51 Kasus Difteri Ditemukan di Jatim, Khofifah Instruksi Dinkes Lakukan Koordinasi Intensif

Rabu, 15 Maret 2023 - 11:59 WIB
loading...
51 Kasus Difteri Ditemukan di Jatim, Khofifah Instruksi Dinkes Lakukan Koordinasi Intensif
Dinkes Jatim mencatat jumlah kasus difteri di Jatim hingga pertengahan Maret 2023 mencapai 51 kasus yang tersebar di 26 kabupaten/kota dengan jumlah kematian sebanyak 4 kasus. Foto dok/SINDOnews
A A A
SURABAYA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim) mencatat jumlah kasus difteri di Jatim hingga pertengahan Maret 2023 mencapai 51 kasus yang tersebar di 26 kabupaten/kota dengan jumlah kematian sebanyak 4 kasus. Merespons kondisi itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menginstruksikan agar Dinkes berkoordinasi intensif.



"Saya instruksikan Kepala Dinkes Jatim agar berkordinasi intensif dengan Kepala Dinkes di 38 kabupaten/kota untuk mengoptimalkan pelaksanaan surevilans Difteri dan PD3I," kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Rabu (15/3/2023).
Sebelumnya, gubernur telah menerbitkan Surat Edaran (SE) tanggal 17 Februari 2023 perihal Kewaspadaan terhadap Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) kepada Bupati/Walikota se-Jatim. Selain itu Pemprov Jatim juga bekerja sama dengan Dinkes kabupaten/kota dalam menanggulangi penyakit difteri.

Antara lain melakukan penyelidikan epidemiologi kasus difteri, melaksanakan Outbreak Respon Immunization (ORI) di wilayah yang terdampak kasus difteri serta menyiapkan logistik berupa vaksin difteri dan anti difteri serum.

Khofifah mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I seperti difteri, polio, campak dan rubela. Kewaspadaan tersebut dilakukan dengan senantiasa menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta melengkapi imunisasi pada anak.

"Beberapa wilayah di Indonesia terjadi peningkatan KLB PD3I, khususnya penyakit campak dan difteri," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Jatim, Dr. Erwin Astha Triyono menjelaskan, penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae dan menular melalui droplet. Jika seseorang tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air ludah orang lain yang terpapar difteri, maka berpotensi tertular.

"Karena penularannya melalui droplet, saya menghimbau agar masyarakat terus menerapkan PHBS. Salah satunya dengan cara memakai masker jika di tempat terindikasi terjadinya kasus serta selalu rajin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir," ujar Dr. Erwin.

Lebih lanjut, kata dia, komplikasi yang sering terjadi pada kasus difteri adanya miokarditis, gangguan ginjal, bahkan kematian yang diakibatkan karena adanya toksin (racun) yang dikeluarkan bakteri penyebab Difteri.

Gejala dan tanda khas dari kasus Difteri, kata Dr Erwin, adanya pseudomembran (membrane berwarna putih ke abu-abuan di sekitar tonsil atau faring). Tanda dan gejala lainnya seperti sakit tenggorokan, batuk, demam, bullneck (pembengkakan leher), stridor (sesak napas yang berbunyi).

"Saya mengimbau kepada masyarakat, jika menemui gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasyankes terdekat untuk segera ditangani," ujarnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2201 seconds (0.1#10.140)