Kisah Syekh Sadzali dan Mata Air Tiga Rasa

Jum'at, 23 September 2016 - 05:00 WIB
Kisah Syekh Sadzali...
Kisah Syekh Sadzali dan Mata Air Tiga Rasa
A A A
Nama Syekh Hasan Sadzali seakan akrab di telinga warga di sekitar lereng Gunung Muria dia diyakini adalah salah satu ulama besar dalam menyebarluaskan agama Islam di sekitar lereng gunung tersebut.

Menurut cerita warga Desa Rejenu, Pegunungan Argo Jambangan, Syekh Hasan Sadzali adalah seorang ulama yang berasal dari Timur Tengah tepatnya Baghdad Irak. Dia berkelana untuk sampai ke Tanah Jawa untuk menyiarkan agama Islam.

Makam Syekh Sadzali hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari makam Sunan Muria. Karenanya orang banyak mengaitkannya dengan salah satu tokoh Wali Songo tersebut.

Menurut Sukarno Ichsan, pengurus makam pernah bertanya soal jati diri Syekh Sadzali kepada Mursyid Thariqah Syadziliyyah, Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Yahya yang berdomisili di Pekalongan, Jateng. Menurut Habib Luthfi, Syekh Sadzali lebih dulu mensyiarkan Islam dibanding Wali Songo. (Baca: Ahli Tarekat, Tinggalkan Sumur Air Tiga Rasa).

Jarak antara Syekh Sadzali dengan Wali Songo sekitar satu abad. Bahkan menurut Habib Luthfi, Syekh Sadzali merupakan guru Sunan Muria. “Kalau Wali Songo abad 14 atau 15, maka Syekh Sadzali 100 tahun sebelumnya.

Dulu warga pernah menemukan batu bata kuno di area sekitar makam Syekh Sadzali yang diperkirakan dari abad 12 atau 13. Batu bata itu diduga kuat merupakan bagian dari musala yang dibangun Syekh Sadzali ,” katanya.

Salah satu karomah Syekh Hasan Sadzali adalah tiga mata air yang yang mempunyai rasa berbeda. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Air Tiga Rasa Rejenu.

Tiga mata air tersebut terletak di dekat makam Syekh Hasan Sadzali di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, tepatnya di atas Air Terjun Monthel.

Air tiga rasa itu dulu digunakan untuk wudhu Syekh Sadzali. Air itu tidak pernah surut baik musim hujan maupun kemarau panjang dan itu merupakan bagian dari karomah wali. Dan jika diambil airnya rasanya tidak akan pernah hilang sampai berbulan-bulan.

Konon sumber mata air pertama mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa : anyep-anyep asem/kecut) yang bekhasiat dapat mengobati berbagai penyakit.

Sumber mata air kedua mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “Sprite” yang bekhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.

Sedangkan sumber mata air ketiga mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak / arak” yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya.

Tetapi menurut alamiah tiga mata air tersebut telah tercampur dengan getah dari akar pohon-pohon yang ada di atasnya, sehingga bisa menimbukan rasa yang bermacam-macam.

Namun anehnya di samping mata air rasa tersebut juga terdapat air yang biasa digunakan untuk wudlu tetapi rasanya tawar.

Makam Syekh Sadzali mulai ramai diziarahi masyarakat sekitar tahun 80an dan jalan menuju kesana pada waktu itu masih berupa semak-semak belukar. Kemudian mulai dibangun jalan dan bisa dilalui kendaraan roda dua.

Sehingga para peziarah bisa sampai ke makam tersebut dengan menggunakan jasa ojek. Seperti makam-makam wali yang lain, dimakam Syeh Sadzali terdapat sebuah tradisi yang di laksanakan setiap setahun sekali yaitu ‘Bukak Luwur’.

Bukak Luwur adalah tradisi mengganti selambu putih (mori) yang menyelimuti seluruh makam. Bukak Luwur Syekh Sadzali dilaksanakan pada 25 Syura. Karena tanggal tersebut telah menjadi kesepakatan para tokoh masyarakat atas petunjuk dari para kiai/ulama’ besar.

Pada acara khaul/Bukak Luwur tersebut diadakan berbagai kegiatan seperti halnya pengajian, khatam Alqur’an, tahlil, kenduren nasi tumpeng.

Uniknya kelambu atau kain putih bekas penutup makam tersebut menjadi rebutan masyarakat karena untuk mendapatkan “berkah” dari Syekh Sadzali. Masyarakat meyakini bahwa doa dari para peziarah menempel pada kain luwur tersebut.

Sumber:
- wikipedia dan diolah dari berbagai sumber
- gunawanmafa
(sms)
Berita Terkait
Senjata Pemusnah Massal...
Senjata Pemusnah Massal yang Menginspirasi Persaingan Misi Antariksa
Prasasti Gondang, Situs...
Prasasti Gondang, Situs Peninggalan Kerajaan Singosari yang Usang
Gua Napalicin, Legenda...
Gua Napalicin, Legenda Si Pahit Lidah yang Kesal dan Bergumam
Kisah Pemberontakan...
Kisah Pemberontakan Rakyat Jambi terhadap Penjajah Belanda
Kisah Kampung Adat Seribu...
Kisah Kampung Adat Seribu Gonjong, Pernah Ditinggali Syafruddin Prawiranegara
Kisah Pohon Cengkeh...
Kisah Pohon Cengkeh Tertua di Dunia yang Selamat dari Pemusnahan Belanda
Berita Terkini
Menham Natalius Pigai...
Menham Natalius Pigai Usulkan 3 Hukuman Sekaligus untuk Mantan Kapolres Ngada
17 menit yang lalu
Banjir Muarojambi Meluas,...
Banjir Muarojambi Meluas, 7 Kecamatan Terendam
1 jam yang lalu
Gempa M5,2 Guncang Bayah...
Gempa M5,2 Guncang Bayah Banten, Dirasakan hingga Bogor
2 jam yang lalu
Ini Tarif PBJT Jasa...
Ini Tarif PBJT Jasa Perhotelan saat Inap di Hotel Jakarta, Wajib Tahu
2 jam yang lalu
Kisah Penangkapan Crazy...
Kisah Penangkapan Crazy Rich Kiai Murmo yang Memicu Kemarahan Pangeran Diponegoro Kepada Belanda
2 jam yang lalu
Bangunan Liar di Bantaran...
Bangunan Liar di Bantaran Kali Bekasi Dibongkar, Kades Kritik Dedi Mulyadi Otoriter: Bukan Zaman Penjajah Ini
4 jam yang lalu
Infografis
7 Masjid Tua di Jakarta...
7 Masjid Tua di Jakarta yang Ikonik dan Sarat Sejarah Islam
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved