Tak Ada Firasat Buruk Keluarga, Hanya Aziz Terlihat Gelisah
A
A
A
JOMBANG - Tiga keranda berjejer di rumah duka di Jalan Ahmad Yani Nomor 22, Desa Sambong, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, Minggu (16/8) malam. Tiga kereta jenazah itu sedang menunggu Abdul Aziz, istri, dan dua anggota keluarga lainnya, yang meninggal dunia setelah ditabrak Kereta Api Probowangi di sekitar Pertokoan Roxy, Jember, siang sebelumnya.
Jelang isya, keempat jenazah satu keluarga itu tak juga datang. Keempat jenazah yang ditunggu adalah Abdul Aziz, 44, dan istrinya, Fitria, 37. Sementara dua jenazah lainnya, yakni Laila (kakak kandung Aziz), 40, dan putranya, Wildan, 8. Pihak keluarga cemas menunggu. Isak tangis dari beberapa anggota keluarga seakan tak pernah berhenti.
Duka juga dialami tetangga sekitar yang menganggap kecelakaan ini tragis karena merenggut nyawa empat anggota keluarga sekaligus. Pelayat dan pihak keluarga tiba-tiba terhenyak saat dua mobil ambulans dan rombongan berhenti tepat di depan rumah duka. Ratusan warga yang ikut berduka itu dengan cekatan menyiapkan keranda. Satu per satu jenazah Abdul Aziz, Fitiria, Laila, dan Wildan, dikeluarkan dari mobil itu.
Ibu kandung kakak beradik Fitira dan Laila pun tak kuasa menahan tangis saat jenazah anak dan cucunya, Wildan, dibawa masuk ke rumah. ”Permintaan orang tua, jenazah Mas Aziz dimakamkan di Desa Tapen,” kata Muhaimin, kakak ipar Fitria. Seusai disalatkan, jenazah ketiganya kemudian kebumikan di pemakaman umum di Dusun Kauman, Desa Sambong Dukuh, Kecamatan Jombang. Tangis pun kembali pecah saat kakak, adik, serta anak kandung Laila, itu dimasukkan ke liang lahad.
Di balik tangis itu, kepasrahan pun menjadi pilihan terakhir. ”Ini musibah dan kami mengikhlaskan kepergian saudarasaudara saya ini,” ujar Muhaimin yang tak henti-hentinya meneteskan air mata. Tak ada firasat apapun dari keluarga atas kejadian ini. Terutama saat mereka berniat silaturahim ke Jember dengan menumpang mobil Toyota Inova nopol B1487SKQ itu.
Namun keluarga sempat syok ketika mendengar kabar, jika rombongan itu ditabrak KA Probowangi di Jember yang mengakibatkan lima penumpangnya tewas. Selain empat anggota keluarga ini, si sopir, Kasiyanto, juga tewas. ”Keluarga tak punya firasat buruk,” ungkapnya. Keganjilan justru dirasakan Erna Fatayatin, salah satu kerabat korban. Sebelum insiden nahas itu menimpa saudaranya, ada beberapa hal janggal yang dia rasakan.
Setiba di Jember, ada yang berbeda dengan perangai Aziz. Saat itu, kata dia, Aziz seperti memikirkan sesuatu hal. ”Waktu di rumah saya (Jember) Sabtu malam, terlihat diam seperti orang gelisah dan memilih menyendiri,” kata Erna dan menyebut jika kedatangan Aziz dan anggota keluarganya itu hanya silaturahim rutin. Begitu juga dengan Wildan, putra Laila. Anak berumur 8 tahun itu bertingkah tak seperti biasa.
Saat berada di rumahnya, Wildan terlihat rewel dan meminta beragam keinginan kepada ibunya. Terlihat lebih nakal, begitu Erna menyebut. ”Padahal biasanya, Wildan pendiam. Waktu di rumah, dia seperti bukan Wildan biasanya,” ujarnya. Erna pun tak menyangka bahwa pagi itu menjadi momentum terakhir dirinya mendengar suara dan melihat senyum kerabat serta keponakannya itu.
Ia hanya berharap semua kerabatnya bisa diterima di sisi Tuhan. ”Semuanya sangat cepat, beberapa waktu lalu saya kehilangan suami, kini saya kehilangan saudarasaudara saya,” ujarnya. Empat anggota keluarga ini meninggal dunia seketika saat mobil yang mereka tumpangi ditabrak KA Probowangi dari arah Surabaya menuju ke Banyuwangi yang melintas di perlintasan KA di sekitar Pertokoan Roxy, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Minggu (16/8) siang. Kecelakaan maut ini diduga karena petugas palang pintu perlintasan lalai karena tak menutup palang pintu kendati sirene berbunyi dan kereta api akan lewat.
TRITUS JULAN
Jelang isya, keempat jenazah satu keluarga itu tak juga datang. Keempat jenazah yang ditunggu adalah Abdul Aziz, 44, dan istrinya, Fitria, 37. Sementara dua jenazah lainnya, yakni Laila (kakak kandung Aziz), 40, dan putranya, Wildan, 8. Pihak keluarga cemas menunggu. Isak tangis dari beberapa anggota keluarga seakan tak pernah berhenti.
Duka juga dialami tetangga sekitar yang menganggap kecelakaan ini tragis karena merenggut nyawa empat anggota keluarga sekaligus. Pelayat dan pihak keluarga tiba-tiba terhenyak saat dua mobil ambulans dan rombongan berhenti tepat di depan rumah duka. Ratusan warga yang ikut berduka itu dengan cekatan menyiapkan keranda. Satu per satu jenazah Abdul Aziz, Fitiria, Laila, dan Wildan, dikeluarkan dari mobil itu.
Ibu kandung kakak beradik Fitira dan Laila pun tak kuasa menahan tangis saat jenazah anak dan cucunya, Wildan, dibawa masuk ke rumah. ”Permintaan orang tua, jenazah Mas Aziz dimakamkan di Desa Tapen,” kata Muhaimin, kakak ipar Fitria. Seusai disalatkan, jenazah ketiganya kemudian kebumikan di pemakaman umum di Dusun Kauman, Desa Sambong Dukuh, Kecamatan Jombang. Tangis pun kembali pecah saat kakak, adik, serta anak kandung Laila, itu dimasukkan ke liang lahad.
Di balik tangis itu, kepasrahan pun menjadi pilihan terakhir. ”Ini musibah dan kami mengikhlaskan kepergian saudarasaudara saya ini,” ujar Muhaimin yang tak henti-hentinya meneteskan air mata. Tak ada firasat apapun dari keluarga atas kejadian ini. Terutama saat mereka berniat silaturahim ke Jember dengan menumpang mobil Toyota Inova nopol B1487SKQ itu.
Namun keluarga sempat syok ketika mendengar kabar, jika rombongan itu ditabrak KA Probowangi di Jember yang mengakibatkan lima penumpangnya tewas. Selain empat anggota keluarga ini, si sopir, Kasiyanto, juga tewas. ”Keluarga tak punya firasat buruk,” ungkapnya. Keganjilan justru dirasakan Erna Fatayatin, salah satu kerabat korban. Sebelum insiden nahas itu menimpa saudaranya, ada beberapa hal janggal yang dia rasakan.
Setiba di Jember, ada yang berbeda dengan perangai Aziz. Saat itu, kata dia, Aziz seperti memikirkan sesuatu hal. ”Waktu di rumah saya (Jember) Sabtu malam, terlihat diam seperti orang gelisah dan memilih menyendiri,” kata Erna dan menyebut jika kedatangan Aziz dan anggota keluarganya itu hanya silaturahim rutin. Begitu juga dengan Wildan, putra Laila. Anak berumur 8 tahun itu bertingkah tak seperti biasa.
Saat berada di rumahnya, Wildan terlihat rewel dan meminta beragam keinginan kepada ibunya. Terlihat lebih nakal, begitu Erna menyebut. ”Padahal biasanya, Wildan pendiam. Waktu di rumah, dia seperti bukan Wildan biasanya,” ujarnya. Erna pun tak menyangka bahwa pagi itu menjadi momentum terakhir dirinya mendengar suara dan melihat senyum kerabat serta keponakannya itu.
Ia hanya berharap semua kerabatnya bisa diterima di sisi Tuhan. ”Semuanya sangat cepat, beberapa waktu lalu saya kehilangan suami, kini saya kehilangan saudarasaudara saya,” ujarnya. Empat anggota keluarga ini meninggal dunia seketika saat mobil yang mereka tumpangi ditabrak KA Probowangi dari arah Surabaya menuju ke Banyuwangi yang melintas di perlintasan KA di sekitar Pertokoan Roxy, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Minggu (16/8) siang. Kecelakaan maut ini diduga karena petugas palang pintu perlintasan lalai karena tak menutup palang pintu kendati sirene berbunyi dan kereta api akan lewat.
TRITUS JULAN
(ftr)