Dituding Pelihara Begu Ganjang, Rumah Kakek Dirusak Warga
A
A
A
TAPANULI TENGAH - Rumah milik Sento Tambunan (60) seorang kakek di Kelurahan Sipange, Kecamatan Tukka, diserang dan dirusak sekelompok warga desa, Sabtu 29 Agustus tengah malam lalu sekira pukul 23.30WIB, karena dituding memelihara begu ganjang atau tukang Santet.
Kepolisian Daerah Sumut tengah memproses dan mendalami kasus itu, dan sudah mendapatkan gambaran dari keterangan – keterangan saksi.
Sementara Kakek Sento dan istrinya bersama dua orang cucunya berhasil menyelamatkan diri.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, malam itu, suasana desa mendadak gelap karena listrik padam.
Namun ditengah kegelapan itu, ternyata sekelompok warga telah berada di sekitar rumah Kakek Sento sambil berteriak – teriak dan melakukan pelemparan.
Bahkan tidak itu saja, mereka juga sampai melakukan penyerangan ke dalam rumah Kakek Sento.
“Kakek Sento bersama istri dan kedua cucunya yang tengah berada di dalam rumah, dibuat begitu ketakutan. Hal ini terdengar dari raungan tangis sang cucu dari balik rumah pada aksi penyerangan itu. Sehingga suasana malam itu benar – benar mencekam,” kata Lasma Simatupang, warga desa itu menceritakan kejadian itu, Senin (31/8/2015).
Namun Lasma tidak mengenali, siapa saja orang – orang dari kelompok warga yang melakukan penyerangan tersebut.
Pasalnya malam itu suasana gelap, ditambah penyerangan baru dia ketahui setelah kemunculan suara seperti gemuruh, yang ternyata berasal dari pelemparan. “Saya sendiri sebelumnya berada di dalam rumah,” ujarnya.
Setelah aksi penyerangan itu, personel Polsek Pandan terjun ke lokasi dan menemukan rumah kakek Sento telah hancur diamuk massa.
Sejumlah harta benda milik Kakek Sento rusak dan bahkan ada yang diinformasikan hilang. Kerugian korban diperkirakan mencapai Rp40 Juta.
Kapolres Tapteng AKBP Boni JS Sirait membenarkan peristiwa itu. Dia mengatakan, korban telah membuat laporan resmi kepada pihak kepolisian dan kini sudah berada bersama keluarganya di Desa Sipange.
“Soal tersangka, masih dalam tahap lidik, tetapi sudah ada gambaran. Mudah - mudahan dalam waktu dekat dapat ditetapkan siapa tersangkanya. Sembari kita berharap sekaligus mengimbau masyarakat Tapteng agar tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan anarkis atau main hakim sendiri,” pungkasnya.
Mengenai tudingan warga mengenai “Parbegu Ganjang” tersebut, salah seorang kerabat Kakek Sento berinisial TT, membantah dengan keras tuduhan yang dilemparkan sekelompok warga sehingga melakukan tindakan main hakim tersebut.
Menurutnya, tudingan tersebut sama sekali tidak berdasar dan tanpa bukti. Sekelompok warga tersebut hanya seperti mencari alasan untuk melakukan penjarahan, terbukti dari raibnya sejumlah harta benda korban akibat peristiwa itu, seperti tabung gas, padi sebanyak 10 goni, beras 2 goni, uang sebesar Rp2 juta dan juga emas. “Bahkan, warga desa dominan tidak terlibat dalam peristiwa itu,” pungkas TT.
Kepolisian Daerah Sumut tengah memproses dan mendalami kasus itu, dan sudah mendapatkan gambaran dari keterangan – keterangan saksi.
Sementara Kakek Sento dan istrinya bersama dua orang cucunya berhasil menyelamatkan diri.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, malam itu, suasana desa mendadak gelap karena listrik padam.
Namun ditengah kegelapan itu, ternyata sekelompok warga telah berada di sekitar rumah Kakek Sento sambil berteriak – teriak dan melakukan pelemparan.
Bahkan tidak itu saja, mereka juga sampai melakukan penyerangan ke dalam rumah Kakek Sento.
“Kakek Sento bersama istri dan kedua cucunya yang tengah berada di dalam rumah, dibuat begitu ketakutan. Hal ini terdengar dari raungan tangis sang cucu dari balik rumah pada aksi penyerangan itu. Sehingga suasana malam itu benar – benar mencekam,” kata Lasma Simatupang, warga desa itu menceritakan kejadian itu, Senin (31/8/2015).
Namun Lasma tidak mengenali, siapa saja orang – orang dari kelompok warga yang melakukan penyerangan tersebut.
Pasalnya malam itu suasana gelap, ditambah penyerangan baru dia ketahui setelah kemunculan suara seperti gemuruh, yang ternyata berasal dari pelemparan. “Saya sendiri sebelumnya berada di dalam rumah,” ujarnya.
Setelah aksi penyerangan itu, personel Polsek Pandan terjun ke lokasi dan menemukan rumah kakek Sento telah hancur diamuk massa.
Sejumlah harta benda milik Kakek Sento rusak dan bahkan ada yang diinformasikan hilang. Kerugian korban diperkirakan mencapai Rp40 Juta.
Kapolres Tapteng AKBP Boni JS Sirait membenarkan peristiwa itu. Dia mengatakan, korban telah membuat laporan resmi kepada pihak kepolisian dan kini sudah berada bersama keluarganya di Desa Sipange.
“Soal tersangka, masih dalam tahap lidik, tetapi sudah ada gambaran. Mudah - mudahan dalam waktu dekat dapat ditetapkan siapa tersangkanya. Sembari kita berharap sekaligus mengimbau masyarakat Tapteng agar tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan anarkis atau main hakim sendiri,” pungkasnya.
Mengenai tudingan warga mengenai “Parbegu Ganjang” tersebut, salah seorang kerabat Kakek Sento berinisial TT, membantah dengan keras tuduhan yang dilemparkan sekelompok warga sehingga melakukan tindakan main hakim tersebut.
Menurutnya, tudingan tersebut sama sekali tidak berdasar dan tanpa bukti. Sekelompok warga tersebut hanya seperti mencari alasan untuk melakukan penjarahan, terbukti dari raibnya sejumlah harta benda korban akibat peristiwa itu, seperti tabung gas, padi sebanyak 10 goni, beras 2 goni, uang sebesar Rp2 juta dan juga emas. “Bahkan, warga desa dominan tidak terlibat dalam peristiwa itu,” pungkas TT.
(sms)