Peninggalan Kerajaan Majapahit di Desa Gumeng, Ini Foto-fotonya
A
A
A
KARANGANYAR - Candi Cetho yang berada di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar konon katanya merupakan Candi Hindu yang dibangun pada akhir masa kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15 Masehi.
Hal itu terlihat dari adanya struktur tatanan batu yang membentuk kura-kura raksasa Surya Majapahit, yang diyakini sebagai Lambang Kerajaan tersebut. Candi itu dibangun sebelum Kerajaan Majapahit runtuh.
Pembangunan dilakukan saat umat Hindu Majapahit melakukan pelarian di lereng Gunung Lawu, setelah terdesak oleh musuh-musuh mereka yang terus menyerang kerajaan yang berada di wilayah Jawa Timur.
Secara strukur, Candi Cetho terdiri dari berbagai teras yang ada, mirip seperti bangunan punden berundak pada zaman megalitikum. Saat ditemukan, candi itu memiliki 14 teras.
Namun dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto, hanya sembilan teras saja yang dipugar hingga bentuknya sedemikian rupa. Sampai saat ini candi yang berada di ketinggian 1.496 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu masih digunakan untuk sarana ibadah oleh umat Hindu.
Saat hari-hari besar keagamaan kompleks candi itu selalu dipadati oleh umat yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Tidak hanya itu saja, saat hari-hari biasa masih banyak umat Hindu yang datang untuk melakukan ziarah.
Hal itu terlihat dari adanya struktur tatanan batu yang membentuk kura-kura raksasa Surya Majapahit, yang diyakini sebagai Lambang Kerajaan tersebut. Candi itu dibangun sebelum Kerajaan Majapahit runtuh.
Pembangunan dilakukan saat umat Hindu Majapahit melakukan pelarian di lereng Gunung Lawu, setelah terdesak oleh musuh-musuh mereka yang terus menyerang kerajaan yang berada di wilayah Jawa Timur.
Secara strukur, Candi Cetho terdiri dari berbagai teras yang ada, mirip seperti bangunan punden berundak pada zaman megalitikum. Saat ditemukan, candi itu memiliki 14 teras.
Namun dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto, hanya sembilan teras saja yang dipugar hingga bentuknya sedemikian rupa. Sampai saat ini candi yang berada di ketinggian 1.496 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu masih digunakan untuk sarana ibadah oleh umat Hindu.
Saat hari-hari besar keagamaan kompleks candi itu selalu dipadati oleh umat yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Tidak hanya itu saja, saat hari-hari biasa masih banyak umat Hindu yang datang untuk melakukan ziarah.
(san)