2 Anak Harimau Sumatera Mati Diduga Dianiaya Pawang
A
A
A
BUKITTINGGI - Setelah sempat ditutup-tutupi kematian dua ekor anak harimau sumatera satwa koleksi Kebun Binatang Kinantan Kota Bukittinggi akhirnya terkuak. Pengelola menyebut kedua satwa langka dilindungi ini mati hanya berselang beberapa jam pada 30 Juni sore dan 1 Juli dini hari.
Kematian harimau ini baru diketahui publik dua pekan setelah kejadian diduga sengaja didiamkan karena kematian yang tidak wajar dianiaya salah seorang oknum pawing. Karena sebelum mati kedua anak harimau sumatera mengalami sakit pinggang dan mencret. (Baca juga: Dua Anak Harimau di Bukittinggi Mati karena Sakit)
Seorang pawang harimau sumatera di Kebun Binatang Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) atau Kebun Binatang Kinantan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat disebut-sebut sebagai penyebab kematian anak harimau sumatera dua pekan lalu
Kematian anak harimau diduga tidak wajar sebelumnya diketahui sakit sejak sebulan sebelum bulan Ramadhan lalu.
Keduanya mengalami sakit pinggang tidak bisa berjalan diduga ditendang. Beberapa pekan setelah agak sembuh sakit pinggang keduanya menderita sakit perut dan mencret.
Hingga 2 pekan setelah kematian pengelola tak kunjung melaporkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Barat dan tidak melaporkan ke wali kota.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi Melfi Abra membantah menutup-nutupi kematian satwa.
Melfi mengaku masih menunggu konfirmasi kejadian dan hasil laboratorium. Pihaknya belum bisa menyebutkan harimau mati karena dianiaya.
“Tidak ada yang dirahasiakan, kami butuh waktu konfirmasi kejadian ke pengelola. Hasil laboratorium sampai kini tidak ada karena libur. Informasi lengkap kematian hari Senin akan diberikan dokter, ini disebut mati karena dianiaya, kalau dianiaya informasi darimana?. Apa buktinya?. Saya tidak bisa sebut kalau belum jelas, ada juga yang menyebut ada videonya, kalau ada bisa jadi barang bukti yang bagus,” paparnya.
Pengelola Kepala Bidang TMSBK Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi Ikbal mengaku yang pertama mati bernama Puti pada 30 Juni sekitar sore hari. Selang beberapa jam pada 1 Juli sekitar dini hari menyusul anak harimau jantan bernama Raja yang mati.
Kepala Disbudpar Melfi dan Ikbal sebelumnya mengaku telah menanyai pawang tentang penyebab kematian kedua anak harimau.
Pengelola curiga oknum pawang harimau berinisial 'M' telah menganiaya anak harimau sehingga keduanya sakit pinggang.
Oknum pelaku diduga kesal tidak diajak ikut serta kunjungan ke Singapura sebelum Ramadhan lalu.
Saat Kepala TMSBK beserta seorang pawang harimau lain dan dua orang staf ke luar negeri. Dua anak harimau sumatera dipawangi oleh 'M'. Saat itulah kedua anak harimau mengalami sakit pinggang tidak bisa berjalan.
Petugas medis dokter hewan Kebun Binatang Kinantan membawa kedua anak harimau yang sakit ke Puskeswan Kota Padang untuk memeriksa kondisi tulang pinggang anak harimau namun hingga saat ini hasil rontgen belum diterima pengelola kebun binatang.
Beberapa pekan kemudian anak harimau yang sakit sudah mulai pulih namun tiba-tiba mengalami sakit perut dan mencret lalu mati pada 30 Juni dan 1 Juli 2016.
Sementara M pawang harimau sumatera mengaku dirinya dituduh penyebab kematian dua anak harimau tersebut.
“Saya dituduh katanya harimau itu mati karena ditendang. Dituduhnya dari oknum pawang yang bunuh, pawang disini kalau yang dibawah ada dua. Saya sama Masrizal, tapi kenapa arahnya ke saya waktu ditanya pak Melfi, ditanya pak Ikbal arahnya ke saya, seakan-akan saya yang berbuat buruk. Disitulah saya yang tidak terima, saya sudah mati-matian disini, kadang tidak mengenal waktu disini, jam berapa pun disuruh saya datang,” kata M.
Seperti diberitakan sebelumnya dua anak harimau sumatera Puti dan Raja ini merupakan hasil perkawinan harimau sumatera jantan bernama Bancah dan induk bernama Sean lahir di Kebun Binatang Kinantan Bukittinggi pada Kamis 14 Januari 2016.
Kematian anak harimau sumatera bernama latin panthera tigris sumatrae ini baru diketahui publik dan media setelah para pedagang, fotografer dan pengunjung kebun binatang beberapa hari tidak melihat kedua anak harimau Jumat 15 Juli dua hari kemarin.
Pengelola kebun binatang sendiri sampai saat ini mengaku masih menunggu hasil autopsi untuk mengungkap penyebab pasti kematian dua anak harimau sumatera itu.
Dari laporan sementara kematian diakibatkan kelainan genetika yang diidap sejak beberapa bulan yang lalu.
Sementara pihak BKSDA Provinsi Sumatera Barat kepada media menyebut akan mempidanakan oknum yang diduga melakukan penganiayaan hingga menyebabkan kematian harimau ini. Jika terbukti pelaku terancam sanksi pidana sesuai Undang-undang nomor 5 tahun 1990.
Kematian harimau ini baru diketahui publik dua pekan setelah kejadian diduga sengaja didiamkan karena kematian yang tidak wajar dianiaya salah seorang oknum pawing. Karena sebelum mati kedua anak harimau sumatera mengalami sakit pinggang dan mencret. (Baca juga: Dua Anak Harimau di Bukittinggi Mati karena Sakit)
Seorang pawang harimau sumatera di Kebun Binatang Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) atau Kebun Binatang Kinantan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat disebut-sebut sebagai penyebab kematian anak harimau sumatera dua pekan lalu
Kematian anak harimau diduga tidak wajar sebelumnya diketahui sakit sejak sebulan sebelum bulan Ramadhan lalu.
Keduanya mengalami sakit pinggang tidak bisa berjalan diduga ditendang. Beberapa pekan setelah agak sembuh sakit pinggang keduanya menderita sakit perut dan mencret.
Hingga 2 pekan setelah kematian pengelola tak kunjung melaporkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Barat dan tidak melaporkan ke wali kota.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi Melfi Abra membantah menutup-nutupi kematian satwa.
Melfi mengaku masih menunggu konfirmasi kejadian dan hasil laboratorium. Pihaknya belum bisa menyebutkan harimau mati karena dianiaya.
“Tidak ada yang dirahasiakan, kami butuh waktu konfirmasi kejadian ke pengelola. Hasil laboratorium sampai kini tidak ada karena libur. Informasi lengkap kematian hari Senin akan diberikan dokter, ini disebut mati karena dianiaya, kalau dianiaya informasi darimana?. Apa buktinya?. Saya tidak bisa sebut kalau belum jelas, ada juga yang menyebut ada videonya, kalau ada bisa jadi barang bukti yang bagus,” paparnya.
Pengelola Kepala Bidang TMSBK Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi Ikbal mengaku yang pertama mati bernama Puti pada 30 Juni sekitar sore hari. Selang beberapa jam pada 1 Juli sekitar dini hari menyusul anak harimau jantan bernama Raja yang mati.
Kepala Disbudpar Melfi dan Ikbal sebelumnya mengaku telah menanyai pawang tentang penyebab kematian kedua anak harimau.
Pengelola curiga oknum pawang harimau berinisial 'M' telah menganiaya anak harimau sehingga keduanya sakit pinggang.
Oknum pelaku diduga kesal tidak diajak ikut serta kunjungan ke Singapura sebelum Ramadhan lalu.
Saat Kepala TMSBK beserta seorang pawang harimau lain dan dua orang staf ke luar negeri. Dua anak harimau sumatera dipawangi oleh 'M'. Saat itulah kedua anak harimau mengalami sakit pinggang tidak bisa berjalan.
Petugas medis dokter hewan Kebun Binatang Kinantan membawa kedua anak harimau yang sakit ke Puskeswan Kota Padang untuk memeriksa kondisi tulang pinggang anak harimau namun hingga saat ini hasil rontgen belum diterima pengelola kebun binatang.
Beberapa pekan kemudian anak harimau yang sakit sudah mulai pulih namun tiba-tiba mengalami sakit perut dan mencret lalu mati pada 30 Juni dan 1 Juli 2016.
Sementara M pawang harimau sumatera mengaku dirinya dituduh penyebab kematian dua anak harimau tersebut.
“Saya dituduh katanya harimau itu mati karena ditendang. Dituduhnya dari oknum pawang yang bunuh, pawang disini kalau yang dibawah ada dua. Saya sama Masrizal, tapi kenapa arahnya ke saya waktu ditanya pak Melfi, ditanya pak Ikbal arahnya ke saya, seakan-akan saya yang berbuat buruk. Disitulah saya yang tidak terima, saya sudah mati-matian disini, kadang tidak mengenal waktu disini, jam berapa pun disuruh saya datang,” kata M.
Seperti diberitakan sebelumnya dua anak harimau sumatera Puti dan Raja ini merupakan hasil perkawinan harimau sumatera jantan bernama Bancah dan induk bernama Sean lahir di Kebun Binatang Kinantan Bukittinggi pada Kamis 14 Januari 2016.
Kematian anak harimau sumatera bernama latin panthera tigris sumatrae ini baru diketahui publik dan media setelah para pedagang, fotografer dan pengunjung kebun binatang beberapa hari tidak melihat kedua anak harimau Jumat 15 Juli dua hari kemarin.
Pengelola kebun binatang sendiri sampai saat ini mengaku masih menunggu hasil autopsi untuk mengungkap penyebab pasti kematian dua anak harimau sumatera itu.
Dari laporan sementara kematian diakibatkan kelainan genetika yang diidap sejak beberapa bulan yang lalu.
Sementara pihak BKSDA Provinsi Sumatera Barat kepada media menyebut akan mempidanakan oknum yang diduga melakukan penganiayaan hingga menyebabkan kematian harimau ini. Jika terbukti pelaku terancam sanksi pidana sesuai Undang-undang nomor 5 tahun 1990.
(sms)