Keluarga Sempat Sembunyikan Kondisi Fisik Selama 4 Tahun dari Lingkungan

Jum'at, 15 Januari 2016 - 07:07 WIB
Keluarga Sempat Sembunyikan Kondisi Fisik Selama 4 Tahun dari Lingkungan
Keluarga Sempat Sembunyikan Kondisi Fisik Selama 4 Tahun dari Lingkungan
A A A
CIAMIS - Setiap orang tentu ingin dilahirkan normal sama seperti yang lainnya, namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. Begitu juga yang dialami Tio Satrio (11) terlahir tidak sempurna tanpa tangan dan kaki. Saat lahir, kondisi Tio sempat disembunyikan oleh keluarga dari Mimi ibunya selama beberapa saat, karena dikhawatirkan kondisi Mimi akan drop dan syok, terlebih kondisinya yang masih lemah setelah melahirkan.

Ditemui di kediamannya, Mimi menuturkan selama usia kandungan, kondisi bayi dalam keadaan baik-baik saja, normal, tidak ada keluhan apapun.

Bahkan tidak kekurangan asupan gizi dan sering diperiksakan ke Bidan setempat. Hanya saja selama di kandungan Mimi belum pernah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) lantaran terkendala biaya yang cukup mahal.

Bahkan Mimi tidak memiliki firasat apapun atau mimpi apapun yang berkaitan dengan kondisi Tio.

“Selama di kandungan biasa saja, normal seperti hamil sebelumnya, di periksa ke puskesmas menurut bidan normal dan sehat, tetapi memang ukuran kandungan berbeda dengan sebelumnya terlihat lebih kecil, jadi tidak terlihat seperti sedang hamil,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya di Dusun Cibogor, Desa Panawangan, Kecamatan Panawangan, beberapa waktu lalu.

Setelah sembilan bulan, tepatnya 4 Agustus 2005 pagi, kata dia, Tio lahir di rumahnya dibantu Bidan setempat, Mimi merasa bersyukur akhirnya anak ke tujuhnya lahir dengan selamat.

Namun waktu bayi ditunjukan oleh bidan dan keluarganya telah dibedong atau telah mengenakan kain khusus bayi. Mimi merasa penasaran seperti ada yang disembunyikan oleh keluarganya.

Sore harinya, Mimi berniat akan mengganti kain yang membungkus tubuh Tio karena dikhawatirkan buang air kecil, namun dilarang oleh anak sulungnya Yuyun, sehingga rasa penasaran Mimi semakin tinggi.

“Saya merasa ada yang ditutup-tutupi, pas tidak ada orang saya langsung membuka bedongan, pas saya buka saya langsung berteriak dan istigfar, ternyata kondisi Tio yang disembunyikan dari saya, pantesan disembunyikan, kenapa tidak diceritakan dari awal, kata suami saya khawatir kondisi ibu jadi drop,” tuturnya.

Meski telah mengetahui kondisi Tio, Mimi bersama Wawan menerima dengan ikhlas dan bertekad untuk mengurus dan membesarkan Tio. Menurutnya anak merupakan titipan tuhan yang harus dijaga apapun kondisinya.

“Awalnya saya malu sama tetangga, kalau ada yang jenguk, Tio mengenakan kain jadi orang tidak tahu, ada juga tetangga yang nanya kenapa bayinya teu kecet kerebet (tidak sering lihat),” ucapnya.

Selama empat tahun, Tio tidak pernah sekalipun keluar rumah, sampai akhirnya ada orang pinter yang dikenal Mimi mengatakan, Tio seorang anak yang akan membawa rezeki bagi keluarga dan menyarankan untuk tidak ditutup-tutupi.

Kemudian Mimi memberanikan diri untuk menunjukan kondisi Tio kepada dunia luar. Terlebih Tio saat itu sudah bisa bicara dan memaksa ingin keluar rumah.

“Saat tetangga tahu, mereka merasa khawatir dengan kondisi Tio, Alhamdulillah tidak ada yang menghina, Tio juga mengatakan tidak malu, tidak apa-apa yang menghina juga, kondisi ini pemberian dari tuhan,” paparnya.

Setelah itu, Wawan dan Mimi akhirnya melaporkan kondisi Tio kepada pihak Desa Panawangan, lalu diajukan untuk mendapat bantuan ke Pemerintah Kabupaten, sampai akhirnya mendapat bantuan kursi roda bahkan banyak dari pihak Pemerintah Kabupaten Ciamis yang datang termasuk isteri Bupati bersama rekan-rekannya.

Wawan dan Mimi sebetulnya memiliki tujuh anak, namun dua diantaranya telah meninggal dunia. Anak sulungnya meninggal saat usia 5 tahun karena terserang penyakit buang air mengeluarkan darah.

Anak yang satu lagi meninggal di umur 40 bulan tanpa sebab yang jelas. Sementara empat anak lainnya kini sudah berkeluarga dan merantau di luar daerah.

Sedangkan di rumah kini hanya tinggal Tio. Menurut Mimi, dari riwayat keluarga, tidak ada yang mengalami cacat fisik seperti yang dialami Tio.

Mimi mengungkapkan, dulu Tio memiliki cita-cita ingin menjadi Polisi, namun Mimi memberikan pengertian kepada Tio menjadi seorang Polisi harus memiliki raga yang kuat dan lengkap, sedangkan Tio tidak memiliki.

Bahkan sempat juga difoto oleh tukang foto keliling sambil mengenakan baju dan topi polisi meskipun ada hasil editan di fotonya yang sudah jadi.

Sudah delapan bulan Tio mengikuti sekolah di SLB Firdaus, hal itu membuat Mimi senang, kini Tio memiliki banyak teman di sekolahnya dan tidak sendirian lagi, juga Mimi kini memiliki cukup waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lainnya bahkan ke luar rumah.

Karena selama 11 tahun Mimi tidak pernah keluar rumah, konsentrasi mengurus Tio. Tio juga bisa menyesuaikan dengan teman-temannya, meskipun awalnya merasa malu, namun dengan keinginan belajarnya yang kuat dan semangatnya yang tinggi, Tio berhasil mengatasinya hingga kini dia akrab bersama teman-temannya.

Keseharian Tio di rumah, sebelum sekolah waktunya dihabiskan untuk membaca buku dan belajar menulis dengan mulut dibimbing oleh ibundanya, selepas itu dilanjutkan bermain game di playstasion atau nonton televisi, malam harinya mengaji quran, Tio ternyata pernah hatam Alquran satu kali.

Tio juga manusia yang memiliki kebiasaan buruk, apabila di rumah Tio tidak mau mengenakan pakaian sehelaipun, bahkan tidur pun selalu dilantai tanpa kasur atau tikar.

“Kalau memakai baju, bajunya berkeringat basah, kalau tidak pakai baju keringatnya nempel di lantai, katanya sering kepanasan,” ungkapnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9904 seconds (0.1#10.140)