Jajan Ayam Kampus, Pengusaha asal Pekanbaru Diperiksa
A
A
A
PEKANBARU - Polresta Pekanbaru, Riau, terus mengembangkan kasus prostitusi online yang melibatkan mahasiswa atau biasa disebut dengan "ayam kampus". Pihak kepolisian pun melakukan pemeriksaan terhadap pelanggan ayam kampus.
"Kasus prostitusi online yang melibatkan kalangan mahasiswi terus kami kembangkan. Kami sudah memeriksa satu penikmat prostitusi online. Dia merupakan seorang pengusaha," kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru AKP Bimo Ariayanto, kemarin.
Namun, dia enggan menyebut identitas pengusaha yang dimaksud. Dia hanya menjelaskan, bahwa pemeriksaan tidak hanya berhenti pada satu penikmat prostitusi online, tapi akan memanggil seluruhnya.
"Semua yang terlibat dalam kasus prostitusi online akan kami periksa," ungkapnya.
Selain dari kalangan penikmat, polresta juga akan melakukan pemeriksaan terhadap tiga mahasiswi yang diduga menjadi pelayan hidung belang. "Ada tiga orang penyaji (seks) dari mahasiswi yang kami periksa," jelasnya.
Bimo melanjutkan, dalam kasus itu germonya adalah DN. Dia telah memelihara 100 mahasiswi selama dua tahun. Modusnya dengan memberikan foto-foto cantik mahasiswi kepada pelanggan lama, maupun pelanggan baru melalui jejaring sosial.
Tarif yang dipatok tersangka DN kepada pelanggan antara Rp2-8 juta sekali kencan. Biasanya, pelanggan dari kalangan pengusaha dan pejabat. Tidak hanya di Riau, DN juga memasarkan mahasiswi cantik itu ke Jakarta dan Batam.
"Kasus prostitusi online yang melibatkan kalangan mahasiswi terus kami kembangkan. Kami sudah memeriksa satu penikmat prostitusi online. Dia merupakan seorang pengusaha," kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru AKP Bimo Ariayanto, kemarin.
Namun, dia enggan menyebut identitas pengusaha yang dimaksud. Dia hanya menjelaskan, bahwa pemeriksaan tidak hanya berhenti pada satu penikmat prostitusi online, tapi akan memanggil seluruhnya.
"Semua yang terlibat dalam kasus prostitusi online akan kami periksa," ungkapnya.
Selain dari kalangan penikmat, polresta juga akan melakukan pemeriksaan terhadap tiga mahasiswi yang diduga menjadi pelayan hidung belang. "Ada tiga orang penyaji (seks) dari mahasiswi yang kami periksa," jelasnya.
Bimo melanjutkan, dalam kasus itu germonya adalah DN. Dia telah memelihara 100 mahasiswi selama dua tahun. Modusnya dengan memberikan foto-foto cantik mahasiswi kepada pelanggan lama, maupun pelanggan baru melalui jejaring sosial.
Tarif yang dipatok tersangka DN kepada pelanggan antara Rp2-8 juta sekali kencan. Biasanya, pelanggan dari kalangan pengusaha dan pejabat. Tidak hanya di Riau, DN juga memasarkan mahasiswi cantik itu ke Jakarta dan Batam.
(san)