Surabaya Percontohan Jaringan Gas Bumi
A
A
A
SURABAYA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menilai Kota Surabaya i paling siap menjadi Percontohan pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga bagi kotakota lain di Indonesia.
”Saya sudah mendapatkan penegasan dari Bu Wali Kota bahwa Surabaya siap jadi pionir. Ada harapan besar pada Surabaya karena kotanya sudah tertata dengan baik,” kata Menteri ESDM Sudirman Said dalam pertemuan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya kemarin. Bila ini sudah jadi, Surabaya akan jadi percontohan bagi kota- kota lain. ”Kami akan dorong wali kota/bupati di Indonesia untuk belajar di Surabaya,” katanya. Menurut dia, Surabaya dinilai telah memenuhi persyaratan dasar dalam pembangunan jaringan gas, yakni tersedianya infrastruktur pipa, pasokan gas, dan pasar.
Sudirman menjelaskan, pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Surabaya telahdilakukan Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Migaspada 2009, yaknisebanyak 2.900sambunganrumahdiKelurahan Kali Rungkut dan Rungkut KiduldengandanaAPBN. Hingga kini di Surabaya telah terdapat sekitar 15.900 sambungan rumah yang terdiri dari 2.900 sambungan rumah yang dibangun dengan dana APBN. Selain itu, sekitar 13.000 sambungan rumah yang dibangun dengan dana milik BUMN.
”Rencana pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Kota Surabaya akan dilakukan Kementrian ESDM bersama dengan BUMN pada 2016 sebanyak 24.000 sambungan rumah, terdiri dari tiga wilayah, yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Selatan, dan Surabaya Timur,” ungkapnya. Pada akhir Mei 2015, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertemu Menteri ESDM di Jakarta untuk menjalin kesepakatan kerja sama dengan sektor energi bersih, termasuk energi terbarukan dan gas.
Bentuk kerja sama yang akan dilakukan adalah menjadikan kota Surabaya sebagai pilot project percepatan pemanfaatan energi bersih (clean energy). Salah satu poin yang disepakati adalah percepatan pembangunan infrastruktur gas kota maupun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Kunjungan Menteri ESDM ke Surabaya untuk melakukan peninjauan langsung merupakan bentuk tindak lanjut dari pertemuan tersebut.
Sudirman menambahkan, untuk mempercepat pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur gas, dia mempersilakan seluruh pemerintah daerah untuk menyiapkan empat aspek, yakni penyediaan lahan, kelembagaan, sosial, dan leadership. Kota-kota yang akses dan juga sumber gasnya dekat serta infrastrukturnya terpasang akan diutamakan. ”Saya mendorong pemimpin kota untuk berkompetisi mendapatkan akses duluan, tentunya yang telah siap empat syarat tersebut. Surabaya dipilih karena siap dan memiliki leadership,” tambahnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginstruksikan asisten Sekkota dan para camat untuk melakukan sosialisasi kepada para warga terlebih dulu tanpa menunggu gerak PGN. Wali Kota menyebut punya strategi dalam mengajak warga agar mau melakukan konversi ke gas. ”Kita gerak dulu supaya jangan sampai PGN siap tapi kita terlambat sosialisasinya. Nanti warga kita ajak ke kampung yang telah memakai gas ini, salah satunya di Kampung Lontong. Nanti biar warga di sana yang cerita kelebihan dan manfaat pemakaian gas ini. Menurut saya itu paling mujarab,” ujarnya.
Risma, panggilan akrab Tri Rismaharini, menegaskan, dia memang mendorong penggunaan gas bumi di Kota Surabaya. Tidak hanya sebagai upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan energi untuk bisa mencukupi kebutuhan energi nasional seperti visi Kementrian ESDM, tetapi karena dampak positifnya bisa dirasakan langsung oleh warga.
”Saya dorong pakai gas karena ini efektif dan efisien. Alhamdulillah, sekarang sudah jalan. Sudah ada beberapa kampung karena PGN sudah mulai empat tahun lalu. Tahun ini dibantu pak Menteri untuk percepatannya,” ungkapnya.
Lukman hakim
”Saya sudah mendapatkan penegasan dari Bu Wali Kota bahwa Surabaya siap jadi pionir. Ada harapan besar pada Surabaya karena kotanya sudah tertata dengan baik,” kata Menteri ESDM Sudirman Said dalam pertemuan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya kemarin. Bila ini sudah jadi, Surabaya akan jadi percontohan bagi kota- kota lain. ”Kami akan dorong wali kota/bupati di Indonesia untuk belajar di Surabaya,” katanya. Menurut dia, Surabaya dinilai telah memenuhi persyaratan dasar dalam pembangunan jaringan gas, yakni tersedianya infrastruktur pipa, pasokan gas, dan pasar.
Sudirman menjelaskan, pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Surabaya telahdilakukan Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Migaspada 2009, yaknisebanyak 2.900sambunganrumahdiKelurahan Kali Rungkut dan Rungkut KiduldengandanaAPBN. Hingga kini di Surabaya telah terdapat sekitar 15.900 sambungan rumah yang terdiri dari 2.900 sambungan rumah yang dibangun dengan dana APBN. Selain itu, sekitar 13.000 sambungan rumah yang dibangun dengan dana milik BUMN.
”Rencana pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Kota Surabaya akan dilakukan Kementrian ESDM bersama dengan BUMN pada 2016 sebanyak 24.000 sambungan rumah, terdiri dari tiga wilayah, yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Selatan, dan Surabaya Timur,” ungkapnya. Pada akhir Mei 2015, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertemu Menteri ESDM di Jakarta untuk menjalin kesepakatan kerja sama dengan sektor energi bersih, termasuk energi terbarukan dan gas.
Bentuk kerja sama yang akan dilakukan adalah menjadikan kota Surabaya sebagai pilot project percepatan pemanfaatan energi bersih (clean energy). Salah satu poin yang disepakati adalah percepatan pembangunan infrastruktur gas kota maupun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Kunjungan Menteri ESDM ke Surabaya untuk melakukan peninjauan langsung merupakan bentuk tindak lanjut dari pertemuan tersebut.
Sudirman menambahkan, untuk mempercepat pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur gas, dia mempersilakan seluruh pemerintah daerah untuk menyiapkan empat aspek, yakni penyediaan lahan, kelembagaan, sosial, dan leadership. Kota-kota yang akses dan juga sumber gasnya dekat serta infrastrukturnya terpasang akan diutamakan. ”Saya mendorong pemimpin kota untuk berkompetisi mendapatkan akses duluan, tentunya yang telah siap empat syarat tersebut. Surabaya dipilih karena siap dan memiliki leadership,” tambahnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginstruksikan asisten Sekkota dan para camat untuk melakukan sosialisasi kepada para warga terlebih dulu tanpa menunggu gerak PGN. Wali Kota menyebut punya strategi dalam mengajak warga agar mau melakukan konversi ke gas. ”Kita gerak dulu supaya jangan sampai PGN siap tapi kita terlambat sosialisasinya. Nanti warga kita ajak ke kampung yang telah memakai gas ini, salah satunya di Kampung Lontong. Nanti biar warga di sana yang cerita kelebihan dan manfaat pemakaian gas ini. Menurut saya itu paling mujarab,” ujarnya.
Risma, panggilan akrab Tri Rismaharini, menegaskan, dia memang mendorong penggunaan gas bumi di Kota Surabaya. Tidak hanya sebagai upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan energi untuk bisa mencukupi kebutuhan energi nasional seperti visi Kementrian ESDM, tetapi karena dampak positifnya bisa dirasakan langsung oleh warga.
”Saya dorong pakai gas karena ini efektif dan efisien. Alhamdulillah, sekarang sudah jalan. Sudah ada beberapa kampung karena PGN sudah mulai empat tahun lalu. Tahun ini dibantu pak Menteri untuk percepatannya,” ungkapnya.
Lukman hakim
(ars)