Sumber Mata Air di Merapi Meningkat
A
A
A
YOGYAKARTA - Dua mata air di lereng Merapi, yaitu Umbul Lanang dan Umbul Wadon, mengalami peningkatan tiga kali lipat saat ini dibandingkan pada musim hujan.
Meski kemarau diprediksi akan lebih panjang dibandingkan biasanya, warga yang tinggal di Hunian Tetap (Huntap), Kecamatan Cangkringan, Sleman, tidak perlu takut kekurangan pasokan air bersih.
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Dhany Suryawan mengatakan, dua sumber air ini memang berbeda asalnya dibandingkan yang lainnya.
"Ketika sumber air lain di lereng Merapi debitnya berkurang di musim kemarau, tapi di Umbul Lanang dan Umbul Wadon malah meningkat tiga kali lipat," kata dia, Rabu (9/9/2015).
Dijelaskannya, peningkatan debitnya dari asal airnya. Yang mana, dari dapur magma Merapi yang panas bersinggungan dengan udara di sekitarnya di dalam tanah. Gas yang dihasilkan tersebut menjadi air. "Kejadiannya di dalam tanah," katanya.
Kemudian, karena tekanan udara di atas tanah rendah, maka air akan dengan mudah keluar ke permukaan. Berkebalikan ketika musim penghujan, yang tinggi tekanannya.
"Tapi kalau pada musim hujan, tekanan udara tinggi. Jadi air akan lebih sulit keluar ke permukaan. Kesimpulannya, Umbul Lanang dan Umbul Wadon, mata airnya berbeda dibandingkan sumber air dari lereng Merapi," ujarnya.
Meski ada dampak El Nino, yang mana kemarau diprediksi lebih panjang dari biasanya, warga lereng Merapi pun tak perlu khawatir. Terutama mereka yang memenuhi kebutuhan airnya dari dua sumber ini.
"Melimpah, tak perlu khawatir. Berapa meter kubiknya per detik saya lupa, tapi bisa sampai tiga kali lipat dibandingkan musim hujan," katanya.
Mereka yang menggunakan air dari dua sumber ini di antaranya warga yang direlokasi karena bencana erupsi Merapi, yaitu di Huntap Cangkringan.
"Banyak yang menggunakannya, warga yang tinggal di Huntap. Selain itu juga, diambil perusahaan air minum di Sleman dan Kota Yogyakarta juga," katanya.
Melimpahnya air untuk mencukupi kebutuhan selama kemarau panjang ini memang dirasakan oleh warga di Kecamatan Cangkringan. "Ya kalau kekeringan, tidak terasa di sini airnya melimpah," sambung Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Heri Suprapto.
Meski kemarau diprediksi akan lebih panjang dibandingkan biasanya, warga yang tinggal di Hunian Tetap (Huntap), Kecamatan Cangkringan, Sleman, tidak perlu takut kekurangan pasokan air bersih.
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Dhany Suryawan mengatakan, dua sumber air ini memang berbeda asalnya dibandingkan yang lainnya.
"Ketika sumber air lain di lereng Merapi debitnya berkurang di musim kemarau, tapi di Umbul Lanang dan Umbul Wadon malah meningkat tiga kali lipat," kata dia, Rabu (9/9/2015).
Dijelaskannya, peningkatan debitnya dari asal airnya. Yang mana, dari dapur magma Merapi yang panas bersinggungan dengan udara di sekitarnya di dalam tanah. Gas yang dihasilkan tersebut menjadi air. "Kejadiannya di dalam tanah," katanya.
Kemudian, karena tekanan udara di atas tanah rendah, maka air akan dengan mudah keluar ke permukaan. Berkebalikan ketika musim penghujan, yang tinggi tekanannya.
"Tapi kalau pada musim hujan, tekanan udara tinggi. Jadi air akan lebih sulit keluar ke permukaan. Kesimpulannya, Umbul Lanang dan Umbul Wadon, mata airnya berbeda dibandingkan sumber air dari lereng Merapi," ujarnya.
Meski ada dampak El Nino, yang mana kemarau diprediksi lebih panjang dari biasanya, warga lereng Merapi pun tak perlu khawatir. Terutama mereka yang memenuhi kebutuhan airnya dari dua sumber ini.
"Melimpah, tak perlu khawatir. Berapa meter kubiknya per detik saya lupa, tapi bisa sampai tiga kali lipat dibandingkan musim hujan," katanya.
Mereka yang menggunakan air dari dua sumber ini di antaranya warga yang direlokasi karena bencana erupsi Merapi, yaitu di Huntap Cangkringan.
"Banyak yang menggunakannya, warga yang tinggal di Huntap. Selain itu juga, diambil perusahaan air minum di Sleman dan Kota Yogyakarta juga," katanya.
Melimpahnya air untuk mencukupi kebutuhan selama kemarau panjang ini memang dirasakan oleh warga di Kecamatan Cangkringan. "Ya kalau kekeringan, tidak terasa di sini airnya melimpah," sambung Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Heri Suprapto.
(san)