Replika Tulang Panggul Laris Dipesan
A
A
A
YOGYAKARTA - Bertujuan guna mempermudah belajar anatomi dan mekanisme persalinan, lima mahasiswa D-4 Kebidanan Sekolah Vokasi UGM membuat replika tulang panggul wanita.
Bahkan, ongkos produksinya yang murah membuat karya mereka kebanjiran pesanan dari sesama mahasiswa kebidanan dan kedokteran. Mereka adalah Raani Nur, Iffah Hanim, Ayu Indah, Noor Rofi, dan Ummi Khairun Niswah. Produk replika tersebut mereka namai Mithompel atau Mini Phantom Pelvis. Menurut Raani, latar belakang mereka membuat Mithompel ialah dari keinginan mereka sebagai mahasiswa kebidanan untuk lebih mudah saat belajar anatomi tulang panggul wanita.
“Tujuan belajar anatomi tulang panggul wanita ini sendiri untuk mengetahui mekanisme persalinan melalui alat peraga. Biasanya saat belajar anatomi tulang panggul, kami hanya bisa melihat langsung patung alat peragayang tersedia di laboratorium atau mempelajarinya dalam buku bacaan. Tapi dengan Mithompel ini, kami bisa bawa ke mana saja, tinggal ditaruh dalam tas,” katanya, kemarin.
Raani mengungkapkan, jika replika yang biasanya jadi alat peraga umumnya terbuat dari bahan resin, Mithompel sengaja mereka buat menggunakan bahan dari kayu waru. Alasannya, selain harganya yang relatif lebih murah, bahan kayu lebih ringan sehingga lebih mudah dibawa-bawa dan tidak mudah rusak. Perbedaan lain dari replika yang ada di pasaran, Mithompel mereka buat dalam ukuran mini seberat 60 gram.
“Replika yang kami buat ini ternyata terbukti sangat bermanfaat bagi siswa dan mahasiswa yang ingin belajar tentang ilmu anatomi dan ilmu kebidanan. Setelah jadi dan kami coba pasarkan, ternyata banyak yang memesan. Apalagi setiap produk Mithompel yang kami jual juga dilengkapi dengan buku panduan yang menjelaskan detail nama-nama bagian tulang panggul dan dilengkapi dengan boneka bayi,” katanya.
Ayu Indah menambahkan, pembuatan Mithompel tersebut telah melibatkan para perajin batik kayu di Desa Wisata Krebet, Pajangan dan Desa Palbapang, Bantul. Saat ini mereka mempekerjakan sedikitnya lima pengrajinkayu. Diakui Ayu, awalnya para pengrajin kayu tersebut kesulitan membuat Mithompel. Namun kini tidak lagi. Tiap perajin kini mampu membuat satu produk setiap harinya.
“Untuk satu produk Mithompel, kami jual dengan harga Rp140.000. Sampai saat ini, sudah terjual sekitar seratusan produk setelah kami promosikan lewat media sosial sejak April 2015 lalu. Para konsumen kami pada umumnya memang para mahasiswa, bahkan ada yang dari Sulawesi. Saking banyaknya pesanan dan keterbatasan pengrajin, banyak pelanggan kami yang terpaksa inden dulu,” ungkapnya.
Ratih keswara
Bahkan, ongkos produksinya yang murah membuat karya mereka kebanjiran pesanan dari sesama mahasiswa kebidanan dan kedokteran. Mereka adalah Raani Nur, Iffah Hanim, Ayu Indah, Noor Rofi, dan Ummi Khairun Niswah. Produk replika tersebut mereka namai Mithompel atau Mini Phantom Pelvis. Menurut Raani, latar belakang mereka membuat Mithompel ialah dari keinginan mereka sebagai mahasiswa kebidanan untuk lebih mudah saat belajar anatomi tulang panggul wanita.
“Tujuan belajar anatomi tulang panggul wanita ini sendiri untuk mengetahui mekanisme persalinan melalui alat peraga. Biasanya saat belajar anatomi tulang panggul, kami hanya bisa melihat langsung patung alat peragayang tersedia di laboratorium atau mempelajarinya dalam buku bacaan. Tapi dengan Mithompel ini, kami bisa bawa ke mana saja, tinggal ditaruh dalam tas,” katanya, kemarin.
Raani mengungkapkan, jika replika yang biasanya jadi alat peraga umumnya terbuat dari bahan resin, Mithompel sengaja mereka buat menggunakan bahan dari kayu waru. Alasannya, selain harganya yang relatif lebih murah, bahan kayu lebih ringan sehingga lebih mudah dibawa-bawa dan tidak mudah rusak. Perbedaan lain dari replika yang ada di pasaran, Mithompel mereka buat dalam ukuran mini seberat 60 gram.
“Replika yang kami buat ini ternyata terbukti sangat bermanfaat bagi siswa dan mahasiswa yang ingin belajar tentang ilmu anatomi dan ilmu kebidanan. Setelah jadi dan kami coba pasarkan, ternyata banyak yang memesan. Apalagi setiap produk Mithompel yang kami jual juga dilengkapi dengan buku panduan yang menjelaskan detail nama-nama bagian tulang panggul dan dilengkapi dengan boneka bayi,” katanya.
Ayu Indah menambahkan, pembuatan Mithompel tersebut telah melibatkan para perajin batik kayu di Desa Wisata Krebet, Pajangan dan Desa Palbapang, Bantul. Saat ini mereka mempekerjakan sedikitnya lima pengrajinkayu. Diakui Ayu, awalnya para pengrajin kayu tersebut kesulitan membuat Mithompel. Namun kini tidak lagi. Tiap perajin kini mampu membuat satu produk setiap harinya.
“Untuk satu produk Mithompel, kami jual dengan harga Rp140.000. Sampai saat ini, sudah terjual sekitar seratusan produk setelah kami promosikan lewat media sosial sejak April 2015 lalu. Para konsumen kami pada umumnya memang para mahasiswa, bahkan ada yang dari Sulawesi. Saking banyaknya pesanan dan keterbatasan pengrajin, banyak pelanggan kami yang terpaksa inden dulu,” ungkapnya.
Ratih keswara
(ftr)