Udara di Banyuasin Mulai Berbahaya Akibat Kabut Asap
A
A
A
PANGKALAN BALAI - Kualitas udara di Kabupaten Banyuasin sudah masuk dalam katagori berbahaya. Hal ini berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH), di Perkantoran Pemkab Banyuasin, Selasa (29/9/2015). Karena itu, masyarakat diimbau tetap menggunakan masker dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Kepala BLH Kabupaten Banyuasin, Syahril A Rahman melalui Kepala UPT Laboratorium, Afriany mengungkapkan, saat ini kondisi kualitas udara di Banyuasin telah mencapai angka 320 atau sudah membahayakan.
"Kita melakukan pengecekan kualias udara setiap hari, untuk mengetahui sejauh mana pencemaran udara yang terjadi akibat kabut asap, dengan menggunakan alat pengukur pertikular debu (PM 10) haz-dust epam 5000," ungkapnya, Selasa (29/9/2015).
Dia melanjutkan, kondisi ini sudah terjadi selama sepekan terakhir. Dalam melakukan pengujian, pihaknya menggunakan parameter 10, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
"Melihat kondisi cuaca yang kembali memburuk, kita mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan menggunakan masker. Tapi penggunaan masker hanya sebagai langkah antisipasi dan upaya preventif saja, untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan," jelasnya.
Dia melanjutkan, dalam kondisi normal pihaknya melakukan pengecekan setiap enam bulan sekali. Akan tetapi dengan kondisi bencana alam seperti sekarang ini, pemantauan dilakukan setiap satu minggu sekali.
"Walaupun kondisi cuaca telah berangsur membaik, kita tetap melakukan pantauan perubahan cuaca dalam seminggu dua sampai tiga kali. Karena kondisi udara bebas masih belum normal dan berpotensi selalu berubah-ubah, hingga musim kemarau selesai dan tidak ada asap lagi," urainya.
Setelah melakukan pengukuran udara, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). "Sehingga mereka bisa melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu," tambahnya.
Sementara itu, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyuasin, hingga akhir September ini penderita penyakit ISPA sudah mencapai 2636 kasus.
Kepala Dinkes Banyuasin, Mgs M Hakim mengatakan, jumlah kasus ISPA tersebut cenderung menurun dibandingkan bulan Agustus lalu yang angkanya mencapai 8.058 kasus.
"Penurunan jumlah kasus ISPA ini, karena kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker di luar ruangan dan berkendara, sudah meningkat. Selain itu, penderita tidak hanya didominasi oleh kabut asap, namun karena dampak lainnya seperti debu jalan dan lainnya," timpalnya.
Hakim menjelaskan, jumlah penderita ISPA diperoleh dari pusat pelayanan medis yang ada di Puskesmas, Pustu, Puskesdes bahkan di RSUD Banyuasin.
Dengan rincian, 633 kasus di minggu pertama, 670 kasus di minggu kedua, 656 di minggu ketiga dan 677 di minggu keempat. Sehingga totalnya menjadi 2.636 kasus.
"Angka tersebut kemungkinan besar akan bertambah di bulan Oktober, tapi mudah-mudahan prediksi BMKG akan turun hujan di Oktober tidak meleset. Sehingga titik api yang menyebabkan kabut asap bisa dipadamkan," tandasnya.
Kepala BLH Kabupaten Banyuasin, Syahril A Rahman melalui Kepala UPT Laboratorium, Afriany mengungkapkan, saat ini kondisi kualitas udara di Banyuasin telah mencapai angka 320 atau sudah membahayakan.
"Kita melakukan pengecekan kualias udara setiap hari, untuk mengetahui sejauh mana pencemaran udara yang terjadi akibat kabut asap, dengan menggunakan alat pengukur pertikular debu (PM 10) haz-dust epam 5000," ungkapnya, Selasa (29/9/2015).
Dia melanjutkan, kondisi ini sudah terjadi selama sepekan terakhir. Dalam melakukan pengujian, pihaknya menggunakan parameter 10, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
"Melihat kondisi cuaca yang kembali memburuk, kita mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan menggunakan masker. Tapi penggunaan masker hanya sebagai langkah antisipasi dan upaya preventif saja, untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan," jelasnya.
Dia melanjutkan, dalam kondisi normal pihaknya melakukan pengecekan setiap enam bulan sekali. Akan tetapi dengan kondisi bencana alam seperti sekarang ini, pemantauan dilakukan setiap satu minggu sekali.
"Walaupun kondisi cuaca telah berangsur membaik, kita tetap melakukan pantauan perubahan cuaca dalam seminggu dua sampai tiga kali. Karena kondisi udara bebas masih belum normal dan berpotensi selalu berubah-ubah, hingga musim kemarau selesai dan tidak ada asap lagi," urainya.
Setelah melakukan pengukuran udara, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). "Sehingga mereka bisa melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu," tambahnya.
Sementara itu, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyuasin, hingga akhir September ini penderita penyakit ISPA sudah mencapai 2636 kasus.
Kepala Dinkes Banyuasin, Mgs M Hakim mengatakan, jumlah kasus ISPA tersebut cenderung menurun dibandingkan bulan Agustus lalu yang angkanya mencapai 8.058 kasus.
"Penurunan jumlah kasus ISPA ini, karena kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker di luar ruangan dan berkendara, sudah meningkat. Selain itu, penderita tidak hanya didominasi oleh kabut asap, namun karena dampak lainnya seperti debu jalan dan lainnya," timpalnya.
Hakim menjelaskan, jumlah penderita ISPA diperoleh dari pusat pelayanan medis yang ada di Puskesmas, Pustu, Puskesdes bahkan di RSUD Banyuasin.
Dengan rincian, 633 kasus di minggu pertama, 670 kasus di minggu kedua, 656 di minggu ketiga dan 677 di minggu keempat. Sehingga totalnya menjadi 2.636 kasus.
"Angka tersebut kemungkinan besar akan bertambah di bulan Oktober, tapi mudah-mudahan prediksi BMKG akan turun hujan di Oktober tidak meleset. Sehingga titik api yang menyebabkan kabut asap bisa dipadamkan," tandasnya.
(sms)