The Kawu, Jagoan Baru Wisata Bondowoso Nan Eksotis
A
A
A
BONDOWOSO punya satu destinasi wisata andalan baru. Bupati Amin Said Huni menyebutnya sebagai The Kawu. Kata Kawu merupakan kependekan dari Kawah Wurung, tapi jangan terkecoh dengan namanya.
Meski disebut kawah, Wurung bukan kawasan gunung berapi meski dekat dengan Pegunungan Ijen. Berada di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan air laut, Kawah Wurung sebenarnya hanya tanah lapang pada perbukitan kecil. Namun udara yang sejuk dengan warna hijau bak batu jamrud membuatnya sangat indah dipandang.
Pada musim hujan, pemandangan di kawasan ini semakin eksotis. Kawah Wurung memang tak setenar tetangganya, yaitu Kawah Ijen. Namun dalam kesunyiannya itulah Kawah Wurung semakin menampakkan pesonanya. Tak salah bila Farah Quinn, salah satu chef perempuan pemandu acara kuliner di televisi itu, merasa penasaran hingga membuktikan sendiri keindahan The Kawu.
Kawah Wurung terletak di Desa Curahmacan, Kecamatan Sempol, Bondowoso, sekitar 20 kilometer atau 60 menit dari Kota Bondowoso. “Tidak terlalu sulit untuk sampai Kawah Wurung. Akses jalannya sudah cukup memadai dari Kota Bondowoso hingga pintu masuk Desa Curahmacan,” kata Wahyudi, instruktur paraglidig dan paralayang yang kini populer di Kawah Wurung.
Setibanya di Desa Curahmacan, barulah wisatawan mendapat tantangan sesungguhnya. Jalan bebatuan yang berkelok-kelok dan menanjak. Setelah sekitar 20 menit, mulailah terlihat keindahan alam di kawasan itu. Kegiatan cocok tanam warga menjadi pemanis perjalanan. Pada akhirnya, tibalah mata pengunjung menyaksikan langsung hamparan padang rumput (savana) di dalam cekungan tanah berdiameter besar.
Sejak ditetapkan sebagai destinasi wisata baru, Pemkab Bondowoso menjadikan kawasan ini sebagai pusat kawasan olahraga paralayang dan petualangan. Sejumlah atlet paralayang maupun gantole telah mencoba sejumlah titik di Kawah Wurung sebagai tempat take off .
Namun luasnya areal landing membuat Kawah Wurung sangat cocok dijadikan pusat pendidikan olahraga dirgantara. Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Paralayang Bondowoso sejauh ini telah menjadikan Kawah Wurung sebagai tempat pelatihan bagi penerbang siswa tingkat junior maupun senior.
“Sejauh ini sudah ada sejumlah siswa yang berlatih paralayang di Bondowoso, lokasi ini sangat baru dan eksotis bagi penggemar wisata maupun paralayang,” ujar Wahyudi Widodo, pegiat paralayang yang juga atlet Jawa Timur ini.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso, Sigit Purnomo mengatakan, pihaknya memang sedang giat mengembangkan Kawah Wurung. Program perbaikan infrastruktur dan fasilitas wisata telah disiapkan. “Kami ingin Bondowoso menjadi daerah tujuan wisata,” katanya.
Pembenahan dilakukan setelah berkoordinasi dengan Perhutani dan instansi lain terkait kewenangan Kawah Wurung. Sigit menjelaskan, naiknya wisatawan di Bondowoso harus mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Karena itu, pihaknya menggandeng warga setempat berpartisipasi mengelola kawasan itu.
Sigit mengatakan, Pemkab Bondowoso berkomitmen menjaga kealamian lingkungan wisata itu. Pengembangan wisata ke depan tetap mempertimbangkan perlunya ramah lingkungan. Penggalian potensi wisata tidak boleh justru merusak aspek alami objek tersebut.
P juliatmoko
Meski disebut kawah, Wurung bukan kawasan gunung berapi meski dekat dengan Pegunungan Ijen. Berada di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan air laut, Kawah Wurung sebenarnya hanya tanah lapang pada perbukitan kecil. Namun udara yang sejuk dengan warna hijau bak batu jamrud membuatnya sangat indah dipandang.
Pada musim hujan, pemandangan di kawasan ini semakin eksotis. Kawah Wurung memang tak setenar tetangganya, yaitu Kawah Ijen. Namun dalam kesunyiannya itulah Kawah Wurung semakin menampakkan pesonanya. Tak salah bila Farah Quinn, salah satu chef perempuan pemandu acara kuliner di televisi itu, merasa penasaran hingga membuktikan sendiri keindahan The Kawu.
Kawah Wurung terletak di Desa Curahmacan, Kecamatan Sempol, Bondowoso, sekitar 20 kilometer atau 60 menit dari Kota Bondowoso. “Tidak terlalu sulit untuk sampai Kawah Wurung. Akses jalannya sudah cukup memadai dari Kota Bondowoso hingga pintu masuk Desa Curahmacan,” kata Wahyudi, instruktur paraglidig dan paralayang yang kini populer di Kawah Wurung.
Setibanya di Desa Curahmacan, barulah wisatawan mendapat tantangan sesungguhnya. Jalan bebatuan yang berkelok-kelok dan menanjak. Setelah sekitar 20 menit, mulailah terlihat keindahan alam di kawasan itu. Kegiatan cocok tanam warga menjadi pemanis perjalanan. Pada akhirnya, tibalah mata pengunjung menyaksikan langsung hamparan padang rumput (savana) di dalam cekungan tanah berdiameter besar.
Sejak ditetapkan sebagai destinasi wisata baru, Pemkab Bondowoso menjadikan kawasan ini sebagai pusat kawasan olahraga paralayang dan petualangan. Sejumlah atlet paralayang maupun gantole telah mencoba sejumlah titik di Kawah Wurung sebagai tempat take off .
Namun luasnya areal landing membuat Kawah Wurung sangat cocok dijadikan pusat pendidikan olahraga dirgantara. Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Paralayang Bondowoso sejauh ini telah menjadikan Kawah Wurung sebagai tempat pelatihan bagi penerbang siswa tingkat junior maupun senior.
“Sejauh ini sudah ada sejumlah siswa yang berlatih paralayang di Bondowoso, lokasi ini sangat baru dan eksotis bagi penggemar wisata maupun paralayang,” ujar Wahyudi Widodo, pegiat paralayang yang juga atlet Jawa Timur ini.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso, Sigit Purnomo mengatakan, pihaknya memang sedang giat mengembangkan Kawah Wurung. Program perbaikan infrastruktur dan fasilitas wisata telah disiapkan. “Kami ingin Bondowoso menjadi daerah tujuan wisata,” katanya.
Pembenahan dilakukan setelah berkoordinasi dengan Perhutani dan instansi lain terkait kewenangan Kawah Wurung. Sigit menjelaskan, naiknya wisatawan di Bondowoso harus mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Karena itu, pihaknya menggandeng warga setempat berpartisipasi mengelola kawasan itu.
Sigit mengatakan, Pemkab Bondowoso berkomitmen menjaga kealamian lingkungan wisata itu. Pengembangan wisata ke depan tetap mempertimbangkan perlunya ramah lingkungan. Penggalian potensi wisata tidak boleh justru merusak aspek alami objek tersebut.
P juliatmoko
(ftr)