Daftar Maut CIA dan Pembantaian Massal PKI 1965-1966

Senin, 26 September 2016 - 05:05 WIB
Daftar Maut CIA dan Pembantaian Massal PKI 1965-1966
Daftar Maut CIA dan Pembantaian Massal PKI 1965-1966
A A A
PERBURUAN dan pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan yang disangka PKI, serta seluruh pendukung gerakan kiri di Indonesia pada 1965-1966, merupakan salah satu tragedi kemanusiaan terbesar yang terjadi pada abad ke-20.

Korban pembunuhan dalam peristiwa itu melebihi korban jiwa dalam serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dan melebihi jumlah korban perang Vietnam selama bertahun-tahun. Mencapai angka 78.000 jiwa, 500.000 jiwa hingga tiga juta jiwa.

Dinas rahasia Amerika Serikat (AS) Central Intelligence Agency (CIA) disebut-sebut turut terlibat dalam perburuan dan pembantaian itu dengan menyerahkan daftar maut yang berisi 5.000 pengurus PKI di tingkat daerah dan pusat.

Adalah Robert J Martens, agen CIA yang menjabat Perwira Politik di Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika di Jakarta yang berhasil menyusun daftar itu sejak 1963-1965. Daftar nama itu didapat dari sekutu mereka orang Indonesia.

Deputi Kepala CIA di Jakarta Joseph Lazarsky mengatakan, data tersebut didapat dengan bantuan seluruh pegawai CIA dan secara berkala diserahkan kepada agen mereka yang menjadi ajudan Adam Malik, Tirta Kencana (Kim) Adhyatman.

Dari Adam Malik, daftar nama pengurus PKI itu lalu diserahkan ke Soeharto untuk "dibereskan". Setiap perkembangan mengenai siapa saja yang telah ditangkap dan dibunuh dalam daftar itu akan dilaporkan Ali Murtopo kepada CIA.

Terungkapnya informasi ini muncul ketika Kathy Kadane, wartawati yang bekerja untuk States News Servis menerbitkan sebuah artikel di The Washington Post dengan judul "US Officials List Aided Indonesian Bloodbath in 60s".

Selain di The Washington Post, tulisan yang sama juga muncul di New York Times dengan judul "CIA Tie Asserted in Indonesian Purge". Laporan itu semakin diperkuat dengan dibukanya dokumen rahasia AS pada periode 1965-1966.

Dalam laporan ini bahkan para pemimpin Partindo dan Baperki dinyatakan masuk ke dalam daftar yang harus ditangkap dan dibinasakan. Namun daftar itu dibantah oleh sejumlah pejabat CIA yang namanya disebut dalam dokumen rahasia.

Bantahan datang dari Dubes AS di Jakarta Marshall Green dalam bukunya Indonesian Crisis and Transformation 1965-1968. Menurutnya, sebab pembunuhan massal 1965-1966 masih belum jelas disengaja atau spontanitas masyarakat.

Selain Green, Robert Martens juga menepis dugaan adanya daftar tersebut. Menurutnya, daftar itu tidak berhubungan dengan aktivitas CIA di Jakarta. Daftar itu, katanya diambil langsung dari penerbitan resmi PKI sendiri.

Sementara menurut dokumen rahasia AS yang ditandatangai Green, terungkap bahwa merekalah pihak yang bertanggung jawab dalam memberikan daftar maut CIA tersebut kepada intelijen Indonesia dalam bulan-bulan Desember 1965.

Menurut pengakuan mantan pejabat CIA Ralph McGehee, pengumpulan daftar maut CIA dilakukan sejak 1963. Dimulai dari melatih sejumlah aktivis buruh dalam Sentral Organisasi Seluruh Karyawan Indonesia (SOKSI) bentukan militer.

Para aktivis buruh ini yang menyusun daftar nama dan simpatisan penting Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang dekat dengan PKI. Hal yang sama dilakukan kepolisian RI terhadap anggota dan simpatisan penting PKI.

Cara mengumpulkan daftar pengurus PKI dan simpatisannya ini telah dilakukan AS di Vietnam Selatan, Guatemala dan Irak. Di Indonesia, daftar ini dibuat hingga tahun 1965 dan sangat membantu militer dalam menghancurkan PKI.

Dalam praktiknya, perburuan dan pembantaian anggota PKI dan yang disangka PKI, serta seluruh organisasi kiri, tidak hanya dilakukan oleh militer. Tetapi juga oleh kelompok-kelompok agama, dan partai politik, serta pendukungnya.

Kelompok-kelompok itu kemudian disatukan ke dalam sebuah badan Gerakan Kontra Revolusi 30 September (KAP-Gestapu) yang di dalamnya ada NU, PSII, Partai Katolik, IPKI, dan organisasi-organisasi massa mereka masing-masing.

Selain kelompok yang tergabung dalam KAP-Gestapu, ada juga kelompok lain dari Perti, PNI, Muhammadiyah, dan mereka yang dikontrol oleh IPKI seperti pemuda Protestan, dan Pemuda Pancasila. Sisa-sisa PSI dan Masyumi pun termasuk.

Dalam otobiografinya, Soeharto mengakui bahwa pihaknya lah yang telah memberikan bantuan senjata kepada rakyat untuk melindungi dirinya sendiri dan membersihkan daerahnya masing-masing dari apa yang disebut benih-benih jahat.

"Saya tidak mau melibatkan AD secara langsung dalam pertentangan-pertentangan itu, kecuali pada saat-saat yang tepat dan terpaksa," jelasnya, seperti dikutip dalam buku Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, halaman 136.

Aksi-aksi kekerasan terhadap PKI dimulai di Aceh. Di daerah ini, pembunuhan berlangsung sangat sadis. Semua kepala korban dipenggal, ditancapkan pada bambu, dan dipajang di sepanjang jalan. Sedang tubuh-tubuh korban dibuang ke sungai.

Pembunuhan di Aceh bukan hanya dilakukan terhadap anggota PKI, tetapi juga pihak keluarga korban, termasuk para pembantu rumah tangga mereka. Warga keturunan China di daerah ini juga banyak yang menjadi korban pembunuhan massal.

Dari Aceh, pembunuhan massal menyebar ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di dua daerah ini, pembunuhan massal tidak kalah sadisnya. Para pelaku pembunuhan adalah tentara, golongan nasionalis, dan Islam (Ansor dengan Bansernya).

Menurut pengakuan Kolonel Sarwo Edhi, para pembunuh itu mendapat pelatihan militer dari tentara. Pembunuhan di kawasan ini berlangsung sangat brutal. Kepala, organ-organ seksualnya, dan tubuh korban dipotong-potong dan dibiarkan di jalan.

Pada beberapa kasus, para pembunuhan bahkan menjilati darah para korban. Meski tindakan ini mendapat larangan dari para kiai, tetapi mereka tetap saja melakukannya. Bagaikan orang yang telah kerasukan iblis, banjir darah di mana-mana.

Padahal, banyak dari para korban juga beragama Islam dan menjalankan salat lima waktu seperti para pembunuhnya. Namun, hal itu tidak berarti bagi mereka. Selama korban anggota PKI, keluarga PKI, dan pendukung gerakan kiri, mereka akan dibunuh.

Seorang insinyur berkebangsaan Inggris Ross Taylor menyatakan, tentara dan kelompok-kelompok sipilnya menggunakan daftar maut CIA untuk melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap anggota PKI, SOBSI, dan yang terkait dengan PKI.

Dia juga melaporkan telah terjadi pembantaian massal oleh tentara dan kelompok-kelompok sipilnya di dekat pabrik tekstil Nebritex. Hingga November 1965, dia mencatat sedikitnya telah ada 2.000 orang yang dibunuh di daerah pabrik itu.

Di Bali, pembunuhan massal juga berlangsung sangat brutal. Para pembunuh menganggap PKI sebagai jelmaan setan, sehingga korbannya sangat layak dibunuh. Para pelaku pembunuhan di kawasan ini adalah tentara RPKAD dan kalangan nasionalis.

Selain di daerah-daerah yang telah disebutkan, pembunuhan massal juga terjadi diberbagai daerah lainnya. Selain tokoh-tokoh PKI dari puncak pimpinan hingga akar rumput, sasaran pembunuhan juga aktivis dan seluruh organisasi massanya.

Di samping itu, ada juga target khusus yang terdiri dari kaum intelektual, pejabat pemerintahan dan para tokoh masyarakat seperti wali kota, bupati, guru, seniman, kepala desa, dan lainnya yang dianggap komunis maupun simpatisannya.

Sasaran pembunuhan ini diduga banyak diungkap dalam daftar muat CIA, sehingga seluruh lapisan dalam gerakan komunis dan kiri lainnya habis dibisanakan. Pemilihan target ini telah direncanakan dengan matang jauh hari sebelumnya.

Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi mengenai daftar maut CIA dalam pembantaian massal PKI tahun 1965-1966. Semoga memberikan manfaat.

Sumber Bacaan:
*Bradley R Simpson, Amerika Serikat dan Dimensi Internasional dari Pembunuhan Massal di Indonesia, diambil dari Bern Schaefer dan Baskara T Wardaya, 1965 Indonesia dan Dunia, Kompas Gramedia, Cetakan Pertama, September 2013.
*Bradley R Simpson, Economist With Guns, Amerika Serikat, CIA dan Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru, Kompas Gramedia, Cetakan Pertama, Jakarta 2010.
*ULF Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwi Fungsi ABRI, LP3ES, Cetakan Kedua, November 1988.
*G Dwipayana dan Ramadhan KH, Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, PT Citra Lamtoro Gung Persada, Cetakan Kedua 1989.
*Harsutejo, G30S, Sejarah yang Digelapkan, Tangan Berdarah CIA dan Rejim Suharto, Hasta Mitra, Jakarta, Agustus 2003.
*Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan 1965-1966, Kepustakaan Populer Gramedia, Cetakan Pertama, 2000.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3731 seconds (0.1#10.140)