Lima Menit Gunungan Hasil Panen Kadanyang Ludes
A
A
A
GRESIK - Tradisi sedekah bumi masih dipegang kuat oleh warga Desa Kedanyang, Kecamatan Kebomas Gresik. Mereka merangkai hasil panen dalam bentuk gunungan sebagai bentuk syukur kepada sang pencipta.
Gunungan ini hasil panen setinggi 3 meter-3,5 meter ini kemudian diperebutkan bersama. Warga percaya jika gunungan ini akan membawa berkah. Tak heran dalam waktu relative singkat gunungan ini habis diperebutkan. Yasin, 50, tokoh masyarakat Kedanyang mengakui, beberapa warga meyakini padi pada gunungan ini akan memberikan rejeki.
Biasanya warga yang memperoleh padi tersebut akan menjadikan bibit dengan mencampurkan pada bibit padi untuk ditanam pada musim tanam berikutnya. “Kami memaklumi karena keyakinan ini sudah ada sejak zaman dulu,” ungkapnya. Kepala Desa Kedanyang, Almuah mengatakan, rebutan gunungan yang berupa hasil pertanian ini merupakan tradisi.
Puncak gunungan yang berupa padi ini sebenarnya hanya simbolis yang berarti kemakmuran. “Selama ini hasil pertanian warga Kedanyang sangat menggembirakan. Benih, pupuk dan obat-obatan tersedia dengan cukup serta hasil panen melimpah melebihi target. Jadi sedekah bumi ini mengandung makna syukuran atas kesejahteraan warga,” ujarnya.
Selain makna syukur, lanjut Almuah, sedekah bumi ini merupakan simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat. Apalagi, biaya sedekah bumi ini tidak sedikit. Dalam kegiatan tahunan ini, kali ini menghabiskan Rp50 juta yang dikumpulkan dari partisipasi masyarakat.
“Belum lagi biaya hantaran yang dinamakan ambeng. Kalau dihitung bisa mencapai ratusan juta. Tanpa kerukunan dan partisipasi, niscaya upacara ini tak bisa dilaksanakan,” jelas Almuah.
Sementara Bupati Sambari Halim Radianto dan Wakil Bupati M Qosim yang tampil bareng saat memberikan sambutan meminta agar seluruh masyarakat Desa Kedanyang tetap rukun, bersatu dan selalu mengedepankan gotong royong.
Pada kesempatan itu Sambari Qosim juga mohon pamit, karena sebentar lagi akan mengakhiri masa bakti. “Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh mayarakat Kedanyang yang telah membantu kami dalam pembangunan,” katanya.
Ashadi ik
Gunungan ini hasil panen setinggi 3 meter-3,5 meter ini kemudian diperebutkan bersama. Warga percaya jika gunungan ini akan membawa berkah. Tak heran dalam waktu relative singkat gunungan ini habis diperebutkan. Yasin, 50, tokoh masyarakat Kedanyang mengakui, beberapa warga meyakini padi pada gunungan ini akan memberikan rejeki.
Biasanya warga yang memperoleh padi tersebut akan menjadikan bibit dengan mencampurkan pada bibit padi untuk ditanam pada musim tanam berikutnya. “Kami memaklumi karena keyakinan ini sudah ada sejak zaman dulu,” ungkapnya. Kepala Desa Kedanyang, Almuah mengatakan, rebutan gunungan yang berupa hasil pertanian ini merupakan tradisi.
Puncak gunungan yang berupa padi ini sebenarnya hanya simbolis yang berarti kemakmuran. “Selama ini hasil pertanian warga Kedanyang sangat menggembirakan. Benih, pupuk dan obat-obatan tersedia dengan cukup serta hasil panen melimpah melebihi target. Jadi sedekah bumi ini mengandung makna syukuran atas kesejahteraan warga,” ujarnya.
Selain makna syukur, lanjut Almuah, sedekah bumi ini merupakan simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat. Apalagi, biaya sedekah bumi ini tidak sedikit. Dalam kegiatan tahunan ini, kali ini menghabiskan Rp50 juta yang dikumpulkan dari partisipasi masyarakat.
“Belum lagi biaya hantaran yang dinamakan ambeng. Kalau dihitung bisa mencapai ratusan juta. Tanpa kerukunan dan partisipasi, niscaya upacara ini tak bisa dilaksanakan,” jelas Almuah.
Sementara Bupati Sambari Halim Radianto dan Wakil Bupati M Qosim yang tampil bareng saat memberikan sambutan meminta agar seluruh masyarakat Desa Kedanyang tetap rukun, bersatu dan selalu mengedepankan gotong royong.
Pada kesempatan itu Sambari Qosim juga mohon pamit, karena sebentar lagi akan mengakhiri masa bakti. “Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh mayarakat Kedanyang yang telah membantu kami dalam pembangunan,” katanya.
Ashadi ik
(ftr)