Abu Vulkanik Soputan Terjang 3 Desa di Minahasa Tenggara
A
A
A
RATAHAN - Letusan Gunung Soputan kedua kalinya yang terjadi Selasa pagi ini sekitar pukul 06.38 pagi waktu setempat mengakibatkan tiga desa di Kecamatan Ratahan Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara diterjang abu vulkanik yang pekat.
Tiga desa tersebut yaitu Pangu, Pangu Satu dan Pangu II di mana ketebalan abu vulkanik mencapai 1,5 cm dan dengan kondisi ini mengakibatkan polusi pekat.
"Letusan pertama tadi malam, kita luput dari debu. Pada letusan kedua pagi tadi, baru debu turun seperti hujan," ujar Fari Siwi warga Desa Pangu Satu.
Dari pantauan di lapangan hingga siang ini, semburan debu sudah berhenti. Warga kemudian langsung ramai-ramai membersihkan jalan dengan cara menyiram jalan untuk meminimalisir polusi udara.
Dalam upaya ini warga dibantu oleh mobil pemadam kebakaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minahasa Tenggara.
Hukum Tua Desa Pangu Satu, Ventce Kountur menuturkan jika letusan kali ini dikhawatirkan akan memberikan kerugian besar di bidang pertanian.
Pasalnya belajar dari semburan debu sebelumnya kerugian warga mencapai ratusan juta dengan kerusakan tanaman Salak dan Palawija mencapai 80%.
"Kita belum bisa pastikan untuk kerugian kali ini. Tapi kondisi ini nyaris sama seperti keadian 5 tahun silam," ujarnya.
Sementara dituturkan kepala BPBD Minahasa Tenggara Joppy Mokodaser, dalam wawancara bersama Koran SINDO jika wilayah terdampak kali ini hanya meliputi sebagian kecil di Minahasa Tenggara.
"Data kita sementara hanya tiga desa terdampak. Terparah di Desa Pangu satu hingga kawasan pintu masuk hutan lindung Gunung Potong," bebernya.
Langah penanganannya sendiri diakuinya adalah dengan mengantisipasi dampak letusan susulan. Dimana pihaknya mendirikan posko dengan berupaya memenuhi kebutuhan warga pasca semburan debu.
"Kita berkkoordinasi dengan dinas lainnya seperti Dinas kesehatan dan Sosial. Ada pembagian masker hinga jika dibutuhkan nanti kita siapkan dapur umum," kata Mokodaser.
Tiga desa tersebut yaitu Pangu, Pangu Satu dan Pangu II di mana ketebalan abu vulkanik mencapai 1,5 cm dan dengan kondisi ini mengakibatkan polusi pekat.
"Letusan pertama tadi malam, kita luput dari debu. Pada letusan kedua pagi tadi, baru debu turun seperti hujan," ujar Fari Siwi warga Desa Pangu Satu.
Dari pantauan di lapangan hingga siang ini, semburan debu sudah berhenti. Warga kemudian langsung ramai-ramai membersihkan jalan dengan cara menyiram jalan untuk meminimalisir polusi udara.
Dalam upaya ini warga dibantu oleh mobil pemadam kebakaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minahasa Tenggara.
Hukum Tua Desa Pangu Satu, Ventce Kountur menuturkan jika letusan kali ini dikhawatirkan akan memberikan kerugian besar di bidang pertanian.
Pasalnya belajar dari semburan debu sebelumnya kerugian warga mencapai ratusan juta dengan kerusakan tanaman Salak dan Palawija mencapai 80%.
"Kita belum bisa pastikan untuk kerugian kali ini. Tapi kondisi ini nyaris sama seperti keadian 5 tahun silam," ujarnya.
Sementara dituturkan kepala BPBD Minahasa Tenggara Joppy Mokodaser, dalam wawancara bersama Koran SINDO jika wilayah terdampak kali ini hanya meliputi sebagian kecil di Minahasa Tenggara.
"Data kita sementara hanya tiga desa terdampak. Terparah di Desa Pangu satu hingga kawasan pintu masuk hutan lindung Gunung Potong," bebernya.
Langah penanganannya sendiri diakuinya adalah dengan mengantisipasi dampak letusan susulan. Dimana pihaknya mendirikan posko dengan berupaya memenuhi kebutuhan warga pasca semburan debu.
"Kita berkkoordinasi dengan dinas lainnya seperti Dinas kesehatan dan Sosial. Ada pembagian masker hinga jika dibutuhkan nanti kita siapkan dapur umum," kata Mokodaser.
(sms)