Ciptakan Pompa Air Tenaga Surya untuk Atasi Kekeringan
A
A
A
SURABAYA - Inovasi untuk menghasilkan sebuah karya yang bisa dimanfaatkan orang banyak tidak hanya dilakukan mahasiswa. Dosen di sejumlah perguruan tinggi juga ikut berlomba membuat karya tersebut.
Sebut saja Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Andrew Joewono. Andrew menciptakan pompa air tenaga surya untuk mengatasi kekeringan yang dialami beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Jatim. Pompa air tenaga surya atau hybrid ini berguna menyediakan solusi.
Karena keterbatasan sumber daya air dengan mengintegrasikan sistem penyedia energi tenaga surya ke dalam pompa listrik, sehingga menghasilkan sebuah inovasi pompa air sanggup menghasilkan air 1 liter per detik. Menurut Andrew, pompa yang dipergunakan dalam inovasi ini adalah pompa listrik satu fase daya 370 watt.
Karena umumnya, masyarakat menggunakan jenis pompa tersebut, sedangkan untuk solar panel yang digunakan menangkap sinar matahari bisa menghasilkan 500 watt peak (wp) dalam waktu satu hari dengan tegangan sekitar 12 volt. ”Pengoperasiannya membutuhkan listrik maupun sinar matahari, jika memakai listrik maka aki tidak akan berfungsi dan hanya mengisi daya baterainya.
Karena jika memakai listrik akan bisa digunakan hingga listriknya padam, namun kita tahu listrik itu masih belum merata,” ujarnya. Menurut dia, pompa hybrid tersebut dapat dipergunakan masyarakat yang tinggal di pelosok. Karena itu, dia menggunakan sistem elektrik hybrid dengan sumber PLN dan energi matahari.
Apabila sedang tidak ada listrik, maka pompa bisa langsung mengambil cadangan tenaga dari panel surya sehingga bisa tetap bekerja. ”Pada dasarnya, selama ada air di dalam tanah, maka pompa air bisa digunakan. Namun itu juga harus disesuaikan dengan kondisi kerasnya tanah, letak kedalaman air tanah, kemampuan pipa maupun pompa, serta energi penunjangnya untuk menyedot dan menyemburkan air dari dalam tanah,” tuturnya.
Dia mengungkapkan, umumnya pompa memiliki tipe sedotan bawah dan atas yang bisa masuk ke dalam tanah dengan total ”head” dari keluarnya pompa hingga keluar air adalah 30 meter. ”Dengan menggunakan pompa hybrid ini kita akan bisa menghemat dari sisi penggunaan air sebanyak 14.400 ribu liter dengan menggunakan pompa alternating current (AC), bukan pompa direct current (DC) agar arus AC bolak-balik ini bisa mengalir dan tidak tetap dari positif ke negatif, begitu juga sebaliknya,” ungkapnya.
Dia menambahkan, tujuan akhir pompa air tenaga hybrid ini agar masyarakat pelosok bisa menghasilkan air sendiri menghindari kekeringan secara serentak sekalipun satu sumber habis airnya. Apabila masih ada sumber yang bekerja di suatu daerah, airnya akan bisa dibagi hingga beberapa desa cukup dengan membangun instalasi pompa ini di beberapa tempat yang kriterianya sesuai.
Soeprayitno-Antara
Sebut saja Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Andrew Joewono. Andrew menciptakan pompa air tenaga surya untuk mengatasi kekeringan yang dialami beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Jatim. Pompa air tenaga surya atau hybrid ini berguna menyediakan solusi.
Karena keterbatasan sumber daya air dengan mengintegrasikan sistem penyedia energi tenaga surya ke dalam pompa listrik, sehingga menghasilkan sebuah inovasi pompa air sanggup menghasilkan air 1 liter per detik. Menurut Andrew, pompa yang dipergunakan dalam inovasi ini adalah pompa listrik satu fase daya 370 watt.
Karena umumnya, masyarakat menggunakan jenis pompa tersebut, sedangkan untuk solar panel yang digunakan menangkap sinar matahari bisa menghasilkan 500 watt peak (wp) dalam waktu satu hari dengan tegangan sekitar 12 volt. ”Pengoperasiannya membutuhkan listrik maupun sinar matahari, jika memakai listrik maka aki tidak akan berfungsi dan hanya mengisi daya baterainya.
Karena jika memakai listrik akan bisa digunakan hingga listriknya padam, namun kita tahu listrik itu masih belum merata,” ujarnya. Menurut dia, pompa hybrid tersebut dapat dipergunakan masyarakat yang tinggal di pelosok. Karena itu, dia menggunakan sistem elektrik hybrid dengan sumber PLN dan energi matahari.
Apabila sedang tidak ada listrik, maka pompa bisa langsung mengambil cadangan tenaga dari panel surya sehingga bisa tetap bekerja. ”Pada dasarnya, selama ada air di dalam tanah, maka pompa air bisa digunakan. Namun itu juga harus disesuaikan dengan kondisi kerasnya tanah, letak kedalaman air tanah, kemampuan pipa maupun pompa, serta energi penunjangnya untuk menyedot dan menyemburkan air dari dalam tanah,” tuturnya.
Dia mengungkapkan, umumnya pompa memiliki tipe sedotan bawah dan atas yang bisa masuk ke dalam tanah dengan total ”head” dari keluarnya pompa hingga keluar air adalah 30 meter. ”Dengan menggunakan pompa hybrid ini kita akan bisa menghemat dari sisi penggunaan air sebanyak 14.400 ribu liter dengan menggunakan pompa alternating current (AC), bukan pompa direct current (DC) agar arus AC bolak-balik ini bisa mengalir dan tidak tetap dari positif ke negatif, begitu juga sebaliknya,” ungkapnya.
Dia menambahkan, tujuan akhir pompa air tenaga hybrid ini agar masyarakat pelosok bisa menghasilkan air sendiri menghindari kekeringan secara serentak sekalipun satu sumber habis airnya. Apabila masih ada sumber yang bekerja di suatu daerah, airnya akan bisa dibagi hingga beberapa desa cukup dengan membangun instalasi pompa ini di beberapa tempat yang kriterianya sesuai.
Soeprayitno-Antara
(ftr)