Kerusuhan di Blok Cepu Dinilai Janggal

Kamis, 06 Agustus 2015 - 08:38 WIB
Kerusuhan di Blok Cepu Dinilai Janggal
Kerusuhan di Blok Cepu Dinilai Janggal
A A A
BOJONEGORO - Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Wanika menilai kerusuhan di Engineering Procurement and Contruction (EPC-1) Lapangan Migas Banyuurip, Blok Cepu, Bojonegoro, sangat janggal.

Menurut Kardaya, beberapa kejanggalan itu terlihat dari penarikan kartu pengenal (ID card) ratusan pekerja yang terindikasi untuk mengurangi jumlah tenaga kerja serta gundukan pasir di depan pintu keluar sehingga tidak bisa terbuka penuh.

“Kami menilai ada sesuatu yang janggal dalam kerusuhan tersebut,” ungkap Kardaya dalam pertemuan dengan petinggi ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), kepolisian, Tripatra-Samsung, serta jajaran Pemkab Bangkalan di Rumah Dinas Bupati Bojonegoro kemarin.

Dia berharap kejadian serupa tidak akan terjadi lagi. Sebab sudah hampir bisa dipastikan kerusuhan pada Sabtu (1/8) membuat target puncak produksi gas pada proyek yang dikerjakan konsorsium PT Tripatra- Samsung, rekanan EMCL tersebut, molor. “Padahal, pemerintah berharap pengerjaan dan puncak produksi migas di Blok Cepu dapat selesai sesuai jadwal yang ditetapkan,” ucapnya.

Puncak produksi sebesar 205.000 barel per hari (bph) di Lapangan Banyuurip ditargetkan pada kuartal IV atau September 2015. Saat ini produksi di lokasi itu masih berkisar 80.000–83.000 bph. “Minyak di Bojonegoro ini merupakan andalan produksi minyak nasional. Indonesia sangat mengandalkan minyak dari wilayah ini. Saya berharap kasus seperti ini tidak terjadi lagi agar tidak mengganggu produksi minyak nasional,” kata dia.

Sementara itu, Kapolres Bojonegoeo AKBP Hendri Fiuser menyebutkan, pelaku kerusuhan yang terjadi di area EPC- 1 sudah mulai diidentifikasi. Penyelidikan akan dilanjutkan kembali untuk memperdalam identifikasi pelaku. Hingga saat ini sudah ada 28 saksi yang dimintai keterangan.

Selain itu, polisi mempelajari hasil rekaman CCTV di lokasi. “Proses hukum terus berlangsung,” katanya. Pascakerusuhan, kendali keamanan di lokasi langsung diambil alih Polres Bojonegoro. Hendri Fiuser menyatakan memberlakukan sistem pengamanan selama 24 jam, baik tertutup maupun terbuka, hingga 15 Agustus. Dalam pengamanan itu pihaknya melibatkan 300 personel.

Ketatnya pengamanan di sekitar Lapangan Banyuurip kemarin bisa dilihat dari puluhan mobil patroli polisi berkeliling di kawasan tersebut. “Personel akan kami tempatkan dalam pengamanan orang, seperti pekerja, masyarakat sekitar, dan aset perusahaan,” tandasnya.

Muhammad roqib
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6517 seconds (0.1#10.140)