Arus Balik Mulai Terasa

Senin, 20 Juli 2015 - 10:59 WIB
Arus Balik Mulai Terasa
Arus Balik Mulai Terasa
A A A
MALANG - Arus balik pemudik pada H+1 kemarin mulai terasa. Jalur-jalur utama di Jawa Timur menunjukkan peningkatan kepadatan kendaraan dibanding sehari sebelumnya.

Arus balik juga terasa dari banyaknya jumlah penumpang yang berangkat dibanding kedatangan di bandara dan stasiun.

Peningkatan volume kendaraan salah satunya terlihat di jalur menuju luar Kota Malang. Berbagai jenis kendaraan pribadi dan angkutan umum melaju perlahan. Bahkan antrean panjang kendaraan terlihat di pintu keluar kota sisi utara, yaitu menuju Pasuruan dan Surabaya. Kendaraan roda empat dan roda dua merambat mulai dari Jalan Achmad Yani hingga ke pertigaan Karanglo, Kabupaten Malang.

Jalur ini memang masih menjadi satu-satunya akses keluar masuk kendaraan dari dan menuju Kota Malang dari arah utara. Jalur ini menjadi muara kendaraan dari Jalan Raden Intan, Jalan Panji Suroso, Jalan LA Sucipto, Jalan Letjend S. Parman, Jalan Borobudur, dan Jalan Soekarno- Hatta. Salah satu pengendara, Supriadi, 38, mengaku terjebak kemacetan hingga satu jam di jalur ini. “Macetnya sangat panjang sehingga lama berhenti di jalan agar bisa keluar dari Kota Malang,” ungkapnya.

Kasatlantas Polres Malang Kota, AKP David Triyo Prasojo menjelaskan, kemacetan dipicu tingginya volume kendaraan menuju luar kota. Dia mencatat antrean kendaraan mencapai 5 kilometer sejak pagi kemarin. Untuk mengantisipasipuncakarusbalik, pihaknya telah berkoordinasi dengan Satlantas Polres Malang Kabupaten untuk buka-tutup jalur di Pertigaan Karanglo yang memang menjadi salah satu titik kemacetan paling rawan. Dengan dilakukan jalur buka-tutup ini, kendaraan dari arah dalam kota hanya diperbolehkan ke utara atau ke kiri menuju Kota Batu.

Sementara kendaraan dari arah barat (Kota Batu) hanya boleh belok ke kiri menuju Singosari, Pasuruan, dan Surabaya. Sebaliknya dari arah utara hanya diperbolehkan lurus atau ke arah Kota Malang. David menyebutkan, puncak arus balik diprediksi terjadi pada hari ini (H+2). “Kami terus melakukan upaya pengaturan lalu lintas agar tidak terjadi penumpukan kepadatan di satu titik saja,” ungkapnya. Di jalur tengah, kepadatan kendaraan pada H+1 kemarin juga terasa.

Di Jalan Raya Saradan- Madiun, tepatnya Hutan Saradan, RPH Madiun, kendaraan pribadi, roda dua dan roda empat tersendat. Kepadatan arus balik ini sudah dimulai dari Jalan Raya Nganjuk- Kertosono. Arus balik juga mulai terasa di Bandara Abdulrachman Saleh Malang. Di bandara yang baru beroperasi kembali dua hari terakhir setelah ditutup akibat gangguan abu vulkanik letusan Gunung Raung itu terlihat ada peningkatan jumlah penumpang.

Pada Sabtu (18/7), hanya delapan pesawat yang beroperasi. Enam pesawat datang dari Jakarta, sementara dua pesawat berangkat dari Malang. Kepala UPT Bandara Abdulrachman Saleh Malang, Suharno menyebutkan, adanya arus balik di bandara bisa dilihat dari perbandingan jumlah penumpang yang datang dengan keberangkatan. “Jumlah kedatangan penumpang, lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah keberangkatan,” ujarnya. Kemarin, sudah 10 armada pesawat yang beroperasi.

Sebanyak sembilan penerbangan melayani rute Malang-Jakarta dan satu penerbangan melayani rute Malang-Denpasar. “Ratarata jumlah penumpang yang berangkat mencapai 1.500 orang per hari. Sementara, untuk kedatangan tidak sampai pada angka 1.300 orang per hari,” ujar Suharno. Kondisi sama juga terjadi di Stasiun Besar Malang. Aktivitas kedatangan penumpang sudah mengalami penurunan dibandingkan sebelum Lebaran. “Aktivitas penumpang lebih didominasi yang berangkat, utamanyatujuanJakarta.

Dari tujuhkereta yang melayani rute Malang- Jakarta sudah terisi penuh hingga tanggal 28 Juli 2015 mendatang,” kata Wakil Kepala Stasiun Besar Malang, Fachrudin. Peningkat penumpang juga diungkapkan Kepala PT KAI Daop VII Madiun, Windar Prihadi Adji. “Jumlah penumpang yang naik kereta dari Stasiun Madiun atau arus balik mulai ada peningkatan dari hari biasa.

Rata-rata adalah tujuan Surabaya, Bandung, ataupun Jakarta,” ujar dia. Sesuai data dari pos pantau mudik di Stasiun Madiun, jumlah arus balik atau penumpang naik kereta dari stasiun setempat mencapai 7.000 orang. Jumlah ini masih akan terus bertambah karena sejak H-7 penumpang yang datang di Stasiun Madiun mencapai 32.943 orang. Puncak arus balik di Stasiun Madiun diperkirakan terjadi hari ini bersamaan berakhirnya libur cuti bersama para pegawai negeri sipil dan karyawan perusahaan.

Selama Lebaran tahun ini, Daop VII Madiun dilewati lima kereta api tambahan. Kelima kereta itu antara lain kelas ekonomi adalah KA Mantab Lebaran tujuan Madiun-Tanah Abang, Jakarta PP dengan kapasitas mencapai 894 tempat duduk, KA Pasundan Lebaran tujuan Kiaracondong Bandung- Surabaya Gubeng PP dengan kapasitas 684 tempat duduk, serta KA Matarmaja Lebaran tujuan Malang Kotabaru-Pasar Senen PP dengan kapasitas 896 tempat duduk.

Sementara kereta kelas eksekutif, KA Gajaya Lebaran tujuan Malang-Gambir PP dengan kapasitas 639 tempat duduk dan KA Sancaka Lebaran tujuan Surabaya Gubeng- Jogja dengan kapasitas 456 tempat duduk. “Ada satu tambahan kereta lagi, yakni Kereta Sembrani untuk relasi Stasiun Pasar Turi Surabaya-Solo pergi pulang,” katanya.

Dua Gelombang

Sementara itu, arus balik Lebaran tahun ini diprediksi tersebar dalam dua gelombang dengan puncaknya masing-masing pada H+3 atau Selasa (21/7) dan H+8 atau Minggu (26/7). Persebaran ini akan terjadi di seluruh moda transportasi, baik udara, laut, darat, maupun kereta api.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) JA Barata menuturkan, penyebab terpecahnya puncak arus balik Lebaran karena terdapat perbedaan masa libur pegawai dengan aktivitas sekolah. Cuti bersama pegawai berakhir 21 Juli 2015, sedangkan libur anak sekolah hingga 26 Juli 2015. “Para pegawai masuk kembali pada Rabu (22/7), sementara sekolah Senin (27/7), jadi ada perbedaan,” ujar Barata di Jakarta kemarin.

Ketua Posko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu Kemenhub Djoko Sasono memprediksi lonjakan arus balik akan terlihat mulai hari ini. “Kalau Senin (20/7) ini pemudik dengan radius menengah seperti dari Semarang dan Solo karena pegawai sebagian masuk pada Rabu,” kata Djoko. Pantauan KORAN SINDO pada H+1 kemarin, arus balik mulai terlihat di jalur pantura.

Sejumlah pemudik yang menggunakan mobil maupun sepeda motor mulai melintas di jalur pantura dari arah Semarang seperti terlihat di Jalan Gajahmada dan Jalan Mayjen Sutoyo, Kota Tegal. Kondisi arus lalu lintas di sepanjang jalur pantura Kota Tegal sampai Kabupaten Brebes terpantau lancar. Ruas jalan yang tersendat lebih disebabkan lampu pengatur lalu lintas dan aktivitas orang atau kendaraan yang menyeberang.

Selain itu, kepadatan juga masih didominasi kendaraan warga lokal yang hendak berekreasi ke sejumlah objek wisata. Belum tampak kesibukan petugas kepolisian di titik-titik rawan macet seperti di perempatan Maya, perbatasan Kota Tegal dan Brebes. Seorang pemudik, Toni, 38, mengaku sengaja lebih awal kembali ke Jakarta untuk menghindari kemacetan.

“Sebenarnya libur masih sampai Rabu, tapi daripada kena macet, lebih baik jalan dulu,” kata pemudik asal Semarang ini kemarin. Selain pemudik yang hendak kembali ke Jakarta, di lajur sebaliknya sejumlah kendaraan pemudik terpantau masih melintas meski tak sepadat saat arus mudik. Sebagian besar kendaraan pemudik yang melintas adalah roda dua. Keberadaan pemudik tersebut terlihat dari plat nomor kendaraan dan barang bawaan yang diletakkan di kendaraan.

Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Seperti arus mudik, arus balik Lebaran yang diprediksi melonjak mulai hari ini juga dibayangi kemacetan di jalur pantura. Tidak ada penambahan jalur alternatif yang bisa digunakan oleh para pemudik saat arus balik. Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Brebes Mayang Sri Herbimo mengatakan, jalur yang bisa dilalui pemudik saat arus balik tak berbeda jauh saat mereka mudik.

“Selain jalur pantura, jalur lainnya adalah jalan tol Pejagan-Pemalang sebagai jalur darurat atau jalur alternatif. Kemungkinan besok (hari ini) mulai dibuka,” kata Mayang. Untuk kendaraan dari arah selatan atau Purwokerto, pemudik tetap melewati jalur Prupuk- Songgom-Ketanggungan- Pejagan sebagai jalur utama. Pada saat arus balik, ruas jalan di jalur itu akan dibuat satu arah untuk kendaraan dari arah selatan.

“Selain bisa lewat tol Pejagan, jalur alternatifnya bisa melalui Ketanggungan-Kersana- Ciledug. Kondisi kemacetan di Dermoleng (Ketanggungan) pada arus mudik tidak terlalu parah seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Mayang. Di jalur pantura, pemudik sebenarnya bisa memanfaatkan jalur alternatif selain tol Pejagan-Pemalang yakni jalur tengah melalui Jatibarang-Sitanggal- Ketanggungan-Pejagan. Namun, pada saat arus mudik, keberadaan jalur alternatif itu relatif sepi dari kendaraan pemudik.

Selain pengalihan ke jalur alternatif, kata Mayang, antisipasi kemacetan di jalur pantura dilakukan dengan menggeser barikade bambu yang terpasang di titik-titik rawan macet seperti di Pasar Induk, alunalun, sampai Jembatan Pemali.

Yuswantoro/ dili eyato/heru febrianto/ farid firdaus/ ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7886 seconds (0.1#10.140)