Pakaian Khas Kota Mojokerto Digugat

Kamis, 09 Juli 2015 - 07:36 WIB
Pakaian Khas Kota Mojokerto Digugat
Pakaian Khas Kota Mojokerto Digugat
A A A
MOJOKERTO - Belum genap dua bulan diumumkan, pakaian khas Kota Mojokerto dihujani kritik banyak kalangan. Tak hanya kalangan Dewan, kritik pedas juga muncul dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkot Mojokerto.

Akhir bulan Mei lalu, Pemkot Mojokerto mengumumkan pakaian khas Kota Mojokerto yang bakal dipakai PNS pada hari tertentu. Pakaian berwarna dominan oranye itu dianggap mengabaikan historis kedaerahan. Justru pakaian khas yang memakai topi hitam berujung lancip ini dianggap menghilangkan identitas Kota Mojokerto. Kalangan DPRD Kota Mojokerto mulai risih dengan baju khas itu.

Dalam sidang paripurna pandangan umum pelaksanaan APBD tahun 2014 di gedung dewan kemarin, Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) bahkan mendesak wali kota membatalkan penetapan baju tersebut sebagai pakaian khas Kota Mojokerto. ”Pakaian itu sama sekali tak mencerminkan budaya Kota Mojokerto,” kata Ketua FKB DPRD Kota Mojokerto Junaedi Malik. Dikatakannya, selain tak menunjukkan identitas Kota Mojokerto, proses penetapan desain pakaian ini dianggap salah.

Menurutnya, pemkot tak banyak melibatkan elemen lain sehingga desain pakaian dianggap bermasalah dan sebagai desain yang terpaksa. ”Harusnya saat menetapkan desain, banyak orang diajak bicara. Misalnya seniman, desainer, budayawan, dan kelompok lain yang berkompeten,” ujarnya. Akibat salah desain ini, kata Junaedi Malik, banyak anggota Dewan dan dari PNS malu memakainya. Bahkan saat resepsi Hari Jadi Kota Mojokerto, banyak kalangan Dewan dengan tidak rela mengenakan pakaian ini.

”Tampak lucu. Kita minta pemkot membatalkan penetapan pakaian itu menjadi pakaian khas Kota Mojokerto. Toh sejauh ini peraturan wali kota terkait masalah ini belum jadi atau ditetapkan,” ujarnya. Seharusnya, kata Junaedi Malik, pakaian khas mencerminkan identitas wilayah. Kota Mojokerto misalnya, terkenal dengan Majapahit. Seharusnya ada nuansa Majapahit dalam pakaian khas itu. ”Yang kita lihat itu seperti pakaian orang Mongolia. Sama sekali tidak mencerminkan Kota Mojokerto. Pemkot terlalu terburu-buru dengan menyetujui desain ini. Harusnya diuji publik dulu atau bagaimana agar semua masyarakat setuju,” ujarnya.

Salah satu pejabat di Pemkot Mojokerto mengungkapkan, pakaian khas Kota Mojokerto bakal menjadi pakaian dinas wajib pada hari Kamis itu tak mencerminkan identitas Kota Mojokerto yang berada di wilayah Kerajaan Majapahit dan produk onde-ondenya. ”Mohon maaf, saya sendiri jadi guyonan banyak orang. Katanya kalau pakai baju ini seperti vampir,” ujar pejabat yang meminta namanya disembunyikan ini. Sejauh ini pakaian khas Kota Mojokerto itu mulai dipakai sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Mojokerto. Namun, banyak dari PNS lainnya mulai mengatur strategi jika muncul perwali yang mewajibkan penggunaan pakaian ini menjadi pakaian dinas.

”Kalau perlu tidak masuk kerja pas hari wajib pakai pakaian khas. Memang terkesan lucu,” kata sumber ini. Dari kacamata Pemkot Mojokerto, pakaian khas rakyat Kota Mojokerto dipengaruhi budaya Cina, Arab, dan Majapahit. Warna oranye dipilih karena merupakan warna khas Kota Mojokerto mengandung makna hangat, gembira, menyenangkan, antusias, dan seimbang. Sementara warna hitam melambangkan ketegasan dan kewibawaan.

Kain batik yang digunakan merupakan motif batik rengkik warna oranye karya perajin batik Kota Mojokerto. Rengkik adalah salah satu ikan di Sungai Brantas yang merupakan ikan Khas Kota Mojokerto. Untuk pria memakai songkok encik-encik atau songkok Cing Ho warna hitam dihiasi batik rengkik warna oranye. Mengerucut ke atas melambangkan ke-Esa-an Tuhan. Model bulat melambangkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat Kota Mojokerto.

Busana pria, model beskap Jawa Timuran. Modifikasi Jawa Timur, Cina, dan Arab. Cina diwakili kancing dan kerah sanghai mewakili busana khas Jawa Timur. Kancing berjumlah lima melambangkan jumlah sila pada Pancasila. Sementara celana warna hitam yang mewakili ciri kemandirian serta kesederhanaan. Kemudian menggunakan sepatu warna hitam yang mempunyai arti mengembangkan dan meles-tarikan industri persepatuan Kota Mojokerto. Busana wanita merupakan modifikasi kebaya berenda model encim (Cina).

Model kebaya Jawa Timur yang mempunyai ciri khas renda dan model kancing dalam (kutu baru) menggambarkan tentang wanita Kota Mojokerto yang hangat, bersahabat, dan mempunyai pikiran positif serta inovatif.

Tritus julan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4773 seconds (0.1#10.140)