Stok Pengusaha Indonesia Masih Minim
A
A
A
JOMBANG - Indonesia membutuhkan lebih banyak pengusaha untuk membangun perekonomian. Sebab pengusaha akan membuka lapangan pekerjaan.
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan bonus demografi berupa usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan tersedianya pekerjaan. Di sisi lain, Indonesia masih tertinggal dalam bidang pendidikan.
”Kita perlu ketahui saat ini baru sekitar 9% penduduk Indonesia yang memiliki latar belakang perguruan tinggi. Kita masih kurang dalam pendidikan,” ungkap HT saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasyim Ashari, Jombang, kemarin. Seperti diketahui, jumlah pengusaha Indonesia baru sekitar 1,6% dari jumlah penduduk yang sebesar 250 juta jiwa.
Angka tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya. Sebagai gambaran, Singapura sekitar 7%, Malaysia 5%, dan Thailand 3%. HT menuturkan salah satu kontribusi pengusaha kepada negara adalah pajak. Apalagi sekitar 70% penerimaan negara berasal dari pajak. ”Mayoritas dana pembangunan itu dari pajak,” ungkapnya.
HT melanjutkan, saat ini pun masih banyak yang menganggur. Apalagi yang pendidikannya di bawah perguruan tinggi. Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan ke- 111. DikawasanASEAN, Indonesia berada di urutan keenam dari 10 negara ASEAN. Di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Laporan United Nations Development Programme (UNDP) pada 2014 menyebutkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia hanya 7,5 tahun. Capaian ini jauh di bawah sejumlah negara ASEAN. Rata-rata lama sekolah di Singapura 10,2 tahun, Malaysia 9,5 tahun, Filipina 8,9 tahun, dan Brunei 8,7 tahun. Lebih lanjut CEO MNC Group itu mengungkapkan pengusaha di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang. Sebab negara ini memiliki berbagai potensi yang luar biasa.
Sumber daya alam melimpah, tanah subur, ada berbagai jenis mineral dan jumlah SDM yang besar. Namun potensi tersebut belum dikelola dengan baik. ”Menjadi pengusaha bukan hanya membantu bangsa dan negara memberikan lapangan kerja ataupun meningkatkan penerimaan pajak, melainkan juga memberi hasil yang menjanjikan,” kata HT.
Kuliah umum tersebut merupakan bagian dari rangkaian Safari Ramadan yang dilakukan HT. Kota Santri, Jombang, di Jawa Timur mengawali gelaran tersebut. Sebelumnya di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, HT bertemu dengan Nyai Farida Salahuddin Wahid, istri Salahuddin Wahid yang merupakan pengasuh Ponpes Tebuireng. Dalam safari ini HT juga bersilaturahmi ke Ponpes Bayt al- Hikmah di Pasuruan, buka puasa bersama di Masjid Cheng Hoo, serta meninjau pameran UMKM dan batu akik di Jatim Expo .
Rencananya HT akan melanjutkan Safari Ramadan di Jawa Tengah dan Jawa Barat pada pekan ini. Dia didampingi Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq, Ketua Bidang Organisasi Syafril Nasution, dan sejumlah pengurus DPP Partai Perindo lainnya.
Tritus julan / erika octaviana
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan bonus demografi berupa usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan tersedianya pekerjaan. Di sisi lain, Indonesia masih tertinggal dalam bidang pendidikan.
”Kita perlu ketahui saat ini baru sekitar 9% penduduk Indonesia yang memiliki latar belakang perguruan tinggi. Kita masih kurang dalam pendidikan,” ungkap HT saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasyim Ashari, Jombang, kemarin. Seperti diketahui, jumlah pengusaha Indonesia baru sekitar 1,6% dari jumlah penduduk yang sebesar 250 juta jiwa.
Angka tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya. Sebagai gambaran, Singapura sekitar 7%, Malaysia 5%, dan Thailand 3%. HT menuturkan salah satu kontribusi pengusaha kepada negara adalah pajak. Apalagi sekitar 70% penerimaan negara berasal dari pajak. ”Mayoritas dana pembangunan itu dari pajak,” ungkapnya.
HT melanjutkan, saat ini pun masih banyak yang menganggur. Apalagi yang pendidikannya di bawah perguruan tinggi. Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan ke- 111. DikawasanASEAN, Indonesia berada di urutan keenam dari 10 negara ASEAN. Di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Laporan United Nations Development Programme (UNDP) pada 2014 menyebutkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia hanya 7,5 tahun. Capaian ini jauh di bawah sejumlah negara ASEAN. Rata-rata lama sekolah di Singapura 10,2 tahun, Malaysia 9,5 tahun, Filipina 8,9 tahun, dan Brunei 8,7 tahun. Lebih lanjut CEO MNC Group itu mengungkapkan pengusaha di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang. Sebab negara ini memiliki berbagai potensi yang luar biasa.
Sumber daya alam melimpah, tanah subur, ada berbagai jenis mineral dan jumlah SDM yang besar. Namun potensi tersebut belum dikelola dengan baik. ”Menjadi pengusaha bukan hanya membantu bangsa dan negara memberikan lapangan kerja ataupun meningkatkan penerimaan pajak, melainkan juga memberi hasil yang menjanjikan,” kata HT.
Kuliah umum tersebut merupakan bagian dari rangkaian Safari Ramadan yang dilakukan HT. Kota Santri, Jombang, di Jawa Timur mengawali gelaran tersebut. Sebelumnya di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, HT bertemu dengan Nyai Farida Salahuddin Wahid, istri Salahuddin Wahid yang merupakan pengasuh Ponpes Tebuireng. Dalam safari ini HT juga bersilaturahmi ke Ponpes Bayt al- Hikmah di Pasuruan, buka puasa bersama di Masjid Cheng Hoo, serta meninjau pameran UMKM dan batu akik di Jatim Expo .
Rencananya HT akan melanjutkan Safari Ramadan di Jawa Tengah dan Jawa Barat pada pekan ini. Dia didampingi Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq, Ketua Bidang Organisasi Syafril Nasution, dan sejumlah pengurus DPP Partai Perindo lainnya.
Tritus julan / erika octaviana
(ars)