Seorang Anak di Cirebon Kembali Terserang Difteri

Selasa, 15 Maret 2016 - 20:50 WIB
Seorang Anak di Cirebon Kembali Terserang Difteri
Seorang Anak di Cirebon Kembali Terserang Difteri
A A A
CIREBON - Difteri kembali menyerang seorang anak asal Kabupaten Cirebon. Mulai Selasa (15/3/2016) anak tersebut langsung diisolasi di ruang khusus penderita flu burung RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon. Korban difteri diketahui bernama Bintang Samani berusia 5,5 tahun, asal Blok Jamban RT 01/02, Desa Karangkendal, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.

Putra pasangan Mustofa dan Faizah ini dibawa ke RSUD Gunung Jati sekitar pukul 04.00 WIB kemarin.

Direktur RSUD Gunung Jati, Heru Purwanto memastikan, Bintang positif difteri setelah melalui pemeriksaan klinis pasca dibawa masuk. Dari situ, dia kemudian dirawat ke ruang isolasi rumah sakit tersebut pada pukul 09.00 WIB.

"Pasien Bintang positif difteri sebagaimana pemeriksaan klinis. Kekebalannya menurun akibat tak diimunisasi," ungkapnya, Selasa (15/3/2016).

Sejauh ini, RSUD Gunung Jati telah menangani setidaknya hampir 20 pasien dari sejumlah daerah di Wilayah Cirebon.

Hingga kini, empat orang diketahui telah meninggal dunia. Dia meyakinkan, seluruh pasien ditangani sama sesuai prosedur yang berlaku, mulai dari pemberian antibiotik dan obat-obatan hingga sembuh.

Para pasien sendiri dirawat di ruang isolasi khusus flu burung, yang diklaim Heru, telah memadai untuk merawat penyakit menular lain seperti difteri.

Difteri, jelasnya, merupakan penyakit menular yang diakibatkan menurunnya kekebalan tubuh.

"Dialami anak-anak yang tak mendapat vaksinasi. Orang dewasa pun bisa terkena, ini bukan penyakit musiman lho ya," tegasnya.

Dia menerangkan, difteri merupakan penyakit yang disebabkan bakteri dan menyerang bagian saluran pernafasan.

Serangan itu bahkan hingga menimbulkan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyebabnya bisa disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap imunisasi, artinya ketika balita atau berusia dini anak kecil tak diimunisasi sehingga rentan terserang difteri.

Karena itu dia mengingatkan, imunisasi penting diberikan kepada balita sebagai upaya protektif dan preventif.

Imunisasi harus dilakukan serentak di suatu wilayah atau kampung. Pasalnya, bila salah satu orang terkena difteri, maka akan mudah dan cepat menular.

"Penularannya bisa dari kontak langsung, faktor resikonya ditambah dengan pemukiman yang padat, lingkungan tak bersih, dan nutrisi yang kurang baik. Kebanyakan menyerang anak-anak," paparnya.

Gejala difteri pun berbeda-beda mengingat pengklasifikasiannya ke dalam tiga jenis, berupa difteri ringan, sedang, dan berat.

Gejala difteri ringan di antaranya demam biasa, batuk disertai pilek, lemas, kurang aktif pada anak-anak, dan ditemukan selaput di kulit.

Untuk difteri sedang, biasanya penderita mengalami nyeri pada tenggorokan saat menelan, terdapat selaput putih di tenggorokan, kemudian demam.

Sementara difteri berat, gejalanya bisa sampai membuat kelenjar getah beningnya terinfeksi, bahkan gagal nafas akibat pembengkakan di bagian leher.

Sementara itu, kemarin merupakan hari terakhir pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon menargetkan 95% dari sasaran 185,565 bayi dan balita berusia 0-59 bulan mendapat imunisasi.

"Sedikitnya 2.470 pos pelayanan terpadu (posyandu) dan 57 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di Kabupaten Cirebon dilibatkan untuk memberi imunisasi," kata Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Moh Sofyan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6086 seconds (0.1#10.140)