Musim Hujan, Jabar Waspada 1 Banjir dan Longsor
A
A
A
BANDUNG - Memasuki musim hujan Jawa Barat masih dihantui bencana di beberapa daerah. Bahkan beberapa hari lalu, intensitas hujan turun cukup deras. Untuk itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan waspada 1 untuk bencana alam, terutama longsor dan banjir, seiring perubahan musim di Jawa Barat.
Dikatakan Aher, sapaan akrab Gubernur Jawa Barat ini status waspada 1 didasarkan pada kejadian longsor sebagai kejadian tahunan yang biasa terjadi di Jawa Barat.
Pasalnya, kondisi tanah di Jabar termasuk dalam kategori lahan subur yang biasa dijadikan tempat bercocok tanam masyarakat.
"Lahan subur itu biasa ditandai dengan mudahnya pergeseran lahan. Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap bahaya banjir dan longsor yang menyertai musim hujan tiba. Saya nyatakan ini waspada 1," ujar Aher.
Kejadian longsor terbaru antara lain pada 15 November 2015, ketika jalan penghubung antar Kecamatan Sindangwangi dengan Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, longsor usai diguyur hujan selama dua hari terakhir. Imbas longsor, jalan tersebut kemudian runtuh.
Tanah di Jawa Barat, kata dia, yang biasa dijadikan tempat bercocok tanam umumnya rentan menjadi kawasan longsor.
Terlebih, petani biasa membuka lahan baru tidak jauh di sekitar wilayah yang telah dijadikan sebagai lahan bercocok tanam, sehingga luas lahan garapan mengalami pergeseran tanah.
"Bagi para petani penggarap di lahan perbukitan, ketika longsor terjadi, mereka kemudian berpindah ke lahan baru sisa longsor. Mereka biasa menghadapinya, karena tanah subur memang berpindah-pindah. Tapi dalam waspada 1 ini, rumah di bawah lokasi rawan longsor lah, yang kami imbau segera pindah," timpalnya.
Dengan kondisi itu, Aher mengimbau masyarakat Jabar untuk mengantisipasi terjadinya bencana longsor, terutama di wilayah permukiman warga.
Masyarakat harus segera pindah dari kawasan bahaya tersebut, sementara aparat pemerintah daerah terlibat aktif memindahkan ke kawasan lebih aman.
Menurut dia, jika kondisi memungkinkan, masyarakat bisa menempati dulu lahan dan aset milik Pemprov Jawa Barat. Akan tetapi, tidak di setiap kota dan kabupaten terdapat aset tersebut, sehingga dibutuhkan kerjasama pemerintah kota dan kabupaten.
"Yang terpenting itu tidak ada manusia dan perumahan di sekitar kawasan yang berbahaya atau rentan longsor," kata Aher.
Sementara itu, berdasar pemetaan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, menyebutkan ada lima wilayah rawan longsor itu adalah Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Bandung Barat, Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi.
Kepala BPBD Jabar Hariadi mengatakan pergerakan tanah di wilayah tersebut cenderung aktif, terlebih kontur tanah berupa perbukitan dan tebing.
BPBD memantau kawasan tersebut setiap saat, dengan cara melihat langsung atau berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota.
Selain itu, BPBD Jabar telah menyiapkan langkah antisipasi, antara lain menyiapkan jalur evakuasi dan alat tanggap bencana di setiap BPBD kabupaten/kota di Jabar.
Dikatakan Aher, sapaan akrab Gubernur Jawa Barat ini status waspada 1 didasarkan pada kejadian longsor sebagai kejadian tahunan yang biasa terjadi di Jawa Barat.
Pasalnya, kondisi tanah di Jabar termasuk dalam kategori lahan subur yang biasa dijadikan tempat bercocok tanam masyarakat.
"Lahan subur itu biasa ditandai dengan mudahnya pergeseran lahan. Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap bahaya banjir dan longsor yang menyertai musim hujan tiba. Saya nyatakan ini waspada 1," ujar Aher.
Kejadian longsor terbaru antara lain pada 15 November 2015, ketika jalan penghubung antar Kecamatan Sindangwangi dengan Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, longsor usai diguyur hujan selama dua hari terakhir. Imbas longsor, jalan tersebut kemudian runtuh.
Tanah di Jawa Barat, kata dia, yang biasa dijadikan tempat bercocok tanam umumnya rentan menjadi kawasan longsor.
Terlebih, petani biasa membuka lahan baru tidak jauh di sekitar wilayah yang telah dijadikan sebagai lahan bercocok tanam, sehingga luas lahan garapan mengalami pergeseran tanah.
"Bagi para petani penggarap di lahan perbukitan, ketika longsor terjadi, mereka kemudian berpindah ke lahan baru sisa longsor. Mereka biasa menghadapinya, karena tanah subur memang berpindah-pindah. Tapi dalam waspada 1 ini, rumah di bawah lokasi rawan longsor lah, yang kami imbau segera pindah," timpalnya.
Dengan kondisi itu, Aher mengimbau masyarakat Jabar untuk mengantisipasi terjadinya bencana longsor, terutama di wilayah permukiman warga.
Masyarakat harus segera pindah dari kawasan bahaya tersebut, sementara aparat pemerintah daerah terlibat aktif memindahkan ke kawasan lebih aman.
Menurut dia, jika kondisi memungkinkan, masyarakat bisa menempati dulu lahan dan aset milik Pemprov Jawa Barat. Akan tetapi, tidak di setiap kota dan kabupaten terdapat aset tersebut, sehingga dibutuhkan kerjasama pemerintah kota dan kabupaten.
"Yang terpenting itu tidak ada manusia dan perumahan di sekitar kawasan yang berbahaya atau rentan longsor," kata Aher.
Sementara itu, berdasar pemetaan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, menyebutkan ada lima wilayah rawan longsor itu adalah Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Bandung Barat, Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi.
Kepala BPBD Jabar Hariadi mengatakan pergerakan tanah di wilayah tersebut cenderung aktif, terlebih kontur tanah berupa perbukitan dan tebing.
BPBD memantau kawasan tersebut setiap saat, dengan cara melihat langsung atau berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota.
Selain itu, BPBD Jabar telah menyiapkan langkah antisipasi, antara lain menyiapkan jalur evakuasi dan alat tanggap bencana di setiap BPBD kabupaten/kota di Jabar.
(sms)