dari pada rakyat sendiri.” Akun lainnya @gilang_muh menulis “Dimana letak tanggung jawab negara ini terhadap rakyatnya sendiri. Dimana2 terjadi perampasan, Demi kepentingan. Macam yang udah jago kali polisi tu!!”.

Video ini sendiri diunggah 24 jam sebelumnya. Video ini sudah diposting juga oleh berbagai akun instagram seperti @berbagisemangat. Selain di instagram, video serupa yang lebih panjang durasinya sekitar 4,5 menit, juga diunggah ke youtube dan sudah ditonton sebanyak 1.477 kali.

Insiden di Langkat ini juga mendapat perhatian kalangan artis seperti Robi Navicula dan Rio Dewanto.

Robi mengunggah gambar seorang petani yang terluka akibat kekerasan 18 November itu. Kemudian Rio Dewanto me-repost itu di akun instagramnya. Di sana dia menuliskan "hey aparat, janganlah kau jadi budak asing !!! ini saudara kalian juga !!!! Bantu sebarkan saudara-saudara ku semua...”

Dalam unggahan itu, Rio kembali menuliskan suara hatinya. Dia mengaku sedih sekali ini terjadi lagi. Petani dipukuli aparat yang membeking perusahan asing.

“Kok bisa? Katanya melindungi dan mengayomi masyarakat? Katanya bersama rakyat kita kuat?”. Rio pun kemudian memention akun Presiden @Jokowi. “Bentuk penjajahan baru oleh bangsa sendiri kah? Pak @jokowi tolong tindak lanjuti,” tulis Rio. Postingan Rio satu hari lalu itu, hingga kemarin sudah mendapat 23.900 tanda love.

Terpisah, Anggota DPRD Sumatera Utara asal daerah pemilihan Binjai dan Langkat, Muhri Fauzi Hafiz mendesak agar Kapolda Sumatera Utara mengevaluasi kinerja dari Kapolres Langkat AKBP Mulya Hakim terkait bentrok antara petugas dengan petani di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Wampu tersebut.

Menurutnya bentrokan yang terjadi tersebut disebabkan sikap represif berlebihan dari aparat kepolisian terhadap para petani yang ada di desa tersebut.

"Membawa pasukan yang besar seakan kondisi tidak aman, oleh karena itu saya meminta agar Kapolda Sumut meminta pertanggungjawaban Kapolres Langkat atas terjadinya bentrokan yang memakan korban tersebut," katanya.

Muhri menjelaskan, persoalan lahan di Langkat tersebut penyebabnya yakni saling klaim sebagai pemilik yang sah antara serikat petani dengan perusahaan asal Malaysia, PT Langkat Nusantara Kepong (LNK).

Dalam menangani persoalan ini, pihak kepolisian menurutnya harus hati-hati sebab yang menjadi persoalan adalah keabsahan dari masing-masing pihak untuk menduduki lahan tersebut.

"Seharusnya ini bukan persoalan upaya paksa agar masyarakat meninggalkan lokasi, namun adu argumentasi dan keotentikan dokumen. Makanya dalam hal ini BPN harus dihadirkan. Bukan membawa aparat ramai-ramai ke sana dan bentrok dengan warga," ujarnya.

Muhri berkeyakinan, para petani juga tidak akan bersikeras untuk menduduki lahan tersebut jika mereka tidak merasa memiliki hak.

Atas hal ini menurutnya semua pihak harus memahami cara penyelesaian yang tepat yakni dengan memahami legalitas masing-masing.

"Jangan aparat kita yang bentrok dengan warga petani kita, apalagi dari tayangan videonya petugas sampai memukuli petani. Dari sudut sosial kemasyarakatan bentrok itu berarti kegagalan dalam menyelesaikan persoalan. Dan itu yang saya lihat dari kondisi ini. Jadi kami harap Kapolda Sumut segera memerintahkan menarik pasukan. Karena ini soal otentisitas dokumen, bukan gangguan keamanan," tegas Muhri.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4595 seconds (0.1#10.140)