Lagi, Air PDAM Mampat Mendadak
A
A
A
MALANG - Aliran air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Malang tibatiba kembali mampat. Akibatnya, ratusan warga di wilayah Kecamatan Lowokwaru kebingungan lantaran tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
Irawati, 35, warga RT 6/RW 17, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru mengungkapkan, mampatnya aliran air PDAM terjadi sejak Selasa (8/9) siang sekitar pukul 13.00 WIB. Lewat sehari, air tetap belum mengalir hingga siang kemarin. Lantaran sudah terdesak kebutuhan, sebagian warga pelanggan PDAM terpaksa minta air dari warga lain yang kebetulan punya sumur.
Kemudian sebagian warga lain membeli air isi ulang lebih banyak untuk kebutuhan masak. Menurut Irawati, sudah mencoba menghubungi bagian layanan PDAM. Tetapi, dia menerima jawaban sangat mengecewakan. Petugas penerima laporan mengatakan tidak bisa memberikan kepastian waktu layanan air bersih tersebut akan kembali normal.
Sementara dia dan warga lain sangat mengandalkan layanan PDAM. ”Kami sangat kecewa dengan pelayanan PDAM. Aliran air mati tanpa ada pemberitahuan. Tapi kalau pelanggan terlambat membayar sehari, langsung didenda. Ini tidak fair, kami sebagai pelanggan jelas dirugikan. Kalau kesalahan ada di PDAM, pelanggan berhak mendapatkan kompensasi,” ungkapnya.
Pipin Maharani, warga Perumahan Dwiga Regency, Kelurahan Mojolangu, pun mengaku kaget saat tiba-tiba aliran air PDAM mati. Sebab tidak ada pemberitahuan sebelumnya sehingga dia terpaksa ”kerja keras” untuk mendapatkan air dengan meminta air sumur tanah dari tetangganya. ”Selama dua hari, terpaksa mencari air di rumah warga di dekat perumahan. Kebetulan rumahnya punya sumur sendiri,” ujar dia.
Setelah banyak pelanggan protes, kata Pipin, sekitar pukul 13.00 WIB kemarin, PDAM baru menyalurkan bantuan air bersih kepada warga menggunakan armada truk tangki air. Menurut Pipin, PDAM mengirimkan dua tangki air bersih di sekitar kawasan perumahannya. Namun sayang dua tangki yang dikerahkan belum mencukupi kebutuhan 175 kepala keluarga yang menghuni perumahan tersebut.
Agus Irianto, salah satu pengemudi truk tangki air PDAM mengatakan, mendapat tugas menyalurkan air di dua titik, yaitu Perumahan Griyasanta dan Perumahan Dwiga Regency. Namun untuk kedua wilayah perumahan mewah itu jatah air bersih yang diberikan memang tidak sama.
”Di Perumahan Griyasanta hanya diberikan satu tangki, sedangkan di Dwiga Regency dikirimkan dua tangki,” ungkapnya. Belum lama ini sebagian warga Kota Malang juga mengaku kaget karena tiba-tiba air PDAM mati. Sama seperti terjadi kemarin, matinya aliran air itu tidak didahului pemberitahuan.
Saat dikonfirmasi tentang kerap aliran air PDAM mati, Direktur Utama PDAM Kota Malang Jemianto mengatakan, kemarin aliran air bersih di beberapa wilayah Kecamatan Lowokwaru memang terganggu. Ini terjadi karena ada pembagian air antara PDAM dengan petani di Sumberkarangan.
Menurut dia, petani setempat meminta jatah air untuk pengairan sawah. PDAM pun tidak kuasa menolak karena khawatir mengganggu aktivitas pertanian dan mempersilakan para petani menggunakan air. Namun jelas hal ini berdampak pada pasokan air bersih untuk keperluan rumah tangga.
”Kami mempersilakan mereka mengambil air untuk pengairan, tapi kami minta alirannya kecil. Meski begitu, tetap saja mengganggu pasokan air. Jatah air ke Lowokwaru menjadi berkurang,” katanya.
Yuswantoro
Irawati, 35, warga RT 6/RW 17, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru mengungkapkan, mampatnya aliran air PDAM terjadi sejak Selasa (8/9) siang sekitar pukul 13.00 WIB. Lewat sehari, air tetap belum mengalir hingga siang kemarin. Lantaran sudah terdesak kebutuhan, sebagian warga pelanggan PDAM terpaksa minta air dari warga lain yang kebetulan punya sumur.
Kemudian sebagian warga lain membeli air isi ulang lebih banyak untuk kebutuhan masak. Menurut Irawati, sudah mencoba menghubungi bagian layanan PDAM. Tetapi, dia menerima jawaban sangat mengecewakan. Petugas penerima laporan mengatakan tidak bisa memberikan kepastian waktu layanan air bersih tersebut akan kembali normal.
Sementara dia dan warga lain sangat mengandalkan layanan PDAM. ”Kami sangat kecewa dengan pelayanan PDAM. Aliran air mati tanpa ada pemberitahuan. Tapi kalau pelanggan terlambat membayar sehari, langsung didenda. Ini tidak fair, kami sebagai pelanggan jelas dirugikan. Kalau kesalahan ada di PDAM, pelanggan berhak mendapatkan kompensasi,” ungkapnya.
Pipin Maharani, warga Perumahan Dwiga Regency, Kelurahan Mojolangu, pun mengaku kaget saat tiba-tiba aliran air PDAM mati. Sebab tidak ada pemberitahuan sebelumnya sehingga dia terpaksa ”kerja keras” untuk mendapatkan air dengan meminta air sumur tanah dari tetangganya. ”Selama dua hari, terpaksa mencari air di rumah warga di dekat perumahan. Kebetulan rumahnya punya sumur sendiri,” ujar dia.
Setelah banyak pelanggan protes, kata Pipin, sekitar pukul 13.00 WIB kemarin, PDAM baru menyalurkan bantuan air bersih kepada warga menggunakan armada truk tangki air. Menurut Pipin, PDAM mengirimkan dua tangki air bersih di sekitar kawasan perumahannya. Namun sayang dua tangki yang dikerahkan belum mencukupi kebutuhan 175 kepala keluarga yang menghuni perumahan tersebut.
Agus Irianto, salah satu pengemudi truk tangki air PDAM mengatakan, mendapat tugas menyalurkan air di dua titik, yaitu Perumahan Griyasanta dan Perumahan Dwiga Regency. Namun untuk kedua wilayah perumahan mewah itu jatah air bersih yang diberikan memang tidak sama.
”Di Perumahan Griyasanta hanya diberikan satu tangki, sedangkan di Dwiga Regency dikirimkan dua tangki,” ungkapnya. Belum lama ini sebagian warga Kota Malang juga mengaku kaget karena tiba-tiba air PDAM mati. Sama seperti terjadi kemarin, matinya aliran air itu tidak didahului pemberitahuan.
Saat dikonfirmasi tentang kerap aliran air PDAM mati, Direktur Utama PDAM Kota Malang Jemianto mengatakan, kemarin aliran air bersih di beberapa wilayah Kecamatan Lowokwaru memang terganggu. Ini terjadi karena ada pembagian air antara PDAM dengan petani di Sumberkarangan.
Menurut dia, petani setempat meminta jatah air untuk pengairan sawah. PDAM pun tidak kuasa menolak karena khawatir mengganggu aktivitas pertanian dan mempersilakan para petani menggunakan air. Namun jelas hal ini berdampak pada pasokan air bersih untuk keperluan rumah tangga.
”Kami mempersilakan mereka mengambil air untuk pengairan, tapi kami minta alirannya kecil. Meski begitu, tetap saja mengganggu pasokan air. Jatah air ke Lowokwaru menjadi berkurang,” katanya.
Yuswantoro
(ftr)